Republik Muhammadiyah

Muhammadiyah niscaya menyediakan diri tumbuh sebagai kekuatan reformatif di abad ke-21. Reformasi semacam itu hanya akan mungkin dilakukan jika Muhammadiyah mampu mengendalikan humanisme sekuler ke arah humanisme religius, yakni nilai-nilai kemanusiaan yang tidak terpisah dari Islam. (Prof. Syafiq A. Mughni)

Oleh: Muhammad Chirzin, Guru Besar Tafsir Al-Qur’an UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

MUHAMMADIYAH adalah gerakan dakwah amar makruf nahi mungkar berdasarkan Al-Quran dan Sunah shahihah dengan cita-cita besar mewujudkan baldatun thayyibatun wa rabbun ghafur (QS 34:15).

Muhammadiyah menempuh jalan sunyi, tidak beroposisi terhadap Pemerintah; tidak memusuhi, dan tidak pula menjilat.

Muhammadiyah berakhlak wasathiyah. Semua dilakukan oleh para pejuang Muhammadiyah secara mandiri dengan ikhlas. Muhammadiyah menjawab problem sosial dengan amal. Membangun rumah sakit, lembaga Pendidikan, menggerakkan Lazismu dan amal usaha lainnya.

Khittah perjuangan KHA Dahlan: “Tidak menduakan Muhammadiyah dengan organisasi lain.” “Tidak dendam, tidak marah, dan tidak sakit hati jika dicela dan dikritik.” “Tidak sombong dan tidak berbesar hati jika menerima pujian.” “Tidak jubria (ujub, kikir, dan riya`).” “Mengorbankan harta benda, pikiran, dan tenaga dengan ikhlas dan murni.” “Bersungguh hati terhadap pendirian.”

Spirit perjuangan KHA Dahlan, “Tidak ada kekuatan, daya, dan tenaga, di luar kekuasaan Allah. Tidak takut kepada manusia; hanya takut kepada Allah.”

Pesan-pesan K.H.A. Dahlan: “Mengingat keadaan tubuhku, kiranya aku tidak lama lagi akan meninggalkan anak-anakku semua, sedangkan aku tidak memiliki harta benda yang bisa kutinggalkan kepadamu. Aku hanya memiliki Muhammadiyah yang akan kuwariskan kepadamu sekalian.”

“Mengapa engkau begitu bersemangat saat mendirikan rumahmu agar cepat selesai, sedangkan gedung untuk keperluan persyarikatan Muhammadiyah tidak engkau perhatikan dan tidak segera diselesaikan?”

“Memperbaiki urusan yang terlanjur salah dan disalahgunakan atau diselewengkan merupakan kewajiban setiap manusia, terutama kewajiban umat Islam.”

“Aku berharap kepada seluruh umat yang berjiwa Islam akan selalu tetap mencintai junjungan Nabi Muhammad saw dengan mengamalkan segala tuntunan dan perintahnya.”

“Kemunduran umat Islam karena sebagian besar mereka terlalu jauh meninggalkan ajaran Islam, kemerosotan akhlak, sehingga penuh ketakutan seperti kambing, dan tidak lagi memiliki keberanian seperti harimau.”

“Jika kita terus bekerja dengan rajin disertai kesungguhan, kemauan keras, dan kesadaran tugas yang tinggi, maka insyaallah, Tuhan akan memberi jalan, dan pertolongan-Nya akan tiba.”

“Orang Islam sejati adalah yang tetap berdiri pada tempat yang benar meskipun dunia dalam keadaan kacau.”

“Saya marah bukan karena nafsu, tetapi karena Allah. Letaknya kolot atau modern adalah dalam cara berpikir dan bertindak; letaknya takwa dan munafik adalah pada teguh atau tidaknya memegang hukum dan pendirian yang benar.” (Ki Bagus Hadikusumo)

“Insyaf, percaya, dan yakinlah, bahwa kemerdekaan suatu negara dan bangsa, yang didirikan di atas pengorbanan harta benda dan jiwa raga dari rakyat dan bangsa itu, insya’ Allah tidak dapat dilenyapkan manusia siapa pun juga. Dalam menghadapi keadaan yang bagaimanapun tetap jangan lengah, karena kelengahan dapat menyebabkan kelemahan, kelemahan menyebabkan kekalahan, dan kekalahan berarti penderitaan.” (Panglima Besar Jenderal Soedirman)

“Memikul tugas amar makruf nahi mungkar itu selalu menghadapi berbagai tantangan, besar dan kecil, namun tidak mungkin orang akan merasakan manisnya Islam kecuali mereka yang sudah memperjuangkannya lewat amar makruf nahi mungkar. Bila engkau berhati bebek, orang akan memperlakukanmu seperti bebek. Bila engkau berhati harimau, orang akan memandangmu sebagai harimau.” (K.H.R. Hadjid)

“Sekali Muhammadiyah tetap Muhammadiyah. Kata-kata ini bukan untuk Muhammadiyah saja, tetapi juga untuk saya.” (Bung Karno)

“Kerap kali orang tua menyesali pemuda, menuduhnya bekerja terburu-buru dan kurang pikir. Kerap kali orang muda menuduh orang tua lamban, lambat bertindak, dan terlalu banyak berpikir. Alangkah sibuknya dunia kalau pimpinan hanya di tangan yang muda-muda, dan dunia akan membosankan karena lamban geraknya kalau yang memimpin hanya yang tua-tua. Gabungan di antara gelora semangat yang muda dengan renung pikir yang tua itulah yang menimbulkan keseimbangan di dalam perjalanan hidup.” (Buya Hamka)

“Muhammadiyah adalah salah satu dari organisasi-organisasi rakyat Indonesia yang hingga sekarang mempunyai usia yang terpanjang, dan kita tahu bahwa Muhammadiyah selalu dapat dikemudikan dengan stabil, dan telah menunjukkan kesanggupan, keuletan, dan ketabahan melaksanakan perjuangan untuk mencapai cita-citanya. Muhammadiyah telah membuktikan dapat lulus dari ujian-ujian zaman.” (Sri Sultan Hamengku Buwono IX)

Jika ada yang mengatakan Muhammadiyah telah kehilangan kepeloporan, katakan bahwa kepeloporan memang sekali saja dalam sejarah, karena terobosan yang telah diciptakan. (H. Djarnawi Hadikusumo).

“Pada dasarnya setiap manusia memiliki empat dimensi pergaulan: pergaulan dengan sesama manusia, dengan lingkungan hidup, dengan diri sendiri, dan dengan Allah swt. Landaskan empat dimensi pergaulan itu di atas ajaran Islam, niscaya hasilnya memuaskan, baik lahir maupun batin, dan membawa ke kehidupan yang istiqamah.” (H.M. Djindar Tamimi)

Pengajian adalah ruhnya Muhammadiyah. Tanpa pengajian Muhammadiyah ibarat jasad yang tak bernyawa. Betapa pun hebatnya seseorang, bila nyawanya sudah tak ada, ia hanya mayat yang tidak lagi mampu memberikan kemanfaatan bagi orang lain. Ia menjadi tanggung jawab orang lain untuk memandikan, menshalatkan, dan menguburkan. (AR Fachruddin)

“Pada zaman sekarang ini banyak orang yang tidak bersedia mengamalkan ajaran agamanya. Melihat kesulitannya saja mereka sudah merasa putus asa dan tidak berani. Inilah yang menjadikan bangsa ini sulit menelurkan pemimpin yang baik dan amanah, sekalipun banyak orang di negeri ini yang memiliki ilmu agama sangat tinggi.” (AR Fachruddin)

“Mari kita saling menjaga silaturahmi. Tidak perlu saling iri, sombong, mentang-mentang berkuasa, sok kuasa. Mari jaga nama baik organisasi/golongan kita Islam. Jangan menjelek-jelekkan satu sama lain, saling mengkafirkan, memunafikkan, atau membid’ah-bid’ahkan. Jangan tolak-menolak jika ditunjuk untuk menjadi pemimpin, tetapi jangan berebut menjadi pempimpin.” (AR Fachruddin)

Warga Muhammadiyah tidak boleh cepat berpuas diri atas sebuah prestasi. Cepat puas diri adalah gejala dekadensi. (H.M. Djazman Al-Kindi)

Dalam rangka mengembangkan pendidikan Islam yang menjanjikan masa depan diperlukan beberapa prasyarat, yakni perencanaan yang terpadu dan menyeluruh serta dukungan dengan evaluasi dan riset. Kita boleh kehilangan apa saja, akan tetapi kalau kita kehilangan cita-cita berarti kita kehilangan semuanya. (Prof. A. Malik Fajar)

Penggunaan kata ijtihad pada masa kini harus dikembalikan pada pengertian yang cakupannya lebih luas daripada pengertian yang selama berabad-abad berkisar pada masalah hukum dan dilakukan seseorang yang berpredikat mujtahid. Untuk menyiasati persyaratan yang cukup berat itu, bisa dilakukan ijtihad kolektif (jama’i) dengan mengumpulkan para ahli dari berbagai displin ilmu pengetahuan dalam menyoroti satu masalah dari berbagai sudut pandang sesuai dengan keahliannya. (Prof. Asymuni Abdurrahman)

“Ada tiga jenis manusia: manusia jahat, manusia biasa, dan manusia baik. Manusia jahat, sejak bangun tidur sudah berniat dan berbuat jahat. Sementara manusia biasa, tidak ingin berbuat dosa dan kejahatan, namun bila ia kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia tidak bisa menghindari. Sedangkan manusia baik, sejak bangun pagi sudah berniat dan berbuat baik, dan jika kepergok dengan godaan dosa dan kejahatan, ia mampu menghindari. Ada beberapa jenis kemarahan, namun kemarahan paling indah adalah kemarahan terhadap kebatilan. Ada beberapa jenis cinta, namun cinta pada kebenaran adalah cinta paling indah.” (K.H. Ahmad Azhar Basyir)

“Muhammadiyah itu: yen dijiwit dadi kulit, dicethot dadi otot… setan ora doyan, dhemit ora ndulit.” (dicubit malah menjadi kulit, dibetot malah menjadi otot… setan tidak bakal doyan, jin tidak akan menyentuh). Insan Muhammadiyah adalah pribadi-pribadi yang selalu bekerja dengan ikhlas, tahan banting, dan tahan kritik, cemooh manusia, serta tahan godaan setan. (Prof. H.M. Amien Rais)

“Hidup adalah ibadah sekaligus jihad, dan mengorbankan harta/uang adalah yang paling berat dalam kehidupan. Allah memantau semua usaha keras kita, bahkan bersedia menjadi mitra kerja kita, bila kita bersungguh-sungguh. Jika kita terus-menerus mencari jalan keluar atas setiap masalah, Allah akan memberi jalan keluarnya. Ini sebuah sunatullah.” (Prof. H.M. Amien Rais)

“Rendah hati adalah refleksi dari iman. Jika memang peradaban yang berwajah adil dan ramah yang dirindukan benar-benar telah dihadapkan kepada jalan buntu, maka iman kita mengatakan, langit pasti tidak akan tinggal diam untuk membela pilar-pilar keadilan dan kebenaran dengan cara dan mekanismenya sendiri. Save our soul, save our nation – selamatkan jiwa kami, selamatkan bangsa kami.” (Prof. H. Ahmad Syafii Maarif)

Muhammadiyah terkesan kering dan tidak lagi vokal dan seagresif dahulu dalam menyerukan ide-ide pembaharuan pemahaman keagamaan, khususnya dalam hubungannya dengan realitas historis masyarakat Muslim yang hidup di tengah-tengah era modernitas. (Prof. M. Amin Abdullah)

Tantangan masyarakat yang kompleks dan multidimensional yang dihadapi Muhammadiyah: (1) sekularisme yang meniadakan transendental agama dalam kehidupan. (2) spiritualisme berupa kecenderungan untuk mencari makna-makna pada hal-hal yang spiritual, tetapi tidak identik dengan agama, bahkan menolak agama secara formal. (3) intelektualisme, kecenderungan menjadikan ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai agama baru. (4) keruntuhan dan hilangnya kepercayaan pada ideologi-ideologi mapan. (5) demokrasi dalam segala hal. (6) postmodernisme. (Prof. Kuntowijoyo)

Warga Muhammadiyah menggunakan istilah gerakan, dakwah, tajdid, tapi apakah Muhammadiyah memenuhi syarat sebagai gerakan dalam tataran teoretis? Sebuah gerakan lebih dari sekadar organisasi. Gerakan (harakah) paling tidak mengandung dua aspek utama, yaitu adanya proses sistematis-dinamis, dan sistem yang dinamis untuk mencapai tujuan; atau dinamis yang sistematis.” (Prof. M. Din Syamsuddin)

Muslim harus menjadi kontributor signifikan bagi pengembangan teknologi. Jangan hanya dapat mengucap masyaallah ketika terkagum pada temuan hebat, atau mengucap astaghfirullah ketika temuan teknologi membuat malapetaka. Umat Islam harus berkiprah dalam forum apa pun. (Prof. H. Noeng Muhadjir)

Jika pendidikan Muhammadiyah ingin berubah sesuai dengan kompleksitas masa depan, (maka) perubahan-perubahan itu perlu dilakukan secara terus-menerus secara tersistem, karena di masa depan tingkat keusangan kelembagaan pendidikan Muhammadiyah akan berjalan sangat cepat. (Prof. H. Suyanto)

Pendidikan adalah wahana untuk mempersiapkan manusia di dalam memecahkan problema kehidupan di masa kini maupun di masa datang. Sistem pendidikan yang dikembangkan oleh suatu masyarakat harus mampu membangun kompetensi manusia untuk mempersiapkan kehidupan yang lebih baik. (Prof. H. Djamaluddin Ancok)

Implementasi kesatuan organik akal dalam proses belajar mengajar di dunia pendidikan Muhammadiyah seharusnya dikembangkan secara aktual dalam berbagai kajian dan rancangan studi-studi, sehingga tidak terjebak dalam dikotomi kiri-kanan, jasmani-rohani, dunia-akhirat, agama-nonagama, dan lain-lain yang justru tidak mencerahkan. (Prof. Musa Asy’arie.)

Berkesenian itu bila dilaksanakan untuk ibadah akan mendapat pahala. (H.M. Muhammad Muqoddas)

Dalam era pembangunan nasional, karya-karya sastra Indonesia yang fungsional dalam kehidupan masyarakat diciptakan oleh warga masyarakat yang committed dengan upaya menciptakan masyarakat dan bangsa idaman. Dengan demikian, kehadiran cipta sastra di persada Indonesia ini sangat fungsional, khususnya pembangungan di bidang sumber daya manusia. (Hj. Siti Chamamah Soeratno)

Perhatian terhadap wanita Indonesia tidaklah berarti persamaan haknya dengan kaum pria, melainkan menempatkan fungsinya sebagai faktor yang potensial di masyarakat. Wanita Indonesia yang jumlahnya lebih dari separoh penduduk, menyimpan potensi yang harus diperhitungkan dalam pembangunan bangsa dan masyarakat. (Hj. Siti Chamamah Soeratno)

Perempuan dapat berperan dalam organisasi massa Islam, pengurus yayasan, aktivis lingkungan, pejuang hak asasi, aktivis partai politik, jadi menteri, bahkan menjadi presiden sekalipun. (Prof. H. Yunahar Ilyas)

Puncak hasil perkembangan intelektual dan kultural bangsa Indonesia dalam merumuskan konsep nasionalisme Indonesia adalah Pancasila yang menggambarkan nilai-nilai fundamental bangsa Indonesia. Tantangan Muhammadiyah adalah soal etika bisnis. Kesenjangan ekonomi antara kekuatan ekonomi konglomerasi dan kekuatan ekonomi rakyat menunjukkan adanya ketidakberesan dalam aturan main dunia bisnis. Muhammadiyah sebagai gerakan amar makruf nahi mungkar sehausnya memiliki kekuatan mental untuk bisa mengungkapkannya. (Prof. H.M. Dawam Rahardjo)

Dalam mengembangkan demokrasi diperlukan pendidikan demokrasi yang akan lahir dalam pendidikan yang demokratis. Oleh karena itu, demokratisasi pendidikan Indonesia merupakan keniscayaan. (Prof. H.M. Zamroni)

Sebab-sebab KKN (Korupsi, Kolusi, Nepotisme) selain tunakuasa adalah rendahnya pendapatan dan beratnya beban kultural yang bergelayut di bahu masyarakat. Beban kultural akan menjadi lebih berat ketika masyarakat mengalami mobilitas sosial secara vertikal, tiba-tiba, dan keluar dari alur kehidupan yang telah lama digelutinya. (Prof. H. Sjafri Sairin)

Muhammadiyah berada dalam pusaran ideologi dan dinamika kehidupan masyarakat yang sangat kompleks. Lebih khusus perkembangan umat Islam dengan segala macam orientasi ideologis dan gerakannya. Muhammadiyah tidak cukup mengandalkan usaha-usaha pragmatis atau berjalan mengikuti hukum dinamika alamiah belaka, tanpa berpijak pada prinsip-prinsip gerakan yang bersifat ideologis, sesuai dengan pesan Al-Quran QS 59:18. (Prof. H. Haedar Nashir)

Kekuatan Muhammadiyah terletak pada: (1) fondasi Islam yang berlandaskan pada Al-Quran dan Al-Sunnah disertai pengembangan ijtihad; (2) reputasi Muhammadiyah sebagai gerakan Islam modern secara nasional maupun internasional: (3) jaringan organisasi yang tersebar di seluruh penjuru tanah air dan beberapa negara; (4) perkembangan amal usaha Muhamadiyah yang secara kuantitatif menjadi aset sumber daya, fasilitas, infrastruktur yang sangat penting bagi persyarikatan dalam memajukan kehidupan bangsa dan umat manusia; (5) Muhammadiyah sebagai kekuatan organisasi kemasyarakatan menjadi modal sosial dan moral serta kekuatan politik kebangsaan yang diperhitungkan. (Prof. H. Haedar Nashir)

Umat Islam mempunyai kewajiban memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya di tengah-tengah masyarakat yang sedang memasuki era reformasi. Dalam kaitan inilah internalisasi etika Islam dalam etika nasional menjadi strategis dalam membangun masyarakat Indonesia Baru. (Prof. H.M. Yunan Yusuf)

Membicarakan pangan di Indonesia sangat identik dengan padi. Setiap saat permintaan beras luar biasa lonjakannya. Ironisnya yang hidupnya paling miskin adalah petani yang menanam padi. (H. Said Tuhuleley)

Rule of law menjamin stabilitas politik dan ekonomi. Islam mewajibkan kita untuk melaksanakan dan memperjuangkan terlaksananya sistem ekonomi kerakyatan dan sistem politik yang adil dan demokratis. (Prof. H. Ismail Sunny)

Islam mengharuskan adanya demokrasi ekonomi dan demokrasi politik dalam arti yang sebenarnya. (Sritua Arief)

Bila Muhammadiyah berhasil melakukan gerakan ekonomi, maka usaha-usaha untuk menjadi Gerakan Islam dan Gerakan Dakwah dalam arti yang sebenarnya insyaallah akan dapat diwujudkan. (H.M. Sukriyanto AR)

Muhammadiyah niscaya menyediakan diri tumbuh sebagai kekuatan reformatif di abad ke-21. Reformasi semacam itu hanya akan mungkin dilakukan jika Muhammadiyah mampu mengendalikan humanisme sekuler ke arah humanisme religius, yakni nilai-nilai kemanusiaan yang tidak terpisah dari Islam. (Prof. Syafiq A. Mughni)

Optimalisasi peran Muhammadiyah sekarang dan untuk masa depan harus didukung berbagai gagasan dan peran pembaharuan yang selalu berada di garda depan, setidaknya terdiri atas peran kultural, struktural, intelektual, dan spiritual. (Dr. Asep Purnama Bakhtiar)

“Hidup-hidupilah Muhammadiyah, sehingga Muhammadiyah menjadi kuat dan mampu memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warganya sepanjang masa.” (Hj. Kusnariyati Sri Rahayu) (*)