Menakar Paham dan Ideoligi Jokowisme

Ini adalah sebuah sejarah baru bagi bangsa ini, para pakar hukum ketatanegaraan jadi bisu dan tuli, suara kampus juga semua lumpuh, DPR, MPR lumpuh, hanya DPD yang masih waras mengajak kembali ke UUD 1945 dan Pancasila.

Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila

ENTAH apa yang ada di pikiran anak-anak muda PSI (Partai Solidaritas Indonesia) tiba-tiba kok memunculkan Jokoisme yang tentu saja mereka belajar tentang aliran pemikiran atau kepercayaan tentu ada pikiran-pikiran Jokowi yang secara komperhanshif bisa diuji dan dibedah dengan ilmiah. Tentu bukan sebuah slogan saja yang kosong akan makna.

Kalau kita berbicara isme maka mari kita kaji apa isme itu. Akhiran – isme itu berasal dari bahasa Yunani – ismos, Latin – ismus, Prancis Kuno – isme, dan Inggris – ism. Akhiran ini menandakan suatu paham, ajaran, atau kepercayaan. Beberapa agama yang bersumber kepada kepercayaan tertentu juga memiliki akhiran – isme. Hal-hal yang memiliki akhiran – isme: Kepercayaan.

Kita ambil contoh Sosialisme.

Secara bahasa, sosialisme berasal dari kata sosial yang berarti masyarakat, adalah lawan dari kata individu. Dari arti inilah, tampaknya, sosialisme dikembangkan oleh penegasannya, Karl Marx (1818-1883). Ia mengembangkan teori baru ekonomi, sebagai antitesis dari kapitalisme yang pada abad ke-19, saat ia hidup, baru tumbuh di Eropa.

Jika teori kapitalisme menekankan hak-hak individu yang menuntut adanya kebebasan pasar (free fight competition), sosialisme itu menekankan hak-hak ekonomi masyarakat atau rakyat (keadilan distribusi ekonomi), khususnya bagi kaum buruh atau rakyat jelata lainnya sebagai kaum tertindas.

Contoh misalkan ajaran Soekarno bisa kita telusuri dari pidato-pidato dan tulisan-tulisan Soekarno bagaimana cara Soekarno mengajar, mencerdaskan rakyatnya, bahkan Soekarno menyebut dirinya sebagai penyambung lidah rakyat Indonesia.

Sukarnoisme menurut tata bahasa berarti ilmu, paham, ajaran-ajaran, teori-teori, sistem-sistem, praktik-praktik, dan kebiasaan-kebiasaan hidup yang diketemukan dan atau dilakukan oleh Bung Karno. Sukarnoisme adalah istilah yang tepat untuk menyebut ajaran-ajaran Bung Karno seluruhnya yang telah merupakan satu keseluruhan lengkap sebagai satu paham atau satu ideologi.

Bagaimana dengan Jokowisme? Mana rekam jejaknya, tentang ilmu, tentang paham, ajaran-ajaran, sistem-sistem, praktik-praktik, kebiasaan hidup yang ditemukan Jokowi.

Bagaimana berkuasa dengan Ijazah palsu, apakah ini hal baru, teori baru yang belum pernah ada pada pemimpin-pemimpin sebelumnya?

Bagaimana membuat janji-janji kampanye yang membuat rakyat terlena kemudian janji itu tidak terwujud dan rakyat masih memuji-muji, ini adalah baru sebab sebelumnya tidak ada janji-janji dilakukan oleh Presiden tanpa terwujud, rakyat masih mengeluk-elukan.

Mungkin yang paling baru belum pernah ada di negeri bahkan ini antitesis dari pemilihan ketua partai yang pernah ada di negeri ini tanpa menjadi anggota PSI, Kaesang Pangarep bisa menjadi ketua umum PSI, tentu saja bukan Kaesang penjual Martabak tetapi Kaesang itu anak kandung Jokowi.

Tidak butuh rekam jejaknya Kaesang pernah memimpin organisasi, pengalamannya apa nggak penting, dan nyatanya meruntuhkan sistem kaderisasi Kepartaian yang ada di negeri ini. Ini adalah temuan baru Jokowi bagaimana mengajarkan pada partai-partai, termasuk PDIP dikepreti oleh Jokowisme.

Ini adalah sebuah sejarah baru bagi bangsa ini, para pakar hukum ketatanegaraan jadi bisu dan tuli, suara kampus juga semua lumpuh, DPR, MPR lumpuh, hanya DPD yang masih waras mengajak kembali ke UUD 1945 dan Pancasila.

Hebat memang Jokowi membuat semua lumpuh tak berfungsi.

Mungkin butuh benturan yang sangat keras pada bangsa ini untuk menyadarkan kembali kepada hakekat manusia dengan negara berdasarkan Pancasila, mungkin saja Allah telah menyiapkan Ujian dan benturan yang setara megatrust agar bangsa ini sadar akan rasa kemanusiaannya. (*)