Revolusi, Jalan Menyelamatkan Indonesia

Untuk menyelamatkan Indonesia, dengan cara kompromi melalui jalur konstitusi terasa sudah tertutup, tidak ada jalan lain selain revolusi. Bahwa Proses revolusi akan datang secara alami tidak bisa dipercepat dan ditunda.

Oleh: Sutoyo Abadi, Sekretaris KAMI (Kalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia) Lintas Provinsi

PASCA terjadinya perubahan UUD 1945 menjadi UUD 2002, otomatis hilangnya negara Proklamasi 18 Agustus 1945 dan Pancasila dilemahkan, bahkan dimatikan. Negara dalam goncangan hebat berjalan tanpa arah menuju kehancurannya.

Negara berubah menjadi negara kapitalis, Oligargi sudah masuk ruang dapur negara mengatur negara dengan bebas. Fungsi presiden berubah hanya sebagai operator kekuatan pengendali negara yang sesungguhnya.

Negara Kapitalisme melahirkan oligarki. Badut politik, dimunculkan oleh Bandar politik, kemudian dibesarkan oleh Bandit politik. Lahirlah "Pemimpin Boneka", seperti itulah buah dari "deformasi" (DR. Mulyadi).

Pemimpin Boneka: seringkali diasosiasikan pemimpin yang ucapan, peran, dan sikapnya dikendalikan orang lain. Saat manggung, dikendalikan peran panggungnya oleh sutradara.

Gaya kepemimpinan yang mencela-mencle, serta peran kepemimpinannya yang hanya sebagai pemimpin boneka, sangat mudah dilihat pada panggung depan (front stage), dan panggung belakang (back stage), berbeda 180 derajat.

Datang Pageblug yang parah akibat: The wrong man in the wrong place with the wrong idea and idealism (Orang yang salah di tempat yang salah dengan ide dan cita-cita yang salah). Solitudinem faciunt pacem appellant (mereka menciptakan kehancuran dan menyebutnya perdamaian). Negara mengarah menjadi tiran dan otorian.

Menghadapinya kondisi seperti ini jangan naif: "terhadap kekuasaan yang telah berubah menjadi tirani dan otoriter tidak boleh ada kompromi dan tidak boleh ada jalan tengah".

Adalah hak rakyat untuk mengubah atau menghentikan pemerintahan tirani, dan mengganti dengan pemerintahan sesuai dengan cita-cita kemerdekaan. Karena, karakter pemimpin tirani tidak bisa diterima untuk memimpin bangsa yang merdeka.

Dalam politik, tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Jika itu terjadi, Anda bisa bertaruh itu direncanakan seperti itu, kata Franklin D. Roosevelt.

Raplh Warso Emerson mengatakan: Alam telah memutuskan, bahwa apa yang tidak sanggup membela diri takkan dibela.

"Ketika keadilan gagal, opini publik mengambil-alih. Ketika hukum tersesat pada kejumudan Undang-Undang atau bengkok karena uang, massa mulai akan membakar dan membunuh".

"Apabila rakyat tak berani mengeluh, itu artinya sudah gawat dan apabila omongan penguasa tidak boleh dibantah dengan kebenaran itu artinya pasti terancam".

Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI), adalah organisasi yang di dalamnya adalah kaum pejuang intelektual yang memiliki misi perjuangan "Menyelamatkan Indonesi".

Kaum intelektual memiliki sifat altruistik yang senantiasa memburu kebenaran demi kemaslahatan bersama, dan menjadi pencipta bahasa dalam menyampaikan yang benar kepada penguasa, dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip kemanusiaan dan keadilan. (Edward Said, 1996)

Di alam ini tetap saja muncul: "Intelektual sebagai antek penguasa yang mengabaikan, bahkan merasionalisasi, kejahatan negara dengan lugasnya bohong dalam menyampaikan kebenaran". (Antonio Gramsci - 1971)

Tipuan dan kebohongan penguasa busuk, sedang memainkan perannya. Kurang cerdas dapat diperbaiki dengan belajar, kurang cakap dapat dihilangkan dengan pengalaman. Namun tidak jujur sulit diperbaiki. Semua kezaliman harus di hentikan, kembalikan negara sesuai amanah pembukaan UUD 1945.

Dikutip dari buku Ad-Daa wad Dawaa karya Ibnu Qayyim al-Jauziyyah, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda: "Sesungguhnya, jika manusia melihat orang zalim, lantas tidak mencegahnya (dalam lafazh lain disebutkan: Jika mereka melihat kemunkaran lantas tidak mengubahnya), maka hampir-hampir Allah menimpakan azab secara menyeluruh kepada mereka".

"Dengan hanya berdoa di saat puncak kezaliman sedang terjadi maka itulah saat lemahnya iman". Kita semua harus menyadari, sebagaimana dikatakan Syekh Ibnu Atha'illah Al-Hikam: "Harapan itu harus disertai amal nyata, jika tidak maka ia hanyalah angan-angan belaka".

Syekh Abdullah Asy-Syarqawi menjelaskan bahwa harapan (ar-raja') yang sesungguhnya adalah harapan yang dapat memotivasi seseorang untuk berjuang dalam bekerja dan beramal.

Prof. Din Syamsudin mengatakan: "Ketika manusia sudah tidak ada yg mau melakukan amar ma'ruf nahi mungkar maka alam akan bertindak".

Negara dalam kondisi darurat nasional. 1) Darurat politik, karena menghapus konstitusi UUD 45 2) Darurat ekonomi, karena dicengkeram oligarki. 3) Darurat pangan, karena dihabisi elnino dan impor pangan. 4) Darurat pendidikan, karena liberalisasi dan komersialisasi. 5) Darurat budaya, karena kini penetrasi budaya asing begitu hegemonik di semua lini.

Solusinya yang harus dilakukan: 1) Jadikan Pancasila jadi sumber bernegara, 2) Kembali ke UUD 1045 3) Pilih pemimpin yg berani dan amanah 4) Hidupkan kembali GBHN, 5) Putar haluan menjadi ekopol pro pemerataan dan keadilan yang theo-antro-eco-centris. (Prof. Yudhie Haryono)

Untuk menyelamatkan Indonesia, dengan cara kompromi melalui jalur konstitusi terasa sudah tertutup, tidak ada jalan lain selain revolusi. Bahwa Proses revolusi akan datang secara alami tidak bisa dipercepat dan ditunda.

Pilihan jalan perjuanganya adalah Revolusi: dimulai oleh segelintir orang yang mengusung suatu ide dan gagasan untuk selamatkan Indonesia di bila ide dan gagasan tersebut diterima banyak orang untuk melakukan perubahan besar .... Itulah namanya revolusi. Jadi, revolusi itu konstanta, bukan variabel apalagi faktor.

Plato: Kalau negara sudah menjadi anarchis – semua harus dibabad dulu – ganti yang baru. Revolusi Jalan Untuk Menyelamatkan Indonesia.

Sesuai Jatidirinya, inilah tugas suci "Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI) saat ini. (*)