Anjing Biadab Yang Harus Digantung

Saudara seperjuangan: Berapa banyak Anjing Pengkhianat Hari Ini. Berapa banyak Domba yang disembelih, dijual, dijarah, dan diizinkan orang asing menguasai dan menikmatinya. Berapa banyak Serigala yang datang dan pergi di sekitar kita.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

SEORANG Kepala Negara yang baru menang Pilpres sekalipun dengan cara curang (korban rekayasa) dalam kegelisahannya melakukan sidak dengan pengawalan sederhana. Sang kepala negara ingin mengetahui kondisi rakyatnya. Dia berhenti di rumah salah seorang warga yang berprofesi sebagai peternak ribuan domba.

Kendati Peternak Domba itu tidak mengetahui bahwa tamunya itu adalah seorang kepala negara, ia menyambut tamunya itu dengan penuh keramahan dan menjamunya selayaknya menjamu tamu.

Ketika keluar rumah, kepala negara itu melihat ada seekor anjing yang digantung di samping rumah. "Maaf, Pak, mengapa anjing itu digantung di sana?” tanya Kepala Negara.

“Ceritanya panjang dan saya tidak akan menceritakannya kepada siapa pun.” Kepala negara itu pun tidak memaksa tuan rumah bercerita. Ia dan rombongan pengawal langsung kembali ke Istana.

Berhari hari sang Kepala Negara dibuat pusing dengan teka-teki anjing digantung. Dikirimlah utusan kepada Peternak Domba yang menggantung anjing di samping rumah untuk menjelaskan. Sang Peternak domba tetap menolak untuk menceritakan mengapa ia sampai hati menggantung hewan piaraannya itu.

Hari berganti hari pada akhirnya sang peternak domba dipaksa datang ke Istana. "Jika Bapak masih penasaran ingin mengetahui mengapa anjing itu saya gantung di samping rumah, saya bersedia menceritakannya dengan satu syarat.”

Apa syaratnya? “Serahkan jabatan Bapak sebagai kepala negara kepada saya selama beberapa waktu saja.”

Kepala negara yang baru dipilih melalui pemilihan umum yang jujur dan adil itu tentu saja keberatan untuk menyerahkan jabatan terhormat itu.

Peternak Kambing itu pun dipersilahkan kembali ke rumahnya.

Setiap malam hari, Kepala Megara itu masih tetap memikirkan, mengapa anjing itu digantung dan rasa penasarannya semakin menjadi-jadi ketika mendengar syarat untuk mengetahui jawaban dari pertanyaannya itu adalah harus melepaskan jabatan sebagai Kepala Negara kepada rakyatnya yang tidak diketahui, siapa peternak itu sebenarnya.

Keadaan seperti itu berlangsung sampai berhari-hari. Suasana Istana, dan bahkan sejumlah kantor menteri pun mulai kena imbasnya.

Atas usulan beberapa penasehat Kepala Negara akhirnya menyanggupi syarat yang diajukan oleh pengusaha itu. Maka, ia dijemput. Pengalihan kekuasaan dilakukan di halaman Istana, yang dihadiri seluruh anggota kabinet dan sejumlah duta besar negara sahabat.

Dengan tenang tanpa raut berbangga diri peternak domba tampak serius menerima pengalihan kekuasaan yang bersifat sementara dan sesaat.

Pada hari pertama menduduki jabatan sebagai kepala negara, Peternak Domba itu memberhentikan semua pejabat eselon pertama, termasuk menteri, wakil, panglima tentara dan kepala kepolisian, terutama yang selama ini ramai dibicarakan sebagai antek negara asing dan mengelola negara demi kepentingan para penguasa asing.

Para pejabat eselon satu itu bukan hanya diberhentikan tetapi mereka langsung dijebloskan ke penjara. Diganti pejabat yang jujur, adil dan mengetahui bahwa jabatannya adalah amanah rakyat, dari rakyat oleh rakyat untuk rakyat.

Sang Kepala Negara sementara itu langsung kirim pesan tutup kerjasama dengan para bandit dan negara asing yang akan memangsa rakyat. Negara sudah bangkrut ditambah beban hutang yang sangat besar.

Tutup total kongkalikong pejabat negara dengan pihak manapun yang akan memangsa dan menghancurkan negara

Peternak Domba yang jadi Kepala Negara sementara itu juga menyampaikan pesan bahwa negaranya kini memiliki kedaulatan penuh yang tidak bisa didikte oleh negara mana pun.

Para bandit dan kekuatan asing yang selama ini merasa sebagai penguasa lumpuh total. Tidak menemukan siapa pun untuk diajak kerja sama yang selama bertahun-tahun sebagai mitra kerja kongkalikong saling menguntungkan antara mereka.

Peternak Domha yang sekarang menduduki jabatan sebagai kepala negara mengambil-alih semua perusahaan yang selama itu dikuasai pihak asing sehingga keuntungan perusahaan itu seratus persen masuk ke kas negara.

Uang simpanan para pejabat yang korup yang berada di luar negeri, semuanya ditarik dan menjadi harta negara. Dalam waktu singkat, kekayaan negara meningkat luar biasa. Semua hutang negara dapat dilunasi kendati dengan bunga yang berlipat ganda.

Merasa tujuannya telah tercapai, Peternak Kambing itu menyerahkan jabatannya ke kepala negara yang sebenarnya. Setelah mendapat laporan dari para menterinya yang semuanya jujur itu, sang kepala negara tampak sangat senang.

Tiba saatnya peternak domba menceritakan kisah tentang anjing yang digantung itu pinta Kepala Negara sebelum sang Peternak Kambing itu meninggalkan Istana.

Begini cerita Peternak Kamning itu dan Bapak Kepala Negara mendengarkan dengan seksama bersama para menterinya yang baru itu.

"Saya memiliki puluhan ribu kambing yang dijaga oleh beberapa ekor anjing yang salah satunya saya gantung itu. Setiap hari saya kehilangan seekor kambing, dan saya tidak tahu mengapa, sampai suatu hari saya melihat seekor anjing menyergap kambing dan membunuhnya. Kambing yang sudah tidak berdaya itu, diberikannya kepada seekor Serigala.

Anjing yang melakukan pengkhianatan itu adalah anjing senior yang mengetuai puluhan anjing muda dalam menjaga puluhan ribu kambing. Mungkin selama ini anjing ketua itu sering diganggu oleh Serigala yang selalu berusaha untuk menerkam kambing yang menjadi tanggung jawabnya. Setelah anjing itu setiap hari memberi hadiah seekor kambing, Serigala itu tidak pernah datang mengganggunya. Bahkan saling kerjasama antar mereka.

Bapak Kepala Negara yang saya hormati, Anjing itu mungkin ingin mempertahankan jabatannya sebagai ketua anjing penjaga Domba tanpa ada gangguan dari Serigala. Demi mempertahankan jabatannya itu, ia tidak segan-segan mengorbankan Domba yang sebetulnya harus ia jaga.

Maka hukuman bagi penjaga yang berkhianat adalah digantung, agar anjing-anjing muda penjaga lainnya mengambil pelajaran, dan terbukti sejak hari itu, saya tidak pernah kehilangan satu kambing pun.”

Mendengar penjelasan yang panjang-lebar itu, Bapak Kepala Negara terlihat tertegun dan beberapa kali mengangguk-anggukkan kepala dan sesekali melirik para menteri yang hadir dalam acara itu.

Saudara seperjuangan: Berapa banyak Anjing Pengkhianat Hari Ini. Berapa banyak Domba yang disembelih, dijual, dijarah, dan diizinkan orang asing menguasai dan menikmatinya. Berapa banyak Serigala yang datang dan pergi di sekitar kita.

Lantas siapa Anjing-anjing tersebut semua ada di depan kita, telah tiba saatnya Mereka Seperti Anjing Harus Digantung. (*)