Jokowisme Melanggar Ideologi Pancasila

Yang harus Pancasilais ya negaranya, jangan seperti sekarang ini negara menggunakan sistem Liberal Kapitalisme, terus mau membuat Pancasila sebagai alat pemukul, bukan hanya kontradiksi, justru telah berkianat terhadap pikiran Bung Karno soal Pancasila.

Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila

PANCASILA sebagai ideologi negara tidak bisa diganti dengan isme apapun termasuk Jokowisme. Mengganti Pancasila sebagai Ideologi negara dan ismenya negara dengan Jokowisme adalah pelanggaran berat konstitusi.

Padahal Presiden itu disumpah untuk menjalankan Pancasila, bukan membuat Jokowisme untuk mengganti ketatanegaraan, jelas pelanggaran.

Sekarang jaman di mana negara menjalankan Liberal Kapitalisme negara ditafsir ada yang merasa Paling Pancasilais, dan begitu mudahnya men-stikma Islam sebagai Islam Radikal, Islam Khilafah musuh Pancasila.

Keadaan seperti ini membuat Pusat Studi Rumah Pancasila prihatin, sebab mereka tidak paham betul Pancasila itu apa?

Kalau kita menyitir teori Negara, misalnya salah satu teori yang amat terkenal, ialah teori dari Marx. Karl Marx berkata bahwa negara adalah sekadar satu organisasi. Organisasi kekuasaan (macht organisatie) kata Marx.

Sementara Lenin. komunis yang terkenal malahan lebih populer Iagi mengatakan. Pernah orang bertanya kepada Tovarich Lenin, apa negara itu? Lenin menjawab “de staat is een knuppel” (negara adalah pentung).

Di dalam cara berpikir kaum Marxist memang negara adalah satu pentung.

Negara adalah macht organisatie kata Marx sendiri. (organisasi kekuasaan daripada satu kelas yang berkuasa).

Organisasi kekuasaan ini bisa dipakai untuk mementung ke Iuar, dapat dipakai untuk mementung ke dalam.

Jadi praktek negara adalah pentung bisa kita rasakan akhir-akhir ini dalam penyelesaian berbagai kasus agraria di negeri ini. Kasus Rempang, Kasus Kalimantan, kasus-kasus tanah yang berkaitan dengan stempel Proyek Strategis Nasional (PSN) tanah-tanah rakyat yang terkena proyek dipaksa untuk diambil-alih dan menggunakan aparat untuk mengambilnya.

Bagaimana dengan Soekarno dan Indonesia tentang negara? Kata Soekarno untuk menyelamatkan kita punya Republik Indonesia ini, kami menggambarkan negara ini dengan cara yang populer, yaitu menggambarkan gambaran wadah, supaya bangsa Indonesia mengerti bahwa wadah inilah yang harus dijaga jangan sampai retak.

Dan wadah ini hanyalah bisa selamat tidak retak, jikalau wadah ini didasarkan di atas dasar yang kunamakan Pancasila.

Dan jikalau ini wadah dibuatnya daripada elemen-elemen yang tersusun daripada Pancasila.

Misal Gelas terbuat dari gelas, cangkir terbuat dari porselen, keranjang terbuat dari anyaman bambu, periuk terbuat daripada tanah, belanga terbuat daripada tanah atau tembaga.

Wadah kita yang bernama negara ini, terbuatlah hendaknya daripada elemen-elemen yang tersusun dari Pancasila.

Sebab hanya jikalau wadah ini terbuat daripada elemen-elemen itu saja, dan hanya kalau wadah ini ditaruhkan di atas dasar Pancasila itu maka wadah ini tidak retak, tidak pecah.

Oleh karena itu aku masih yakin baiknya Pancasila sebagai dasar negara. Ini wadah bisa diisi, dan memang wadah ini telah terisi masyarakat.

Masyarakat ini yang harus diisi. Orang Islam isilah masyarakat ini dengan Islam. Orang Kristen, masukkanlah kekristenan di dalam masyarakat ini. PNI yang berdasar di atas marhaenisme, isilah masyarakat ini dengan marhaenisme, dengan satu masyarakat yang berdasar dengan marhaenisme. Masyarakatnya yang harus diisi.

………” PNI tetaplah kepada azas Marhaenisme. Dan PNI boleh berkata justru karena PNI berazas Marhaenisme, oleh karena itulah PNI mempertahankan Pancasila sebagai dasar negara.

Tetapi jangan berkata PNI berdasarkan Pancasila. Sebab jikalau dikatakan Pancasila adalah ideologi satu partai, lalu partai-partai lain tidak mau……”

……..”Oleh karena itu aku ulangi lagi. Pancasila adalah dasar negara dan harus kita pertahankan sebagai dasar negara jika kita tidak mau mengalami bahaya besar terpecahnya negara ini. (Soekarno)

Munculnya Jokowisme oleh PSI adalah bentuk Partai ini tidak mengerti apa itu negara Indonesia berdasarkan Pancasila dan ini sangat berbahaya, bisa menimbulkan perpecahan Bangsa Indonesia.

Jika PSI menggunakan Jokoisme tentu kelompok lain juga boleh menggunakan isme-isme yang lain. Misal mengapa ribut ketika ada yang mengusung Khalifaisme, mengapa semua kelojotan sementara ada yang membuat Jokowisme kita diam, bahkan PDIP sebagai partai yang menaungi Petugas partai tidak bergeming padahal jelas negara ini berideologi Pancasila tidak boleh ada isme atau ideologi lain.

Saudara-saudara.

Tempo hari aku menggambarkan dengan tamzil lain, ini wadah diisi air, engkau mau apa, airnya diisi dengan warna apa, warna hijau, ya isilah dengan hijau air ini. Engkau senang warna merah, isilah dengan warna merah. Engkau senang dengan warna kuning, isilah air ini dengan warna kuning. Engkau senang kepada warna hitam, isilah air ini dengan warna hitam.

Airnya yang harus diisi, bukan wadahnya. Wadahnya biar tetap dengan berdasarkan Pancasila, tetap terbuat daripada elemen-elemen Pancasila ini. Sebab bilamana tidak, maka wadahnya retak. Kalau retak, bocor. Bisakah kita mengisikan air di dalam beker yang retak? Tidak!

Bisakah kita mengisikan susu di dalam beker yang retak? Tidak! Oleh karena itu kita harus jaga jangan sampai wadah ini retak…….”

Rupanya pengusung RUU HIP – RUU BPIP tidak memahami apa itu Pancasila, sehingga Pancasila ditarik ke ideologi, semua rakyat mau diideologikan Pancasila, padahal Pancasila itu dasar dari wadah dan wadah itu bisa berisi syariah Islam bagi umat Islam, Syariah Hindu, Budha bagi umat Hindu-Budha, Syariah Kristen, Katolik, bagi yang beragama Kristen Katolik, dll.

Pemahaman yang salah dengan melahirkan RUU HIP – RUU BPIP yang ingin seluruh Masyarakat di-Pancasila-kan ini lebih parah dari jaman asas tunggal Pancasila saat Orde Baru. Sebab BPIP bisa menjadi alat pukul bagi siapa saja yang tidak berideologi Pancasila.

Padahal Pancasila itu dasar Negara yang di dalam wadah itu menampung semua elemen. BPIP rupanya salah dalam memahami Pancasila dan sudah seharusnya diluruskan kalau tidak ingin negara ini pecah.

Yang harus Pancasilais ya negaranya, jangan seperti sekarang ini negara menggunakan sistem Liberal Kapitalisme, terus mau membuat Pancasila sebagai alat pemukul, bukan hanya kontradiksi, justru telah berkianat terhadap pikiran Bung Karno soal Pancasila.

Sebagai anak bangsa kita harus bersatu mengembalikan keharmonisan bangsa ini yang mengalami Islamophobia, akibat salah kaprah dalam memahami Pancasila.

Munculnya Jokowisme adalah bentuk pemecah-belah bangsa Indonesia, sebab hanya dengan Pancasila bangsa ini bisa bersatu di wadah negara Republik Indonesia.

Mari kita semua anak bangsa untuk kembali pada UUD 1945 dan Pancasila, bukan membuat Isme-Isme seperti Jokowisme yang justru akan memecah-belah bangsa ini dan membuat retaknya wadah negara berdasarkan Pancasila. (*)