Spiritualitas Anies Baswedan
Untuk Anies, jangan takut, jangan gentar dan jangan lari dari medan pertempuran untuk meluruskan jalan dan menghadirkan keadilan. Anies tidak sendiri, seluruh rakyat Indonesia selalu membersamai dan utamanya Tuhan Yang Maha Esa akan senatiasa menyertai perjuangannya.
Oleh: Yusuf Blegur, Mantan Presidium GMNI, Ketua Umum DPP BroNies
UPAYA menjegal dan melakukan kriminalisasi terhadap Anies Baswedan berbanding lurus dengan strategi melindungi dan menyelamatkan rezim pemerintahan pasca kekuasaan. Untuk itu, segala cara dihalalkan dan dikerahkan penguasa, termasuk mengubah bentuk penampakannya menjadi iblis berwujud manusia.
Kalau perlu seorang Anies bisa dihilangkan keberadaannya di dunia, alias dibunuh. Dari upaya kriminalisasi dan pelbagai cara menjegalnya sebagai bakal capres, prestasi dan nama baik Anies terus digerus.
Setelah gagal dengan sejuta fitnah dan tudingan politik identitas, kemudian membuat perangkap hukum dalam Formula E, beragam drama dan orkestra kebencian serta permusuhan pada Anies. Rezim kekuasaaan mengusik Jakarta International Stadium (JIS) yang menjadi maha karya Anies dan kebanggan anak bangsa.
Tak tanggung-tanggung, 3 menteri yang kinerjanya sontoloyo dikerahkan mau menelanjangi sendiri wajah pemerintahan untuk mengobrak-abrik JIS, dengan aroma kental korupsi bermodus renovasi.
Kecemasan dan ketakutan rezim kekuasaan semakin menjadi-jadi saat menyadari bahwa Anies semakin tak terbendung untuk menduduki jabatan presiden RI. Dengan kinerja jeblok dan kondisi penyelenggaraan negara yang sangat bobrok, menjadi realistis ketika rezim berhitung keamanan dan keselamatannya pasca kekuasaan. Bukan hanya kekuatan oposisi, bisa jadi rakyat akan marah akibat penderitaan dan kesengsaraan yang dialami selama 2 periode pemerintahan yang dianggap gagal.
Praktik-praktik KKN yang over dosis telah melahirkan kebijakan utang negara, banjir TKA China, perampasan hak tanah rakyat, penindasan buruh, petani dan nelayan, ekonomi nasional anjlok berdampak kepada pencabutan subsidi rakyat yang vital yang menimbulkan lemahnya daya beli masyarakat, kebiadaban perilaku aparat penegak hukum dan birokrat serta tak terhitung distorsi lainnya penyelenggaraan negara.
Ini menjadi cermin wajah pemerintahan yang cenderung otorier dan diktator serta eksistensinya sebagai boneka juga jongos oligarki. Keadaan rakyat seperti api dalam sekam dan negara bagai bom waktu yang setiap saat bisa meledak dengan kekuatan ledakan dahsyat, menunggu kehadiran seorang pemimpin yang siap mengemban amanat perubahan dan tegas menyelamatkan masa depan NKRI.
Semua mimpi, kerinduan, dan harapan rakyat terhadap perubahan kini mewujud pada figur Anies Baswedan. Segala capaian kinerja terutama saat memangku jabatan Gubernur Jakarta, menjadi indikator sekaligus tolok ukur karakter dan integitas kepemimpinannya.
Tidak sekedar memiliki kemampuan konseptual dan praksis, Anies yang melekat kebaikan ahlak dalam dirinya kini merepresentasikan dirinya sebagai pemimpin nasional yang diinginkan rakyat untuk mengemban amanat sebagai presiden RI dalam pilpres 2024 mendatang.
Meski tantangan dan hambatan kerap menerpanya, terutama dari siasat dan konspirasi kejahatan rezim kekuasaan, Anies bergeming dan semakin menuai simpati dan empati rakyat. Kesadaran Rakyat semakin kentara, seperti sedang menyaksikan pertarungan antara Daud dan Goliath, pertarungan antara yang lemah dan kuat tapi juga mewakili pertarungan antara hak dan batil.
Anies seperti tak pernah berhenti harus menghadapi sekelompok orang dan sistem yang telah menjadi penguasa kegelapan. Persekongkolan aparat dan pemilik modal yang telah melakukan dominasi terhadap kelembagaan eksekutif, legislatif dan yudikatif dalam negara, demi memuaskan syahwat jabatan, materi dan semua kesenangan dunia.
Indonesia laksana menjadi kawah candradimuka hitam putihnya kehidupan, manjadi tempat pertarungan antara kebenaran dan kejahatan, menjadi wadah pergulatan antara nilai-nilai dan hawa nafsu. Kepemimpinan Anies yang mengemuka politik spiritualitas, terus berhadapan dengan gerombolan yang mengidap materialisme sebagai kekuatan sekaligus ambisi dunianya.
Dengan kesolehan sosial yang membungkus prestasi dan penghargaan selama mengemban amanat rakyat sejauh ini, Anies tak gentar sekalipun menghadapi rezim tirani yang uang, aparat kekuasaan dan sebagian besar media massa digenggamnya.
Anies diibaratkan mengusung keyakinan, sementara itu rezim terus bangga dan terlena dengan kenyamanan memenuhi libido dan syahwat kebinatangan demi kepuasan jabatan dan kekayaan.
Semua institusi negara dengan kewenangan-kewenangan strategis telah dikuasai rezim. Sebagian besar partai politik, KPU, KPK, MK, PSSI dll., telah menjadi alat kekuasaan dan telah tunduk dan taat bekerja melayani keinginan rezim pemerintahan.
Semua pemimpin dan elit di dalamnya, terpaksa dan dalam keadaan naif dan miris karena harus memilih terhindar dari jeruji besi yang akan mengikatnya dan kemewahan gaji dan fasilitasnya dibandingkan harus mempertahankan idealisme dan perjuangan.
Penghianatan dan kejahatan istitusional yang terus menyelimuti para pemangku kepentingan publik itu, memang ringkih dan ironis, di satu sisi harus berhadapan dengan skandal kasus korupsi yang melibatkan petinggi di dalamnya, di lain sisi amanat konstitusi, pertanggunganjawab di hadapan rakyat dan Tuhan sebagaimana tertuang dalam sumpah jabatannya.
Terlalu banyak, bahkan berlaku secara terstruktur, sistematik dan masif, penyelenggara negara gagal membangun keharmonisan dan keselarasan antara kesadaran ideal spiritual dengan kesadaran rasional material.
Anies mau tidak mau, suka atau tidak suka harus menghadapi retuntuhan dan serpihan bangunan yang hancur nilai-nilai dan value kebangsaan seperti yang diidam-idamkan dalam Pancasila dan UUD 1945.
Pun, ketika dalam proses kontestasi capres memenuhi panggilan rakyat dalam mengemban amanat penderitaan semesta alam. Anies terbukti akrab dan intim dengan penderitaan bagaimanapun isu, intrik, fitnah dan kejahatan rezim kekuasaan tak pernah berhenti melepasnya.
Laksana kekuatan spiritual melawan kekuatan material seperti yang pernah diungkapkan Anies, perjuangan meluruskan jalan dan menghadirkan keadilan harus tetap hidup dan bersemayam di dalam sanubari seluruh rakyat Indonesia.
Cita-cita proklamasi kemerdekaan dan keinginana para pendiri bangsa, tak boleh mati meski harus menghadapi kolonialisme dan imperialisme modern, dalam wujud kapitalisme dan komunisne gaya baru sekalipun.
Tanah air Indonesia tidak untuk dijual, tanah air Indonesia tidak hanya untuk segelintir orang dan golongan, tanah air Indonesua tidak untuk bangsa asing juga. Bumi dan kekayaan alam nusantara, hanya dan hanya untuk seluruh rakyat Indonesia tanpa terkecuali.
Kemerdekaan oleh para pendiri bangsa, pemimpin, ulama, habib dan santri serta perjuangan dan pengorbanan semua anak bangsa, hanya untuk mewujudkan kemakmuran dan keadilan serta kesejahteraan umum bagi rakyat Indonesia.
Untuk Anies, jangan takut, jangan gentar dan jangan lari dari medan pertempuran untuk meluruskan jalan dan menghadirkan keadilan. Anies tidak sendiri, seluruh rakyat Indonesia selalu membersamai dan utamanya Tuhan Yang Maha Esa akan senatiasa menyertai perjuangannya.
Menghadapi rezim kekuasaan yang manipulatif, kamuflatif, dan konspiratif, tetaplah Anies dengan karakter cerdas, santun dan beradab. Anies bergeming berada di jalur konstitusional dan demokratis dengan kerendahan hati dan keikhlasan betapapun kedzoliman memburunya.
Tetap semangat ikhtiar dan istiqomah menjalankan perubahan untuk Indonesia yang lebih baik. Yakinlah pada Tuhan yang akan melindungi Anies dan menyelamatkan rakyat Indonesia, sekalipun rezim jahat dan aniaya tengah berkuasa dan gelap mata.
Karena sesungguhnya, di atas kekuasaan presiden masih ada kekuasaan rakyat dan di atas kekuasaan rakyat masih ada kekuasan Tuhan yang Akbar dan Maha Segalanya.
Sejatinya menghadapi rezim yang absolut kekuasaannya dan absolut korupsinya, harus ada keyakinan tak akan ada kekuasaan yang langgeng seperti kata pepatah tak ada pesta yang tak akan berakhir.
Tak ada orang atau kelompok yang paling berkuasa di dunia sekalipun, karena di atas langit masih ada langit begitu seperti dimaknai oleh spiritualitas Anies (*)