"Detik Lengah", Kunci Rahasia Pembuka Aib Kejahatan

Sang Eksekutor kejahatan demokrasi telah menerima pencairan Tabungan Energi Negatif (TEN) yang dilakukan. Kemudian, bagaimana dengan nasib yang akan terjadi terhadap Sang Dalang dan Sang Penadah hasil kejahatan demokrasi?

Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda

ALLAH Maha Adil. Salah satu Kemaha-adilan Allah, antara lain apabila terjadi aksi kejahatan besar yang dilakukan oleh sebuah "komplotan" yang direncanakan dengan rapi agar aman menikmati hasil kejahatan tanpa meninggalkan jejak, maka Allah menyertakan "kunci rahasia" pembuka aib pada aksi kejahatan yang disebut Detik Lengah.

Momentum terjadinya "Detik Lengah", yakni pada saat pelaku kejahatan melakukan keteledoran tindakan yang akan berujung pada akibat yang fatal.

Pada narasi yang telah lalu sudah pernah saya sampaikan kunci rahasia terbongkarnya tragedi nasional penculikan para jenderal TNI-AD pada peristiwa malam G30S-PKI, karena Allah sudah memasang "Detik Lengah" melalui perantara Polisi Sukitman yang ikut ditangkap penculik ketika menculik DI Panjaitan.

Sejarah kelam pemberontakan PKI Tahun 1965 diawali dengan melakukan penculikan terhadap 7 jenderal TNI AD. Tempat eksekusi sudah disusun sangat rapi dan super rahasia yang dalam perhitungan mereka, tidak akan diketahui dalam jangka lama atau selama-lamanya.

Tapi fakta sejarah telah berbicara. Hanya dalam kurun waktu 2 hari, tempat eksekusi yang mereka yakini super rahasia itu, terbukti berhasil diketahui dan terbongkar skenarionya.

Kebiadaban G30S PKI cepat terbongkar karena Allah memasang "alarm" pembuka rahasia dengan sandi "Detik Lengah" dengan perantara Polisi Sukitman.

Malam terjadinya penculikan, Polisi Sukitman berdinas jaga di rumah dinas duta besar Korea yang satu kompleks dengan rumah kediaman Jenderal DI Panjaitan.

Ketika terjadi bunyi tembakan dari arah rumah DI Panjaitan, Polisi Sukitman bergegas mendatanginya. Ternyata rumah tersebut sudah dikepung tentara bersenjata lengkap.

Polisi Sukitman yang masih bingung, ditangkap tentara dan dinaikkan ke mobil dengan mata tertutup, kemudian ikut dibawa ke suatu tempat yang belum ia kenal. Di sanalah Polisi Sukitman menyaksikan penyiksaan terhadap 7 orang yang kemudian dilempar ke dalam sebuah sumur.

Melalui perantara Polisi Sukitman, akhirnya tragedi nasional tersebut terbongkar hanya dalam hitungan hari pasca penculikan.

Sejarah akan terulang. Kejahatan demokrasi Pilpres 2024 yang dilakukan oleh "komplotan" penjahat demokrasi yang terdiri dari 3 (tiga) unsur, yaitu: dalang kejahatan demokrasi, eksekutor kejahatan demokrasi, serta penadah hasil kejahatan demokrasi sudah mulai menuai keburukan yang disemai.

Pada hari Rabu, 3 Juli 2024, Sidang Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) RI telah menjatuhkan sanksi pemberhentian tetap untuk Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asy'ari terkait kasus dugaan asusila.

Vonis pemecatan Hasyim Asy'ari sebagai Ketua KPU merupakan buntut "Detik Lengah" yang telah dilakukan oleh oknum terhadap seorang perempuan (inisial CAT) di sebuah hotel di Amsterdam, Belanda pada 3 Oktober 2023.

Ketika terjadi adegan "enak gila" kenikmatan sesaat, oknum Ketua KPU pasti tidak menyangka, bahkan terlintas dalam pikiran pun tidak, bahwa "Detik Lengah" tersebut akan berakibat fatal pada kariernya. Dan, bahkan dampak psikologisnya bagai badai yang memporak-porandakan nama baik keluarga.

Sang Eksekutor kejahatan demokrasi telah menerima pencairan Tabungan Energi Negatif (TEN) yang dilakukan. Kemudian, bagaimana dengan nasib yang akan terjadi terhadap Sang Dalang dan Sang Penadah hasil kejahatan demokrasi?

Allah Maha Menepati Janji. Orang beriman wajib meyakini bahwa janji Allah pasti terjadi. وَمَنْ يَّعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَّرَهٗ yang artinya bahwa “Siapa yang mengerjakan kejahatan seberat zarah, dia akan melihat (balasan)-nya”. (Az-Zalzalah [99]:8) (*)