Silaknas ICMI Desember 2024, Momentum Mengajak Kita Melakukan Penghormatan dan Empati Kemanusiaan
Jika tidak dimulai dari kita, lalu siapa? Jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang tulus, dan Desember mengingatkan kita bahwa dunia yang lebih baik hanya dapat terwujud melalui penghormatan, kasih sayang, dan gotong-royong.
Oleh: M. Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, wakil Ketua ICMI Jawa Timur
DESEMBER hadir sebagai penutup tahun, tetapi ia membawa pesan yang lebih dalam, sebuah pengingat tentang pentingnya penghormatan, empati, dan kasih sayang kepada sesama manusia.
Bulan ini dipenuhi dengan peringatan yang mengedepankan nilai-nilai kemanusiaan, dari Hari AIDS Sedunia (1 Desember) yang mengajak kita mendukung ODHA dan menghormati lansia, hingga Hari Disabilitas Internasional (3 Desember), Hari Hak Asasi Manusia (10 Desember), dan Hari Ibu (22 Desember) yang menjadi lambang cinta kasih.
Pada saat yang sama, Bulan Desember 2024, tanggal 13 – 16 Desember, Silknas ICMI digelar di Bogor, dengan berbagai kegiatan, simposium international tentang peran perempuan, penguatan kembali tujuan ICMI hadir untuk Ke-Islaman, Kecendikiawanan dan Ke-Indonesiaan.
Melalui momen-momen ini, Desember mengajarkan kita bahwa setiap individu berhak diperlakukan dengan martabat dan empati, terlepas dari perbedaan usia, kondisi, atau latar belakang. Lansia dan orang tua, misalnya, adalah penjaga kebijaksanaan yang harus kita hormati. Tapi, seringkali mereka menghadapi pengabaian dan penelantaran.
Penghormatan kepada mereka adalah cerminan kasih sayang yang mendalam dan pengakuan atas jasa yang telah mereka berikan kepada generasi berikutnya.
Pada saat yang sama, penyandang disabilitas, perempuan, dan anak-anak juga membutuhkan perhatian kita. Empati terhadap kelompok rentan ini adalah langkah nyata dalam membangun masyarakat yang inklusif dan adil. Selain itu, Hari Hak Asasi Manusia mengingatkan kita bahwa setiap orang memiliki hak untuk hidup bebas dari kekerasan dan diskriminasi.
Sebagai bulan terakhir, Desember menutup tahun dengan pesan kuat, mari melangkah ke tahun baru dengan semangat yang lebih besar untuk menanamkan dan menyebarkan benih-benih kemanusiaan. Tahun 2025 adalah waktu untuk kita, sebagai bagian dari komunitas global, menjadikan empati dan penghormatan sebagai nilai utama dalam kehidupan sehari-hari.
Mari jadikan Desember ini sebagai momentum untuk bergandeng tangan dan bergotong-royong. Dengan sikap saling tolong menolong, toleransi, penghormatan, dan empati, kita mampu mengisi bumi ini dengan semangat kemanusiaan yang sejati. Jika tidak dimulai dari kita, lalu siapa? Jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi?
Inilah saatnya kita menanam, merawat, dan menyemai rasa kemanusiaan. Karena hanya dengan kasih sayang dan penghormatan kepada sesama, kita bisa mewariskan dunia yang lebih baik kepada generasi mendatang. Desember mengingatkan kita: perubahan dimulai dari hati yang tulus, tangan yang terulur, dan langkah-langkah kecil menuju dunia yang lebih manusiawi.
Sebagai penutup tahun, Desember mengingatkan kita terhadap pentingnya nilai-nilai kemanusiaan, terutama di tengah situasi sosial politik yang semakin keras. Perebutan kekuasaan, lahan pekerjaan, dan ketegangan dalam pilkada kerap kali membawa korban.
Peristiwa-peristiwa seperti insiden tragis di Bangkalan dan Sampang, meninggalnya calon gubernur Maluku Utara, hingga kerasnya kontestasi Pilkada di Jakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara menjadi refleksi atas betapa rentannya persatuan bangsa kita.
Situasi ini mengingatkan kita untuk kembali kepada jati diri bangsa yang sejati, yakni persatuan dan gotong-royong. Nilai-nilai yang diajarkan para pendiri bangsa ini menjadi landasan kuat untuk menyelesaikan perbedaan dengan cara yang damai dan saling menghormati.
Desember, dengan peringatan-peringatannya yang mengedepankan penghormatan dan empati, seperti Hari AIDS Sedunia, Hari Disabilitas Internasional, Hari Hak Asasi Manusia, dan Hari Ibu, menjadi momen tepat untuk merefleksikan kembali pentingnya nilai-nilai tersebut dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.
Namun, di tengah-tengah situasi sosial politik yang keras, seringkali kita lupa akan nilai-nilai dasar kemanusiaan. Perebutan kekuasaan dan lahan pekerjaan sering meminta korban. Insiden tragis di beberapa daerah, seperti Bangkalan dan Sampang, menjadi cerminan bagaimana perebutan sumber daya dapat mengorbankan nyawa.
Demikian pula dengan kerasnya kontestasi politik di Jakarta, Jawa Tengah, dan Sumatera Utara, yang menunjukkan bagaimana ambisi sering mengalahkan persatuan. Peristiwa meninggalnya calon gubernur Maluku Utara juga menjadi pengingat bahwa politik seharusnya menjadi ladang pengabdian, bukan ajang persaingan yang membahayakan nyawa.
Negara dan para elit memiliki peran strategis untuk memberi teladan kepada masyarakat. Sebagai pemimpin, mereka seharusnya mampu menunjukkan penghormatan kepada hak asasi manusia, menghargai keberagaman, dan menempatkan kepentingan bersama di atas ambisi pribadi. Empati kepada mereka yang terpinggirkan, seperti lansia, penyandang disabilitas, perempuan, dan anak-anak, harus menjadi prioritas utama.
Desember juga mengajak kita semua, tanpa kecuali, untuk bergandeng tangan dan bergotong royong. Sikap saling tolong menolong, toleransi, penghormatan, dan empati adalah fondasi utama dalam membangun masyarakat yang kuat dan damai. Mari jadikan bulan ini sebagai momentum untuk menanam dan menyemai rasa kemanusiaan yang lebih besar pada tahun 2025.
Jika tidak dimulai dari kita, lalu siapa? Jika tidak dimulai sekarang, kapan lagi? Perubahan besar dimulai dari langkah-langkah kecil yang tulus, dan Desember mengingatkan kita bahwa dunia yang lebih baik hanya dapat terwujud melalui penghormatan, kasih sayang, dan gotong royong.
Mari jadikan bulan ini sebagai awal untuk menciptakan Indonesia yang lebih bersatu dan penuh empati.
Kita berharap melalui silaknas ICMI di Bogor, peran kecendikiawanan hadir dalam denyut nadi masyarakat, memberi arah bagi jalan keluar kesulitan yang dihadapi masyarakat dan memastikan bahwa kompas moral kecendikiawanan, menjadi lentera bagi perjalanan bangsa dan pemerintahan. (*)