Dari JIS, Amankan dan Aminkan Suara Perubahan

Genderang perlawanan sudah dikumandangkan dalam sesi terakhir Desak Anies di Surabaya, lagu Darah Juang pun didengungkan, sebagai penegasan perubahan harus terjadi, jangan lagi bermain curang dan tidak netral, kami akan lawan.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya

HARI Sabtu, 10 Februari 2024, merupakan hari terakhir pelaksanaan kampanye akbar bagi paslon capres dan cawapres. Dan hari Sabtu lalu berlangsung dua kegiatan kampanye yang menunjukkan head to head antara pasangan AMIN (Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar) dan pasangan Pragi (Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka).

Dua pasangan itu yang dikesankan berlawanan, AMIN sebagai pasangan oposisi yang mengawal perubahan, sedangkan Pragi adalah pasangan status quo yang mengusung keberlanjutan.

Dua kegiatan kampanye akbar pada Sabtu, 10 Februari 2024, ini menjadi simbol pertarungan nilai moral dan etika serta kepercayaan masyarakat. Pasangan Anies dan Muhaimin adalah pasangan yang jauh dari nilai-nilai pelanggaran moral serta etika, sementara pasangan lain yang didukung Istana kini mengalami krisis moral dan etika.

Kritik masyarakat dan perlawanannya terhadap paslon dukungan dari Istana ini menunjukkan telah terjadi "distrust", hal ini tentu patut dicermati bagaimana sesuatu yang sudah dianggap cacat moral lalu dipaksakan untuk diterima oleh masyarakat, tentu ada hal-hal yang juga akan melanggar norma dan etika yang berlaku.

Isu netralitas, isu kecurangan, dan isu-isu berkaitan dengan pemilu yang jujur dan adil hampir setiap hari menggema diteriakkan oleh kelompok-kelompok kritis masyarakat, ini adalah hal yang tak wajar dan menunjukkan adanya kepentingan dalam pelaksanaan pemilu sebagai perwujudan demokrasi yang sehat.

Saya kebetulan menjadi saksi gelombang perubahan di 3 kota di Jawa Timur menjelang penutupan kampanye Rabu, 9 Februari 2024, di Tulungagung, Pasuruan, dan Surabaya.

Terasa sekali arus dan gelombang perubahan yang digaungkan masyarakat, tak ada satu ruang pun yang kosong dari jubelan manusia, semua membawa harapan perubahan. Ribuan manusia berjejal, berbondong bondong berjalan kaki, berkendara hanya satu harapan, ingin mendengarkan lantunan bait perubahan yang dirangkai oleh pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar.

Tidak hanya orang tua, remaja, dan dewasa dari kalangan emak-emak, buruh, petani, dan pekerja sektor non formal hadir, hanya satu keinginan mendengar pidato Mas Anies dan Cak Imin tentang perubahan.

Bahkan di Surabaya, rangkaian perjalanan lokomotif perubahan itu berakhir di gedung DBL Arena bertajuk Desak Anies dihadiri oleh ribuan kalangan muda dari berbagai daerah di Jawa Timur dan bahkan dari luar Jawa Timur. Tampaknya gelombang perubahan ini tak bisa lagi dibungkam dan dibendung.

Hari Sabtu, 10 Februari 2024, saya juga bisa menjadi bagian yang menyaksikan aura gelombang perubahan yang akan dilantunkan di Jakarta International Stadium (JIS). Jutaan manusia dari berbagai wilayah Indonesia hadir berduyun-duyun dengan biayanya sendiri, mereka rela bergotong-royong, membantu sesama relawan agar bisa bersama sama hadir dalam satu barisan gelombang perubahan, perubahan menuju Indonesia yang lebih baik, Indonesia yang lebih adil dan makmur.

Gelombang inilah yang membuat Istana cemas dan gelisah, betapa tidak? Berbagai upaya sudah dilakukan Istana: intimidasi, menggunakan uang sogokan, bansos pemerintah dimanipulasi untuk kepentingan calon yang didukung, ternyata tak mampu membeli idealisme dan suara perubahan yang mereka miliki.

Para oligarki dan pejabat culas yang menguras uang negara untuk kepentingannya tentu tak akan tinggal diam, mereka terus akan mencari cara bagaimana memenangkan paslonnya, etika tak lagi penting bagi mereka untuk meraih kekuasaan.

Ketika menghadapi perilaku culas, curang, dan tidak netral inilah, suara perubahan rentan akan dimanipulasi dan dicuri. Di sinilah menjadi penting bagi kita, siapapun yang terlibat dalam arus perubahan untuk berjibaku mengamankan suara amin dan mengaminkan suara rakyat Indonesia untuk perubahan.

Masa rentan pencurian, sabotase, dan pembajakan suara akan berlangsung selama minggu tenang sampai dengan pelaksanaan pencoblosan pada Rabu, 14 Februari 2024. Di sinilah pentingnya para pemilih perubahan dan pendukung berjibaku berjuang dan mengamankan suara masyarakat, jangan sampai mereka terbeli oleh para culas kekuasaan.

Gelombang perubahan yang terjadi di JIS pagi sampai siang dan sore hari Sabtu itu, adalah modal besar dan modal sosial perubahan ke depan, saatnya siapapun untuk bergandengan tangan dan mengepalkan tangan sebagai simbol perlawanan.

Genderang perlawanan sudah dikumandangkan dalam sesi terakhir Desak Anies di Surabaya, lagu Darah Juang pun didengungkan, sebagai penegasan perubahan harus terjadi, jangan lagi bermain curang dan tidak netral, kami akan lawan.

Dengan merendahkan hati dan melirihkan suara, di tengah kerumunan lautan manusia di JIS pagi sampai siang, diiringi kumandang adzan yang sayup terdengar dari suara HP, ada harapan dan doa bahwa gelombang perubahan ini akan terjadi dengan satu syarat, kita semua bersungguh-sungguh, tak kenal lelah untuk mengamankan suara dan mengaminkan kemenangan perubahan.

Doa saya semoga dari JIS ini jutaan manusia yang pulang ke daerahnya masing masing membawa semangat perubahan dengan tekad mengamankan dan mengaminkan suara perubahan. Kita sudah bertekad “Dari JIS, Kita Amankan dan Aminkan Suara Perubahan”. (*)