Fir'aun Jawa Di Simpang Jalan

Sangat besar potensinya people power atau revolusi gelombang perlawanan mahasiswa yang telah muncul di seluruh wilayah Indonesia, akan membersihkan buzzer jalanan yang liar, arogan, tolol dan bodoh.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

SEMUA rekayasa Fir'aun Jawa berupa Tragedi, Komedi, Opera, Melodrama, Farce, Tablo, Sendratari, sudah berakhir, tidak akan ada lagi tampilan yang tersisa untuk dimainkan.

Penyembah Fir'aun Jawa, yang arogan, kejam, dan sadis, menjadi buzzer hanya bisa bergerak sesuai majikannya tidak peduli itu benar atau salah, hak dan batil, mulai nanar. Namanya buzzer jelas tanpa nilai, etika, moral, terbenam dalam otaknya rekayasa memaksakan semua kehendak untuk mempertahankan kekuasaan sudah ambyar.

Fir'aun Jawa tidak peduli apapun yang sedang terjadi selain menyampaikan misi membutakan dan membius rakyat menciptakan kesadaran palsu, resikonya akan berbalik arah menimpa dirinya

Ribuan penyembah Fir'aun Jawa yang muncul dari lorong gelap mulai rontok berantakan, harus mencari tempat baru untuk berlindung menyelamatkan diri.

Sementara Fir'aun Jawa dalam penantian menghadapi ancaman resiko hukum yang pasti akan menimpanya tanpa perlindungan. Semua orang melihat dengan jelas, telanjang, vulgar dan terang-terangan disaksikan dengan jelas apa yang akan terjadi, kekuatannya sudah lumpuh total.

Fir'aun Jawa berada di simpang jalan, benar-benar salah perhitungan akan tumbang bersama kekuatan dinastinya yang sedang dibangun dengan pondasi asal-asalan berakhir luluh lantak diterjang kekuatan rakyat.

Sangat besar potensinya people power atau revolusi gelombang perlawanan mahasiswa yang telah muncul di seluruh wilayah Indonesia, akan membersihkan buzzer jalanan yang liar, arogan, tolol dan bodoh.

Prabowo Subianto tak perlu merasa hutang budi pada Joko Widodo karena dianggap membantunya dalam pemenangan pada Pilpres 2024.

Pak Prabowo itu memiliki modal politik pada Pilpres 2014: 47% dan Jokowi 53%, pada Pilpres 2019: Prabowo 45% dan Jokowi 55%, itupun semua hasil rekayasa tipuan.

Tugas Prabowo yang mendesak adalah membersihkan kabinetnya dari buzzer yang saat ini sedang bermigrasi nyusup ke kabinetnya.

Untuk mengatasi Oligarki belajarlah dengan Soekarno dan Soeharto cara mengatasi Oligarki, yang saat ini defacto sudah jadi penguasa di Indonesia .. hanya itu jalan keselamatannya. (*)