Jokowi, Ada Tuhan Mengawasimu!

”And so are the days (good and not so good) We give to men by turns.” Dan, “Demikian pula hari-hari (baik dan tidak begitu baik) Kami berikan kepada manusia secara bergiliran. Dan pada masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia…”

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Merah Putih

SESEKALI Kajian Politik Merah Putih, memasuki judul tentang eksistensi dan transendensi, untuk sedikit bisa menguras rasa jenuh terus-menerus membahas politik yang tidak memiliki terminal.

Masuklah pada teori "Chiffer, yaitu sandi atau simbol yang menjadi medium antara eksistensi dan transendensi".

“Alam telah memberi kita dua telinga, dua mata, dan hanya satu lidah. Kita harus mendengar dan melihat lebih banyak dari pada bicara.” – Socrates.

Alam pikir (akal) belum tentu sama dengan alam fakta, alam fakta bisa jadi hanya semu belum tentu riil.

Terkait dengan kekuasaan harus diingat peringatan pencipta alam bahwa: "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami per gilirkan di antara manusia…” (QS 3: 140)" dan petunjuk lainnya.

Untuk mengurangi, syukur bisa menghilangkan kesombongan kekuasaan, belajarlah melalui teori Chiffer.

Bahwa manusia tidak memiliki kekuatan untuk bereksistensi, hanya meyakini eksistensi kekuasaan adalah segalanya. Sesungguhnya eksistensi ada dalam relasi dengan Transendensi. Intinya adalah Esensi kekuasaan hanya sekedar amanah.

Dalam istilah filsafat Ketuhanan, bahwa Tuhan yang imanen adalah Tuhan di dalam struktur alam semesta, yang memiliki eksistensi dalam proses kejadian dan mengawasi kehidupan manusia.

Eksplorasi Chiffer sebagai medium menuju Transendensi, untuk menjangkau-Nya, salah satu jalan, manusia harus masuk dan keluar melalui chiffer.

Membaca alam akan membawa manusia pada pengalaman mistik revelasi, dan interpretasi Chiffer menghasilkan penerangan untuk membangun hidup secara otentik.

Sebagaimana penguasa harus membaca, termasuk membaca alam dan menginterpretasi Chiffer. Luangkan waktu dalam waktu senggangnya, merenungi dari mana datangnya kekuasaan dan akan dipertanggungjawabkan kepada siapa.

"Pemikiran eksistensial metafisik dapat berkontribusi bagi masyarakat pluralis zaman modern yang cenderung gamang dengan keberadaan dan terkurung dalam pola pikir rasionalitas teknologi, dan terus memburu kekuasan demi kekuasaan semata."

Sadar atau tidak sehebat apapun yang telah merasa sebagai ilmuwan (ahli filsafat) dalam pencarian "transendensi" tidak akan bisa ditemukan dan menemukan selain dengan petunjuk jalan dan arah yang telah diberikan Tuhan lewat manusia pilihan sebagai utusan-Nya.

”And so are the days (good and not so good) We give to men by turns.” Dan, “Demikian pula hari-hari (baik dan tidak begitu baik) Kami berikan kepada manusia secara bergiliran. Dan pada masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia…”

Dalam teori "Chiffer", Joko Widodo harus mencari, mengenali dan merasakan adanya Tuhan, itu hanya akan sampai kalau seorang Jokowi sadar ada kekuatan Transendental yang mengawasi kekuasaannya, Dialah pemilik manusia dan alam semesta ini. Apabila abai pasti tersesat. (*)