"Galodo" IKN Jilid 2, Pratanda Kejatuhan Joko Widodo Semakin Nyata
Berdasarkan kemunculan pratanda, momentum Peringatan 17 Agustus 2024, diprakirakan akan menjadi titik nadzir padamnya pamor kepemimpinan Joko Widodo. Sehingga secara otomatis, sisi gelap kepemimpinan yang dilakukan selama ini akan menjadi bumerang baginya.
Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda
PADA awal bulan ini (3/6/2024), mundurnya Kepala dan Wakil Kepala Badan Otorita IKN diibaratkan sebagai "galodo" atau banjir bandang yang menjadi pratanda dari awal gagalnya kelanjutan pembangunan IKN, kini pada akhir bulan (25/6/2204) "galodo" berupa banjir air yang menggenang di kawasan IKN merupakan sinyal dari alam maupun petunjuk Tuhan bahwa pembangunan ibukota negara yang hanya mengikuti hawa nafsu yang dikendalikan oleh tipu daya setan berpratanda akan mengalami kegagalan.
Lima tahun lalu, ketika Joko Widodo berhasil merebut kekuasaan melalui Pilpres curang, dengan pongahnya akan memindahkan ibukota negara ke Kabupaten Penajam Paser Utara di Kalimantan Timur dengan alasan DKI Jakarta sering kebanjiran. Karenanya harus dipindahkan ke wilayah yang bebas banjir, kemudian ditetapkan di kawasan yang saat ini dibangun dengan bekal kontroversi.
Kini, saat proses pembangunan IKN berprogres terseok-seok karena seabrek kendala bermunculan, alam pun jujur bercerita kepada dunia bahwa kawasan IKN yang dibanggakan bebas banjir, hanya diguyur hujan sehari menyuguhkan pemandangan sebuah kawasan yang tergenang.
Tahun lalu pula Joko Widodo sudah menetapkan, pada upacara kenegaraan Peringatan Detik-Detik Proklamasi 17 Agustus 2024 akan dilaksanakan di ibukota yang ia bangun. Namun dengan melihat progres pembangunan yang berjalan saat ini, ambisius tersebut akan berhadapan kendala besar. Pembangunan Istana belum selesai, jumlah apartemen yang diperuntukkan bagi ASN juga masih jauh dari yang ditargetkan.
Selain itu kebutuhan mendasar kehidupan, yakni stok air bersih yang disediakan alam IKN tidak memadai. Beberapa waktu lalu, Plt. Kepala Badan Otorita IKN, Basuki Hadimuljono menyatakan tidak bersedia pindah ke IKN karena minim persediaan air bersih.
Tentang kebenaran sulitnya ketersediaan air bersih di IKN, dikuatkan dengan beredarnya video keluh kesah para pekerja pembangunan IKN yang jarang mandi dengan mengunggah video para pekerja yang turun dari lantai 4 mess pekerja ke lantai dasar yang antre menunggu giliran untuk mandi, yang terkadang gagal mandi karena kehabisan persediaan air.
Tanggal 17 Agustus 2024 semakin dekat. Momentum Peringatan Detik-Detik Proklamasi tahun ini akan menjadi kenangan "pahit" bagi Joko Widodo. Andaikata upacara peringatan jadi dilaksanakan di IKN atau tetap di Jakarta, sama-sama akan beresiko besar bagi reputasi kepemimpinannya. Andaikata jadi dilaksanakan di IKN dengan persiapan "darurat" tentu akan menuai citra buruk. Namun, jika gagal ke IKN dan upacara kenegaraan dilaksanakan di Jakarta, maka Joko Widodo bagaikan menjilat ludahnya sendiri.
Berdasarkan kemunculan pratanda, momentum Peringatan 17 Agustus 2024, diprakirakan akan menjadi titik nadzir padamnya pamor kepemimpinan Joko Widodo. Sehingga secara otomatis, sisi gelap kepemimpinan yang dilakukan selama ini akan menjadi bumerang baginya.
Setting-an merebut kemenangan dengan cara curang demi melanjutkan dinasti kekuasaan tahun ini, pratandanya semakin nyata, akan berakhir mengecewakan.
Pasangan Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka yang merasa mendapat tiket kekuasaan berupa "fatamorgana" dari kekuasaan berpratanda akan mengalami kegagalan.
Wallahu a'lam bishshowab. (*)