Biarlah Anies Jadi Simbol Moral: Jangan Terjebak Hiruk-pikuk Kekuasaan Immoral

Apakah Anies Baswedan yang pernah jadi Capres bersama dengan Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya yang telah serukan dan populerkan Gerakan Perubahan akan terjebak pada situasi kroditik moral kekuasaan yang nihil moral ini?

Oleh: Muslim Arbi, Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu

STOK moral kekuasaan saat ini berada pada titik yang sangat rendah. Jika tidak mau dibilang sudah habis sama sekali.

Stok moral kekuasaan nihil. Kekuasaan di Eksekutif maupun di Legislatif alami kebangkrutan moral.

Berbagai pelanggaran moral kekuasaan semakin hari menyeruak di ranah publik yang semakin mengerikan.

DPR berjudi dan Istana mencuri Bansos. Apalagi kasus Ijazah Palsu Presiden Joko Widodo hampir tiap saat muncul di media sosial merusak dan menghentak kesadaran nurani publik.

Presiden tukang bohong dan gemar berbohong. Tudingan yang dilayangkan oleh Tokoh UI Watch: Taufik Bahauddin, mantan penasehat Gubernur Jokowi di DKI. Beliau dikenal kritikan soal PKI Gaya Baru, di berbagai podcast-nya itu mengalami pembenaran karena soal tudingan Ijazah Palsu Joko Widodo itu telah terbukti di Pengadilan.

Soal IKN misalnya. Presiden sesumbar banyak investor yang deras datang. Nyatanya dibantah oleh Menteri Bahlil Lahadalia dan Menteri Basuki Hadimuljono. Tidak ada investor yang investasi.

Terbaru dalam channel resmi Prof. Amien Rais soal IKN. Serukan Pejabat agar berhenti berbohong soal IKN.

Kebohongan Presiden soal Ijazah Palsu, Soal Janji-janji Politiknya. Soal Dolar 10.000 dan sekarang mendekati Rp 17.000 adalah kebohongan yang nyata. Dan presiden harus punya rasa malu.

Juga kebohongan Presiden soal anak-anak dan nantinya yang "hanya" bisnis gorengan, martabak dan jualan kopi. Dan, ternyata Anak-Mantunya kini penyubur KKN dan pelanggar UU.

Di saat Negera yang dikelola oleh kekuasaan nihil moral ini, perlu ada tokoh yang tampil menjadi anti-tesa. Tokoh yang andalkan moral dan intelektual. Tokoh yang tidak terjebak pada kekuasaan yang rusak.

Apakah Anies Baswedan yang pernah jadi Capres bersama dengan Muhaimin Iskandar sebagai cawapresnya yang telah serukan dan populerkan Gerakan Perubahan akan terjebak pada situasi kroditik moral kekuasaan yang nihil moral ini?

Kekuasaan Eksekutif yang tidak lagi dapat dikontrol Legislatif karena para anggota dewan dari pusat hingga daerah sedang asyik bermain judi online seperti bukti PPATK itu?

Bagaimana rakyat mendambakan kekuasaan yang dikontrol secara formal oleh UU kalau yang mau dikontrol dan pengontrol mengalami degradasi moral?

Pesan saat di catatan kecil ini. Anies Baswedan tidak perlulah terjebak pada rebutan kekuasaan chaostic moral ini. Jika dia mau. Dan tampil tetap sebagai penyeru pada gerakan perubahan yang dinantikan dan didambakan Rakyat. Termasuk 40 juta suara pilpres. Kalau itu benar yang jatuhkan pilihan pada Anda dan Muhaimin.

Teruslah bersuara bersama para tokoh pemegang gawang moral seperti Para Ulama dan Habib juga para Tokoh moral lainnya perbaiki negeri ini dari kekuasaan yang Immoral.

Dahulu sebelum masuk kekuasaan, Anies dikenal dalam Gerakan Indonesia Mengajar. Kini Alumnus UGM asli itu seharusnyanya menggerakkan gerakan Moral Kekuasaan.

Siapkah Anies Baswedan untuk itu? Semua terpulang kepada Mantan Capres asal Kuningan, Jawa Barat, Cucu dari Salah satu Tokoh Pendiri Bangsa dan Pahlawan Nasional AR Baswedan.

Wallahu'alam. (*)