Gibran Terlempar, Jokowi Terbakar
Jokowi pun sesungguhnya bukan ahli strategi politik yang canggih sebagaimana digambarkan atau bahkan dijual sebagai komoditas politik. Jokowi adalah tetap hanya sebagai boneka pemilik strategi kekuasaan yang sebenarnya yaitu RRC.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
GIBRAN Rakabuming Raka dipaksakan sebagai cawapres, setelah Joko Widodo mengalami jalan alternatif buntu untuk mempertahankan dan memperpanjang kekuasaannya dari bahaya hukum dan politik yang nyata-nyata mengancam diri dan keluarganya.
Jokowi sudah dan akan terus menabrak konstitusi, semua UU dan aturan apapun dipaksa harus mengikuti nafsu untuk mempertahankan kekuasaannya. Sangat kuat halusinasinya dari memori masa lalunya, bersama kekuatan Oligarki dengan amunisi senjata cuan bisa meraih kemenangan.
Kita belum bisa menebak kekuatan Prabowo Subianto yang memiliki naluri strategi militer atas resiko dan segala kemungkinan yang akan terjadi apabila pada Pilpres 2024 full dapat back up kekuasaan dengan segala cara dan rekayasanya, termasuk mencuri atau memanipulasi suara kemenangan sebagai Presiden.
Akal sehat mengatakan, Gibran yang masih anak ingusan dengan kemampuan, kecakapan dan kualitas di bawah standar sangat tidak wajar dipaksakan sebagai Cawapres, bisa dipastikan ada skenario besar lain yang membahayakan dan mengancam Prabowo Subianto.
Wajah Gibran adalah wajah Jokowi, wajah Oligarki dan bahkan wajah RRC. Sadar atau tidak, ada "indikasi wajah kekuatan komunis". Komunis untuk memenangi politik kekuasaan antara lain dengan cara membunuh.
Wajar sebagian pengamat politik mengatakan bahwa Gibran hanyalah tumbal kekuasaan ayahnya, Jokowi, yang lebih besar lagi, berpotensi bukan hanya menjadi kekuatan untuk menguasai jalannya pemerintahan Prabowo kalau kelak menang pilpres 2024. Sangat logis logikanya akan mengganti Prabowo di tengah jalan kekuasaannya.
Diposisikan sebagai cawapres hanyalah sasaran antara. Kalau ini terjadi adalah rekayasanya politik sangat buruk, kotor, dan resikonya kekacauan akan sangat besar.
Bisa terjadi saat seperti itu baru akan muncul revolusi yang sesungguhnya. Rakyat bukan melawan Gibran dan Jokowi tetapi akan melawan kekuasaan penjajah gaya baru yang berwajah kapitalis dan komunis. Kekuatan komunis RRC berwajah lain sebelum eksis menampakkan wajah aslinya.
Untuk memenangkan Gibran, Jokowi akan total mengerahkan semua kekuatan yang ada di tangan kekuasaannya dan kekuatan finansial berapapun yang diperlukan ditopang oleh Oligarki dan RRC.
Pilpres 2024 pastilah sudah diatur rapi kemenangan untuk Gibran dengan segala cara. Bukan hanya strategi kecurangan yang harus dipersiapkan, tetapi juga strategis kekerasan apabila terpaksa harus dijalankan.
Keinginan Jokowi yang sesungguhnya keinginan kekuatan yang lebih besar di belakangnya untuk mendapatkan kekuasaan lebih panjang membayangkan kekuasaan Presiden Xi Jinping itu bukan hoaks tetapi dalam analisa politik kekuasaan dengan cara paksa adalah sebuah kenyataan yang sedang dijalankan skenarionya.
Kemenangan dalam skenarionya memang tidak bisa meninggalkan Jokowi dengan kelengkapan kekuasaannya untuk memenangkan Pilpres 2024.
Jokowi pun sesungguhnya bukan ahli strategi politik yang canggih sebagaimana digambarkan atau bahkan dijual sebagai komoditas politik. Jokowi adalah tetap hanya sebagai boneka pemilik strategi kekuasaan yang sebenarnya yaitu RRC.
Gambaran skenario di atas tidak semudah yang direncakan dan dibayangkan apabila rakyat bisa mengawal suara Pilpres 2024, Gibran terpental maka Jokowi akan terbakar.
Wallaahu'alam, ketentuan Tuhan sedang berjalan. (*)