Uji Nyali Prabowo
Ketika Rosulullah SAW Isra dan Mi'raj, maka Beliau diperlihatkan di Neraka ada orang tua yang lemah memikul kayu bakar, ia sudah tidak kuat, tetapi beban kayu yang dipikul terus saja ditambah. Malaikat Jibril menjelaskan bahwa itu adalah orang yang serakah pada jabatan.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
KONON sejak masuk dalam Kabinet Joko Widodo kemudian memuji habis-habisan dan mengambil Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres 2024, semua itu adalah "strategi" dan "taktik" Prabowo Subianto menuju kursi Presiden RI.
Tidak penting tudingan maupun cara-cara curang, pokoknya harus jadi Presiden, masa’ gagal terus. Nanti kalau sudah terpilih jadi Presiden akan kembali ke jati diri untuk membela rakyat, jujur serta mengutamakan nasionalisme. Benarkah?
Ini pertanyaan serius dan butuh pembuktian sekaligus nyali. Hingga saat ini setelah ditetapkan KPU tanda-tanda Prabowo punya nyali itu tidak ada. Konon belum dilantik, katanya. Nah, setelah dilantik maka akan ada lompatan revolusioner? Harus dipahami bahwa hukum rakyat adalah "tidak percaya sebelum dibuktikan sebaliknya". Jadi, hingga kini masih dianggap bullshit alias omon-omon.
Lima uji nyali Prabowo yang jika ia mampu maka akan mengubah citra dan kepercayaan, yaitu:
Pertama, melepas China sebagai teman dekat dan memutus semua kesepakatan Xi Jinping dengan Jokowi. Artinya pertemuan Xi Jinping dengan Prabowo di Beijing ketika Sidang MK kemarin harus dianulir atau sekurangnya dievaluasi. Prabowo melawan "Kaisar" Xi Jinping.
Kedua, mencabut Keppres 17 tahun 2022 dan Inpres No 2 tahun 2023 serta Keppres No 4 tahun 2024 yang seluruhnya dinilai memihak kepada PKI dan keturunannya. Menempatkan PKI sebagai korban dari pelanggaran HAM berat pada peristiwa G 30 S PKI tahun 1965.
Ketiga, membuka kembali kasus-kasus 2019-2023 mulai dari tewasnya hampir 900 petugas KPPS Pemilu 2019, pembunuhan 9 pengunjuk rasa 21-22 Mei 2019, pembantaian 6 pengawal HRS, serta peristiwa Kanjuruhan. Buktikan Prabowo tidak toleran terhadap pelanggaran HAM. Tidak terganggu oleh tudingan atas pelanggaran HAM tahun 1998.
Keempat, berkomitmen membangun ekonomi kerakyatan dan siap untuk melawan kapitalisme. Membatasi hegemoni sembilan naga dengan memproteksi kegiatan usaha Koperasi dan UMKM. Secara bertahap melakukan nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Pendewaan investasi harus diakhiri.
Kelima, membentuk Kabinet Kerja bukan politik bagi-bagi kursi. Membebaskan diri dari jeratan atau kendali partai politik serta mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat. MPR berdaulat dan oposisi dihargai sebagai kekuatan penyeimbang dan mitra.
Tentu masih banyak indikator bahwa Prabowo adalah harapan sebagai "macan", bukan "meong" seperti mau memproses hukum kejahatan Nepotisme, mendorong KPK agar bergigi, menekan Israel, bersahabat dengan umat Islam, reformasi agraria demi rakyat, membebaskan mahasiswa dari penjara pragmatisme, Jakarta tetap Ibu Kota RI, serta fungsi TNI dan Kepolisian yang lebih proporsional dan bersahabat.
Bahwa ambisi ingin menjadi Presiden harus bermisi mulia, bukan nafsu semata untuk berkuasa. Kepemimpinan itu amanah yang dapat mencelakakan, kecuali bagi yang jujur dan adil. Beban itu akan menjadi kayu bakar yang membakar di akherat nanti sebagai konsekuensi dari kenikmatan sesaat yang terus dikejar dan dikejar.
Ketika Rosulullah SAW Isra dan Mi'raj, maka Beliau diperlihatkan di Neraka ada orang tua yang lemah memikul kayu bakar, ia sudah tidak kuat, tetapi beban kayu yang dipikul terus saja ditambah. Malaikat Jibril menjelaskan bahwa itu adalah orang yang serakah pada jabatan.
Bagi Prabowo dan para pendukungnya serta pengharap "taubat" atas kesalahan masa lalu, patut untuk mendorong agar Prabowo siap masuk dalam fragmen "uji nyali" dan lulus dari ujian tersebut. Satu modal kesiapan mental untuk itu ialah rela bertaruh jabatan, yakni tidak menjadi Presiden! (*)