Gus Arifin Jewer Penceramah NU Gus Iqdam

Pembelaan Iqdam itulah yang diperkirakan membuat Arifin marah. Ketua Dewan Syuro Agus Arifin Institute dan Ma'had Darul Arifin Al Islami tersebut menyampaikan sindiran yang menohok dengan mengatakan menjadi salah satu ulama yang tidak menyukai gaya mengaji ala Miftah. Ia pun mempertanyakan mengapa Iqdam justru membela Miftah.

Oleh: Mangarahon Dongoran, Pemimpin Redaksi Freedom News

PERBINCANGAN tentang Miftah Maulana Habiburrohman yang disebut-sebut menghina penjual es, Sunhaji, dengan kata 'gob.ok' masih terus terjadi. Meski sudah meminta maaf kepada Sunhaji dan masyarakat, termasuk kepada Presiden Prabowo Subianto, namun hujatan terhadapnya masih terus terjadi, terutama di medsos atau media sosial.

Tentu ada juga yang membelanya. Tetapi, jumlahnya sangat sedikit yang muncul. Sebab, begitu pembelaan dibaca di X, ditonton di Istagram dan TikTok, misalnya, langsung dihajar oleh netizen. Pembela Miftah yang menyebut dirinya 'gus' langsung tidak berkutik.

Kemarahan netizen, dilampiaskan dalam berbagai bentuk sindiran, cacian dan makian. Bahkan tidak sedikit ulama terkenal yang marah, tetapi tetap memberi nasihat.

Kelakuan Miftah alias Ta’im juga telah merembet ke mana-mana, termasuk ke Istana Presiden. Hal itu karena Juru Bicara Kantor Komunikasi Kepresidenan, Adita Irawati, sempat menggunakan diksi "rakyat jelata" dalam kasus Utusan Khusus Presiden Bidang Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan.

Adita telah meminta maaf karena menggunakan diksi tersebut. Tentu, permintaan maaf itu keluar karena diduga tidak kuat dengan gempuran netizen dan juga teguran dari dalam Istana.

Para pendakwah pun ikut ramai merespons kontroversi Miftah yang merendahkan penjual es teh, Sunhaji beberapa waktu lalu.

Salah satu pendakwah yang marah atas kelakuan Miftah adalah Ustaz J. Agus Arifin. Penceramah berlatar belakang insinyur yang akrab dipanggil Gus Arifin itu marah dengan kelakuan Miftah itu.

Para pendakwah ramai merespons kontroversi Gus Miftah yang merendahkan penjual es teh Sunhaji beberapa waktu lalu. Satu di antara pendakwah tersebut adalah Gus Arifin.

Menariknya, selain dibuat marah dengan perlakuan Miftah tersebut, Arifin juga tidak suka dengan gaya ceramah Miftah

Selain marah ke Miftah, Arifin pun kemudian 'menjewer' penceramah muda NU (Nahdlatul Ulama), Muhammad Iqdam yang dipanggil Gus Iqdam. Gus Arifin juga penceramah NU.

Ia 'menjewer' karena Iqdam membela Miftah habis-habisan.

Pendiri Majelis Ta'lim Sabilu Taubah kelahiran Blitar itu meminta netizen agar tak membenturkan para tokoh.

"Panjenengan itu jangan membenturkan para tokoh, kasihan. Mengko nek tukang ngaji podo wedi piye? (Nanti kalau tukang ngaji pada takut gimana?) Sosial media sekarang kejam. Gek netizen itu, saya yakin, yang menghujat dengan buruk dia itu tidak hadir satu kali pun di tempat pengajian. Jadi mereka nggak mengerti keadaan. Akhirnya menghujat saja. Iya kan?" cetus Iqdam seperti dilansir Suara.com.

Pembelaan Iqdam itulah yang diperkirakan membuat Arifin marah. Ketua Dewan Syuro Agus Arifin Institute dan Ma'had Darul Arifin Al Islami tersebut menyampaikan sindiran yang menohok dengan mengatakan menjadi salah satu ulama yang tidak menyukai gaya mengaji ala Miftah.

Ia pun mempertanyakan mengapa Iqdam justru membela Miftah.

Gus Arifin menyampaikan ketidaksukaannya melalui X, Senin, 16 Desember 2024. "Saya termasuk yang marah terkait model ngajinya Ta'im (maksudnya Miftah), awakmu kok iso ngomong gitu itu apa maksudé, Dam? (Saya termasuk yang marah terkait model ngajinya Gus Miftah. Kamu kok bisa ngomong seperti itu, apa maksudnya Dam?" cuit Gus Arifin (@Gus_Arifin).

Postingan tersebut mendapat beragam komentar dari netizen. Banyak yang menyukai dan mendukungnya.

Seperti diberitakan, Miftah mendapat sorotan karena dianggap menghina penjual es teh bernama Sunhaji. "Es tehmu iseh okeh ra? (es tehmu masih banyak nggak?) Masih? Yo kono didol gobl.k (ya sana, jual gobl.k). Dolen disik, nek rung payu, takdir (Dijual dulu, kalau belum laku, berarti takdir)," ucap Miftah diiringi tawa hadirin dalam pengajian terbuka di Magelang. (*)