Revolusi Pelangi Akan Terjang Istana

Kekuatan civil society juga sependapat bahkan mendorong kekuatan di Senayan untuk segera mematangkan "revolusi pelangi”, revolusi yang digalang oleh kumpulan parpol: merah, hijau, dan biru ini. Akan menjadi peluru tajam ke Istana, kalau tidak hati-hati.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

PEMAKSAAN Gibran Rakabuming Raka sebagai Cawapres Prabowo Subianto, dengan mengubah batas usia, melalui proses pelanggaran konstitusi yang merupakan kewenangan pemerintah dan DPR, bisa memuntahkan bara panas, berupa perlawanan dari PDIP.

Bahkan, sangat mungkin akan memantik kekuatan partai politik lainnya, dan bisa menarik emosi masyarakat luas akan terlibat. Arah kekuatan ini, akan menerjang Joko Widodo, karena tidak bisa dinafikan semua proses rekayasa politik ugal-ugalan tersebut atas restu bahkan indikasi kuat semua skenario berasal dari Istana.

Bara tersebut bisa mengarah impeachment kepada Jokowi, dengan alasan lain tentang "IKN, KCIC serta Food Estate, selama ini juga nyaring disebut-sebut sebagai pintu masuk pelengseran Jokowi". Bahkan bisa muncul alasan baru, sebagai amunisi politik untuk merontokkan Istana.

Wajar PDIP merasa tersinggung dengan rekayasa yang culas ini bukan semata alasan pelanggaran konstitusi tetapi semua rakyat bisa membaca, politik by pass Jokowi terlalu kasar, melanggar etika politik seperti tidak tahu diri dari mana kelahirannya dan siapa yang membesarkannya sampai bisa naik puncak sebagai Presiden RI.

Mobilisasi relawan-relawan Jokowi demi terwujudnya pasangan Prabowo – Gibran, bisa berujung impeachment atau terjangan kekuatan politik lainnya ke Istana.

Proses impeachment memang tidak mudah tetapi sangat mungkin terjadi. Ada tiga dasar untuk melakukan impeachment (pemakzulan) terhadap seorang presiden. Yang bisa dijadikan alasan impeachment:

Apabila presiden melakukan tindak pidana, termasuk tindak pidana korupsi. Apabila presiden imelanggar konstitusi dan mengkhianati negara. Proses pemakzulan itu melibatkan tiga lembaga. Yakni, MPR, DPR dan Mahkamah Konstitusi (MK).

"Dengan memaksakan Gibran sebagai cawapres Prabowo, Jokowi seakan memaklumatkan perang pada PDIP. Ini berbahaya,” demikian Dr M Sholeh Basyari, Direktur Ekskutuf CSIIS (Center for Strategic on Islamic and International Studies) kepada duta.co, Sabtu (14/10/2023).

Menurut pengamat dari CSIIS ini, sejumlah peluru telah dan tengah disiapkan "dewan kolonel" PDIP untuk menjatuhkan Jokowi, bahkan kabarnya draft pemakzulan tinggal finishing.

Kekuatan civil society juga sependapat bahkan mendorong kekuatan di Senayan untuk segera mematangkan "revolusi pelangi”, revolusi yang digalang oleh kumpulan parpol: merah, hijau, dan biru ini. Akan menjadi peluru tajam ke Istana, kalau tidak hati-hati.

Jusuf Kalla mengatakan, Indonesia merupakan negara dengan penduduk 270 juta, dengan 18 ribu pulau dan berbagai suku. Masalah ekonomi, politik, sosial, juga sangat kompleks. Ini negara terlalu besar. Jangan dijadikan percobaan. (*)