Terimakasih Prabowo
Prabowo Subianto yang siang ini mengundang Mohammad Jumhur Hidayat dan tokoh buruh lainnya untuk mendialogkan soal upah, adalah bukti lain bahwa negara berpikir untuk kesejahteraan rakyat. Buruh dalam dunia ilmu bukanlah alat produksi, melainkan mitra negara dan instrumen keadilan.
Oleh: Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle
DOKTOR Said Didu menyebarkan WA ucapan terima kasih kepada Prabowo Subianto. Cukup kaget saya hari ini. Jumhur Hidayat menelpon saya, siang ini diundang Presiden Prabowo ke Istana untuk diskusi upah buruh.
Berkali-kali saya mengatakan pada para aktivis yang selama ini menjadi oposisi dan bingung soal Prabowo, seolah-olah dia antek Mulyono alias Joko Widodo. Bahwa saya yakin Prabowo adalah kebalikan Jokowi. Tesis saya jelas bahwa manusia itu terbentuk oleh sejarahnya dan karakter individual (inherited), di mana Prabowo sejarahnya adalah patriotik, sebaliknya Jokowi "bajingan tolol" saja.
Hari ini Dr. Said Didu secara mengagetkan saya menyebarkan WA ucapan terimakasih dia kepada Prabowo. Ucapannya ini, dikaitkannya dengan beberapa menteri Prabowo yang menunjukan projek Aguan atas PSN PIK-2 tidak disetujui Prabowo.
Pernyataan menteri itu antara lain oleh Menpera Maruarar Sirait tentang tidak boleh ada perumahan eksklusif, pernyataan Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto terkait tidak boleh ada kepala-kepala desa ikutan projek pembebasan lahan, dan terakhir Menteri ATR/BPN Nusron Wahid yang menyatakan PSN PIK-2 tidak sesuai Rencana Tata Ruang (28/11/24).
Bahkan, Menteri Nusron Wahid dalam pernyataan terbaru, menyatakan PSN PIK-2 akan ditinjau ulang oleh Prabowo untuk dilihat apakah sesuai dengan 4 landasan pembangunan Prabowo, yakni kedaulatan pangan, ketahanan energi, hilirisasi dan Giant Sea Wall untuk di pantai Utara Jawa.
Said Didu selama ini termasuk yang curiga Prabowo masih dalam bayang-bayang Jokowi. Banyak WA-WA dia yang mempertanyakan integritas Prabowo. Sementara saya karena hidup dalam ilmu sosiologi dan pendamping seorang psikolog, meyakini sebaliknya, cepat atau lambat Prabowo mengontrol permainan.
Tentu saja tidak mudah untuk melihat perbedaan Prabowo Subianto dalam waktu singkat kepada bekas presiden sebelumnya, Jokowi, setidaknya dalam implementasi kebijakan. Dari segi retorika, kita memang melihat berbagai pidato Prabowo sangat berbeda. Prabowo berkali-kali menekankan patriotisme dan national interest.
Dalam pidatonya di Peru, di hadapan berbagai kepala negara, Prabowo mengatakan "We have challenges, we still have. I would say we still have poverty at the large scale, large level, which I’m determined to bring down, and we do have a significant percentage of our children malnourished. I’m also determined to address this problem head on." (Alenia 12 pidato Presiden Prabowo Subianto di Peru, 14/11/2024).
Konsistensi pidato seperti ini, oleh seorang Kepala Negara menunjukkan dia seorang patriot dan mementingkan "national interest". Jokowi tentu tidak pernah pidato demikian, karena Jokowi boneka konglomerat oligarki. Bahkan dalam level implementasi Jokowi mem-backup oligarki atas nama PSN di berbagai wilayah merampas tanah-tanah rakyat. Bahkan, di pantai Utara Banten, seperti kasus PIK-2, PSN ini telah merampok tanah-tanah rakyat dan saat ini telah menjadi sumber instabilitas nasional.
Membelok kekuasaan oligarki selama era Jokowi menjadi kekuasaan negara untuk rakyat, sesuai cita-cita proklamasi kemerdekaan, tentu memakan waktu. Ucapan terimakasih Said Didu, terkait PSN PIK-2 tentu sebuah tanda-tanda negara kembali berwibawa.
Soal PSN ini sebenarnya pernah saya ungkap pada waktu Prof Sufmi Dasco Ahmad menyatakan pada saya dan Jumhur, beberapa bulan lalu, bahwa Prabowo akan meninjau ulang PSN PIK-2. Sebab menurut Prof Dasco, Prabowo akan melihat peran negara dalam mengatur peruntukan lahan-lahan strategis, seperti di pantai, dalam kerangka nasionalisme.
Jokowi yang tidak mengerti istilah nasionalisme tentu tidak paham. Namun, Prabowo pasti akan mengubahnya. Negara harus hadir.
Selain urusan perampokan tanah-tanah negara dan rakyat yang diatensi Prabowo, 5 hal penting yang menurut putera Sumitro Djojohadikusumo ini juga bisa membuat kita meyakini Prabowo adalah presiden patriotik. Pertama, Upah. Dalam teori, upah adalah instrumen keadilan sosial. Mobilitas vertikal manusia bisa dilakukan melalui kestabilan upah dan kenaikan upah. Itu juga terkait dengan rencana industrialisasi dan hilirisasi.
Jumhur Hidayat, Ketua Serikat Buruh terbesar KSPSI, yang siang ini diterima Presiden Prabowo Subianto di Istana, akan mendiskusikan soal upah. Di Indonesia selama ini, dalam rezim brengsek dan rezim-rezim pro orang kaya, melihat buruh hanya sebagai alat produksi.
Dengan Presiden mengundang pemimpin buruh berdialog, maka bisa dipastikan prinsip International Labour Organization (ILO) terkait Social Dialogue, akan terjadi. Artinya kaum buruh bukan lagi sebagai alat produksi, bahkan dijadikan sebagai "Stake Holder" pembangunan.
Prinsip kaum buruh sebagai mitra dan pemilik pembangunan akan melenyapkan kesombongan orang orang kaya yang sok jagoan. Saya sebagai doktor bidang perburuhan memberi perspektif kepada Jumhur bahwa konglomerat Indonesia ini tidak pantas sombong, karena mereka lahir sebagai "ersatz capitalism" alias orang kaya yang tidak berkeringat.
Mereka kaya-raya karena kekuasaan. Awalnya memanfaatkan jaringan pada kekuasaan. Lalu sekarang membuat penguasa di bawah ketiak mereka.
Teori Ersatz Kapitalisme ini dikembangkan Yushihara Kunio, akademis Jepang, yang melihat berkembangnya konglomerat bandit-bandit di Indonesia dan Asean lainnya. Mereka bukan ksatria dan patriotik. Mereka hanyalah gerombolan pemeras negara dan bangsa kita.
Selain pemburu rente, pencipta korupsi, tidak berorientasi industri, banyak lainnya kebusukan mereka yang dipotret Yushihara.
Sebagai "penjahat", yang membawa kabur 14.000 triliun rupiah "kekayaan kita" ke Singapore dan "melarikan diri" selama dua tahun di Singapura, ketika era COVID 19 (antara lain membuat club sepeda yang diketuai penduduk perumahan di dekat hotel Mulia), Prabowo tidak pantas menerima kritikan mereka atas rencana Prabowo menaikkan upah.
Di Malaysia, sebagai pembanding, ketika konglomerat di sana lebih patriotik, upah buruh naik 13% pada Januari 2025 nanti.
Selain soal upah itu, Prabowo juga membantai habis judi online yang berkembang pesat pada era Jokowi. Pada era Prabowo, tanpa jargon jargon judi haram, kita melihat pemberantasan judi terjadi massif. Bahkan, sasaran pemenjaraan ke arah eselon satu atau bahkan menteri terkait ijin-ijin judi online itu.
Banyak hal lain yang Prabowo perlu diapresiasi. Jadi, pernyataan terimakasih Said Didu hari ini membuat kita, kaum oposisi, harus mulai menjalin kebersamaan dengan Prabowo, sepenuhnya.
Penutup
WA Doktor Said Didu yang disebarkan ke mana-mana berupa ucapan terimakasih kepada Prabowo Subianto atas tindakan 3 menteri-menterinya, yakni Mendes, Menpera dan Menteri ATR/BPN, yang tidak sejalan dengan PSN PIK-2, apalagi Menteri ATR mengatakan PSN PIK-2 tidak sesuai Tata Ruang dan akan ditinjau kembali Prabowo merupakan bukti baru bahwa Prabowo meletakkan negara untuk kepentingan nasional (national interest).
Ini semakin meyakinkan kita bahwa Prabowo bukan seperti Jokowi, apalagi antek Jokowi. Prabowo adalah patriotik dan akan bekerja untuk rakyat.
Prabowo Subianto yang siang ini mengundang Mohammad Jumhur Hidayat dan tokoh buruh lainnya untuk mendialogkan soal upah, adalah bukti lain bahwa negara berpikir untuk kesejahteraan rakyat. Buruh dalam dunia ilmu bukanlah alat produksi, melainkan mitra negara dan instrumen keadilan.
Saatnya kita mengikuti Said Didu, mulai melihat Prabowo sebagai sosok patriotik dan bekerja untuk kepentingan negara (national interest). (*)