Makar Allah Hebat
Peristiwa yang berbalik bukan kebetulan tetapi makar Allah. Semakin tidak percaya pada kekuasaan Allah, maka semakin potensial bagi pembuktian kekuasaan Allah tersebut. Pemerintahan Jokowi terindikasi jauh dari jalan agama, jalan syari'at, dan keridhoan-Nya.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
DALAM Al Qur'an Surat Ali Imran 54 Allah berfirman "wamakaruu wamakarallah, wallohu khoirul maakiriin". Maknanya adalah bahwa sehebat-hebat rencana 'mereka', rencana Allah lebih hebat. Allah yang terbaik sebagai pemilik rencana. Makar.
Pemegang kekuasaan biasanya banyak melakukan makar karena penguasa itu merasa memiliki semua perangkat untuk suksesnya suatu perencanaan atau rekayasa. Dan, yang penting mampu menutupi dan membuat rekayasa berkelanjutan. Percaya diri pada kemampuan secara berlebihan sering menjadi boomerang. Allah menunjukkan kekuasaan-Nya.
Peristiwa sederhana menjadi kompleks atau kecil menjadi besar. Rahasia yang terbongkar. Human error berimpilkasi pada political bahkan ideological error.
Pembunuhan atasan atas ajudan beralibi "tembak-menembak" dalam "Kasus Sambo" berefek luas. Satgassus berkedok Propam menjadi pembongkar kerja "mafia" di Kepolisian. Ada narkoba, judi dan keboborokan lain. Klik internal terbaca publik. Pola kerja "Kasus Sambo" potensial untuk membuka "Kasus Km 50". Cepat atau lambat.
Kasus penganiayaan oleh sang putera menyebabkan petugas pajak Rafael Alun pontang-panting. Bukan saja tindak pidana pencucian uang dirinya sendiri yang terkuak, tetapi juga rekan-rekan se-instansi. Nilai 349 triliun rupiah diangkat oleh Menko Polhukam Mahfud MD. Kasus besar "lemot" ini menjadi "tabungan" kejahatan rezim ke depan.
Proyek Base Transceiver Station (BTS) dengan kerugian 8 triliun rupiah yang menjadikan Johnny Gerard Plate, Menteri Komunikasi dan Informatika sebagai pesakitan ternyata melibatkan banyak pihak. Konon, suami Puan Maharani (Happy Hapsoro), Kaesang Pangarep dan Joko Widodo turut terkait. Pengusutan Kejagung yang awal ditujukan untuk "menghajar" Menteri dari Nasdem ternyata menjadi boomerang. Memercik muka sendiri. Pengembalian uang Rp 27 miliar yang berhubungan dengan Menpora Dito Ariotedjo justru menjadi masalah baru.
Renovasi Jakarta International Stadium (JIS) oleh Jokowi yang "merebut" prestasi Anies Baswedan ternyata dibarengi dengan usaha untuk "menggebuk" Anies. Atas nama standar FIFA itu, Jokowi berbohong akan FIFA. Belum ada rekomendasi atas perlunya renovasi. Soal Bus ternyata tidak sesuai fakta, soal rumput sang "ahli rumput" tidak ngerti rumput.
Agenda renovasi merupakan kejahatan politik yang dapat disebut sebagai "Rumput Gate".
Ujaran kebencian itu tidak bagus, tetapi kebijakan berdasar kebencian jauh lebih tidak bagus bahkan jorok dan kriminal. Benar juga satire di medsos "daripada ganti rumput lebih baik ganti Presiden". Ya, ganti Presiden secepatnya.
Peristiwa yang berbalik bukan kebetulan tetapi makar Allah. Semakin tidak percaya pada kekuasaan Allah, maka semakin potensial bagi pembuktian kekuasaan Allah tersebut. Pemerintahan Jokowi terindikasi jauh dari jalan agama, jalan syari'at, dan keridhoan-Nya.
Kita akan kembali melihat peristiwa jungkir balik kekuasaan yang bersandar pada keangkuhan, dan kepentingan kelompok serta abai pada nilai-nilai kerakyatan. Ideologi dipinggirkan dan agama yang dikerdilkan. (*)