Presiden Linglung

Indonesia sudah terjajah oleh penjajah gaya baru, khususnya kuasa Presiden sudah ada di dalam remote kendali politik China. Ketika Presiden akan membalikkan fakta dengan pidato-pidato menipu diri adalah perbuatan yang sia-sia dan semuanya sudah terlambat.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

LINGLUNG adalah ketidakmampuan untuk berpikir jernih, mungkin sedang terjadi disorientasi dan kesulitan memerhatikan, mengingat, dan lupa apa yang telah dikerjakan. Orang yang linglung itu mungkin memiliki perilaku aneh atau menyimpang dari perilaku normal.

Presiden Joko Widodo mengatakan ingin Indonesia jangan terkena kolonialisme modern: "Jangan mau kita terkena juga kolonialisme di era modern ini. Kita enggak sadar tahu-tahu kita sudah dijajah secara ekonomi," ujar Presiden Jokowi di Jakarta, Rabu (4/10/2023).

Sontak membuat kaget banyak pengamat politik dan ekonomi, seperti tokoh ekonomi nasional DR Rizal Ramli mengapresiasi pernyataan Presiden Jokowi mengatakan, kebijakan Presiden Jokowi justru sebaliknya, yaitu menghamba pada oligarki dan investor yang ingin merampas hak tanah masyarakat adat.

Ngomong gitu, apa dia ngerti yang diomongin ya? Wong situ kebijakannya mengamba oligarki dan investor perampas hak rakyat dan adat,” kata mantan Menko Perekonomian Presiden Abdurrahman Wahid alias Gus Dur itu melalui akun Twitter, @RamliRizal yang diunggah pada Jumat (6/10/2023).

Mantan Menko Kemaritiman Presiden Jokowi itu mengingatkan bahwa yang dilakukan pemerintah saat ini merupakan kolonialisme. “Itu namanya kolonialisme, Den. Sing eling atuh”.

Sebelumnya, di depan peserta Program Pendidikan Lemhannas Tahun 2023, di Istana Negara pada Rabu (4/10/2023) sudah mulai kambuh, Presiden mengatakan: "Jangan sampai kita terlena dalam hitungan bulan, enggak mau saya terkena penjajahan di era modern".

Dalam kejadian aneh itu, presiden linglung sepertinya tidak menyadari dirinya sebagai abdi oligarki sekaligus sebagai kolonialisme. Ketidak-sadaran yang terjadi, mungkin sedang Jokowi terserang diagnostik depresi, adanya gangguan kecemasan, akibat dosa-dosa yang dilakukan selama ini dan akan beresiko hukum menimpa dirinya.

Sangat mungkin presiden terkena gangguan kondisi fisik yang dapat berdampak parah pada fungsi psikologisnya. Jokowi menderita "sleep apnea" bersamaan dengan penurunan fungsi kognitif secara menyeluruh dan berakibat tidak sadar apapun yang diperbuat dan dikatakan.

Bisa juga Presiden terserang narsisme. Gangguan kepribadian narsistik adalah salah satu penyakit gangguan mental yang membuat pengidapnya merasa sangat penting dan harus dikagumi. Mereka juga hampir selalu merasa lebih baik dan apa yang dilakukan merasa sudah benar.

Selalu membanggakan pencapaiannya, dan bahkan selalu meminta presiden selanjutnya untuk mau melanjutkan programnya, tidak sadar apa yang telah dilakukan di atas puing-puing kehancuran dan kegagalannya.

Sangat terlihat pada pidato dan informasi yang disampaikan, akhir-akhir ini hanyalah pertunjukan sebuah drama dan menipu diri (lain yang diucapkan lain dengan kenyataan).

Gangguan kepribadian narsistik ini, memiliki sikap kesulitan menerima kritik. Perasaannya seorang yang punya gangguan seperti ini cenderung mudah tersinggung bahkan mudah merasakan depresi saat mendapat tekanan dan kritikan.

Tekanan yang semakin berat, ketidakpastian dan situasi makin tidak menentu akan mengakibatkan stress. Perilakunya menjadi tidak terkendali di luar kesadaran dirinya secara normal. Depresinya semakin berat diliputi ketakutan, karena merasakan ada bahaya yang membayangi perasaan dan pikirannya.

Indonesia sudah terjajah oleh penjajah gaya baru, khususnya kuasa Presiden sudah ada dalam remote kendali politik China. Ketika Presiden akan membalikkan fakta dengan pidato-pidato menipu diri adalah perbuatan yang sia-sia dan semuanya sudah terlambat.

Pilihannya tinggal menyerah, mengundurkan diri atau untuk menghindari resiko hukum oleh rakyatnya sendiri maka dia harus melarikan diri. (*)