Harus Diakui, Muka Tembok Buzzer Jokowi Sangat Terlatih
Tidak hanya cacian Abu Janda yang dilupakan Prabowo. Beliau juga melupakan isi buku “Paradoks Indonesia”, surat wasiat, pencurangan pilpres 2019, gebrak-gebrak meja yang legend itu, dlsb. Pak Prabowo juga bisa dengan ikhlas melupakan dukungan para ulama dan umat saat pilpres lalu.
Oleh: Asyari Usman, Jurnalis Senior Freedom News
INI yang mungkin tak dipunyai para pendukung Anies Baswedan. Yaitu, ketahanan mental para buzzer cuan Joko Widodo yang bisa menyesuaikan diri dengan segala situasi. Bahkan situasi yang ekstem sekali pun. Harus diakui bahwa mereka sangat terlatih.
Para buzzer cuan bisa dengan sigap pindah-pindah dukungan. Tidak peduli soal harga diri dan konsistensi sikap dan prinsip.
Sebagai contoh, belakangan ini sebagian buzzer ternama dimutasi ke bacapres cawe-cawe Jokowi, yaitu Prabowo Subianto. Yang pindah ke sini termasuk Permadi Arya alias Abu Janda. Ada satu lagi yang juga terkenal yaitu Immanuel Ebenezer. Mungkin ada yang lain yang tak terpantau mutasinya.
Para buzzer andalan Jokowi seperti Eko Kunthadi, Denny Siregar, dll, tetap bertahan di sisi Ganjar Pranowo. Gubernur Jawa Tengah ini adalah pilihan favorit cawe-cawe Jokowi. Mereka ini setia membela Ganjar. Mungkin “malu” dimutasi ke sisi Prabowo.
Nah, mengapa mereka dikatakan sangat terlatih? Dan dari segi apa mereka itu terlatih?
Disebut sangat terlatih karena bagi orang yang punya prinsip hidup yang teguh dan pikiran jernih, tidak mudah disuruh menjlilat kembali orang yang dulu mereka caci-maki. Pada Pilpres 2019, Abu Janda dan Immanuel luar biasa hinaan dan ejekan mereka terhadap Prabowo. Hari ini, mereka dengan entengnya mengelu-elukan Ketua Umum Partai Gerindra itu. Bagaikan tidak pernah terjadi apa-apa.
Berat sekali mengubah sikap seperti ini. Sebab, khalayak umum sudah kenal betul dengan apa yang mereka lakukan terhadap Prabowo pada pilpres 2019. Cukup-cukuplah Prabowo yang telah mereka rendahkan, mereka hinakan.
Jadi, salut sepuluh jari pada daya tahan mental mereka. Kalau tanggung-tanggung orang, bisa gila disuruh menjilat kembali orang yang dimusuhi habis-habisan selama ini.
Lihatlah Abu Janda dan kawan-kawannya. Mereka mengatakan segala macam yang buruk-buruk tentang Prabowo saat pilpres 2019. Tapi sekarang mereka tampak happy-happy saja ketika bikin konten yang memuja-muji Prabowo. Luar biasa kuat tembok yang mereka bangun di mukanya. Tidak ada yang bisa menandingi muka tembok Abu Janda dan gerombolannya itu.
Yang juga patut kita saluti adalah kebaikan luar biasa di pihak Prabowo yang ok-ok saja dengan Abu Janda dan kawan-kawan. Ini tentu mencerminkan keikhlasan beliau untuk melupakan semuanya.
Tidak hanya cacian Abu Janda yang dilupakan Prabowo. Beliau juga melupakan isi buku “Paradoks Indonesia”, surat wasiat, pencurangan pilpres 2019, gebrak-gebrak meja yang legend itu, dlsb. Pak Prabowo juga bisa dengan ikhlas melupakan dukungan para ulama dan umat saat pilpres lalu.
Kita pun salut kepada Prabowo yang juga melupakan pengorbanan fisik dan psikis begitu banyak orang yang habis-habisan mendukung beliau. Beliau ikhlas melupakan begitu banyak korban luka-luka dan bahkan korban tewas karena dihajar oleh aparat ketika berunjuk rasa di depan Bawaslu Jakarta 2019.
Jadi, harus diakui para buzzer cuan yang bermuka tembok itu memang sangat terlatih. Dahsyat. Mereka punya mentalitas dan nyali yang kuat untuk pindah-pindah kubu sesuai mekanisme pasar.
Terkadang ingin bertanya: apakah mereka melakukan operasi urat rasa agar bisa mudah gonta-ganti figur yang didukung? (*)