Menanggapi Kuliah Kebangsaan Capres Anies Baswedan: Membangun Karakter Bangsa
Persoalan Bangsa Indonesia hari ini tidak mungkin diselesaikan dengan biasa-biasa saja, sebab Oligarki sudah menggurita dan masif, tidak ada jalan lain kecuali Revolusi kembali pada Pancasila dan UUD 1945 Asli.
Oleh: Prihandoyo Kuswanto, Ketua Pusat Studi Kajian Rumah Pancasila
"MEMBANGUN Bangsa (Nation Building) dari kemerosotan zaman reformasi, dari bangsa yang budayanya korupsi untuk dijadikan satu Bangsa yang berjiwa, yang dapat dan mampu menghadapi semua tantangan – satu Bangsa yang merdeka dalam abad ke 21 ini".
Sayang sejak amandemen digantinya UUD 1945 dengan UUD 2002 bangsa ini justru tidak mampu menegakkan jati dirinya ketika Neo Liberalisme menjadi dasar menggantikan aliran pemikiran dari Pancasila. Apakah sejarah akan berulang lagi dan kita kembali dicengkeram Kolonialisme yang berubah wajah menjadi Free fight liberalism. Neokolonialisme. Demokrasi Liberal yang menguras kekayaan kita?
Justru hari ini terulang lagi, kita telah melupakan sejarah. Bangsa ini akan tersandung batu yang sama Free fight liberalism telah dihidupkan kembali, kedaulatan rakyat dirampas oleh partai politik, budaya korupsi semakin menggila, rumit dan bertemali, yang bermuara pada oligarki yang telah menjadikan kekuasaan untuk mengeruk dan merampok kekayaan Ibu Pertiwi.
Tidak ada jalan menyelamatkan NKRI kecuali kembali kepada Pancasila dan UUD 1945 Original.
Kalau kita membiarkan imperialisme, kolonialisme, neokolonialisme hidup terus, membiarkan ia mengungkung bangsa lain atau mengungkung bangsa kita sendiri atau merongrong bangsa kita sendiri, contohnya bangsa kita sendiri, maka kita ingkar terhadap negara merdeka dan tujuan Indonesia merdeka.
Saudara-saudara, kepada jiwa kemerdekaan kita. Bahkan mengkhianati jiwa kemerdekaan itu yang tertulis dalam Deklarasi Kemerdekaan dengan kata-kata yang begitu gilang-gemilang.
Apa yang tertulis dalam Deklarasi Kemerdekaan?
"Bahwa sesungguhnya kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa, dan oleh sebab itu, maka penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, karena tidak sesuai dengan peri-kemanusiaan dan peri-keadilan".
Pagi tadi saya mengikuti orasi kebangsaan Capres Anies Baswedan di FISIP Universitas Indonesia melalui unggahan videonya.
Dari awal beliau membuka sejarah tentang Sumpah Pemuda yang melahirkan bangsa Indonesia dan Bahasa Indonesia bahasa persatuan. Luar biasa cerdasnya bapak bangsa kita, kata Anies, bukan bahasa mayoritas yang dipakai tetapi bahasa melayu yang akhirnya berkembang menjadi bahasa Indonesia.
Uraian kuliah kebangsaan Anies tidak bicara dasar negara tujuan bernegara atau Philosophy Groundslag tetapi bicara keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia frasa tafsir yang digunakan kesetaraan.
Jadi, rupanya karena Anies pro terhadap Amandemen UUD 1945 maka kuliah kebangsaannya tidak membumi dan jauh dari apa itu Indonesia.
Darimana frasa kata keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia kok oleh Anies dicarikan kata kesetaraan itu tidak salah, sebab tidak mungkin Keadilan Sosial Bagi seluruh Rakyat Indonesia itu diletakan pada sistem Individualisne, Liberalisme, Kapitalisme.
Sistem ini sedang diikuti oleh pak Anies dalam kontestasi pilpres dengan sistem presidensil yang basisnya Individualisne, Liberalisme, Kapitalisme di mana kekuasaan diperebutkan dengan banyak-banyakan suara, kalah-menang pertarungan, kuat-kuatan curang-curangan, jadi paradoks keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia jika sistemnya Demokrasi liberal seperti saat ini.
Kita mengalami demokrasi liberal "Free fight liberalism" karakteristik sistem politik dan sistem ekonomi liberal yang sedang dijalankan di negeri ini sejak UUD 1945 diganti dengan UUD 2002. Dan pengalaman itu terjadi pada 1955 adu-domba antar rakyat, sehingga akhirnya memecah- belahkan keutuhan bangsa samasekali.
Cuplikan pidato Soekarno Celaka, celaka bangsa yang demikian itu! Bertahun-tahun, kadang-kadang berwindu-windu ia tidak mampu berdiri kembali. Bertahun-tahun, berwindu-windu ia laksana hendak doodbloeden, kehilangan darah yang ke luar dari luka-luka tubuhnya sendiri.
Karena itu, segenap jiwa ragaku berseru kepada bangsaku Indonesia: terlepas dari perbedaan apapun, jagalah persatuan, jagalah kesatuan, jagalah keutuhan!
Kita sekalian adalah makhluk Allah! Dalam menginjak waktu yang akan datang, kita ini seolah-olah adalah buta.
Ya benar, kita merencanakan, kita bekerja, kita mengarahkan angan-angan kepada suatu hal di waktu yang akan datang. Tetapi pada akhimya Tuhan pula yang menentukan.
Justru karena itulah maka bagi kita sekalian adalah satu kewajiban untuk senantiasa memohon pimpinan kepada Tuhan.
Tidak satu manusia berhak berkata, aku, aku sajalah yang benar, orang lain pasti salah! Orang yang demikian itu akhimya lupa bahwa hanya Tuhan jualah yang memegang kebenaran!
Bahwa perjuangan kita belum selesai, dan bahwa rakyat terutama sekali para buruh dan pegawai belum dapat hidup secara layak, itu memang benar! ltu saya akui, memang benar!
Dari uraian di atas sejak diamandemennya UUD 1945 diganti dengan UUD 2002 kita telah dengan masif sistemik Mengganti Pancasila dengan Free fight liberalism, kita mengabaikan persatuan dan kesatuan bangsa.
Akibatnya, negara bangsa ini tidak lagi mempunyai karakter kebangsaannya, hilang jati diri pada bangsanya, pertarungan politik semakin menghalalkan segala cara, budaya korupsi sudah sangat mengkhawatirkan, utang negara yang sudah menggunung, menjadikan negara dan bangsa ini tidak berdaulat lagi, kekayaan ibu Pertiwi menjadi sudah banyak yang dikuasai asing.
Berubahnya Kedaulatan rakyat menjadi kedaulatan partai politik melahirkan oligarki yang semakin menggurita dan rakyat tidak lagi berdaulat, sementara penghancuran persatuan dan kesatuan terus menjadi politik adu-domba antar agama maupun sesama agama, justru pecah-belah ini didesain dan dibiyayai oleh penguasa dengan menciptakan buzzer-buzzer agitasi dan memproduksi kebencian antar anak bangsa.
Persoalan Bangsa Indonesia hari ini tidak mungkin diselesaikan dengan biasa-biasa saja, sebab Oligarki sudah menggurita dan masif, tidak ada jalan lain kecuali Revolusi kembali pada Pancasila dan UUD 1945 Asli.
Perlunya membangun kesadaran terhadap seluruh anak bangsa untuk membangun karakter kebangsaan dan peduli terhadap nasib NKRI yang menuju kepunahan. (*)