Jokowi Perusak dan Bencana Negara

Berhasil atau gagal sebagai Cawapres hampir semua pengamat dan analis politik, menengarai kemampuan yang sangat tidak layak dan pemaksaan Gibran sebagai Cawapres menabrak konstitusi, akan menjadi bencana lebih besar bagi Jokowi.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

INAYAH Wahid membacakan kembali tulisan ayahnya Gus Dur (KH Abdurrahman Wahid) pada 1990-an berjudul "Seolah-olah Demokrasi". Pada haul Gusdur, Sabtu (16/12/2023).

Dalam rentang waktu cukup lama tulisan Gus Dur masih eksis, bertenaga, dan bersenyawa dengan kondisi saat ini, alam demokrasi di Indonesia makin berantakan pada era Joko Widodo.

Mengutip tulisan Gusdur: "Masyarakat kita berada dalam suasana seolah-olah hukum sudah tegak, seolah-olah sistem demokrasi berlaku, seolah-olah tindakan penguasa konstitusional, seolah-olah ada kebebasan dan sebagainya. Semua lalu menerimanya sebagai wajar hanya karena tak bisa mengelak dan terpaksa ikut bermain dalam sistem seolah-olah normal ini demi keselamatan dirinya," ujar Inayah.

Tersambung dengan Majalah Time yang menilai bahwa sebelumnya demokrasi di Indonesia relatif lebih baik atau mulai mencapai puncaknya. Namun belakangan sangat terlihat berantakan, dirusak Jokowi makin parah kemundurannya pada akhir masa jabatannya.

Perilaku tirani dan otoritas dengan macam macam rekayasa politik bergaya oportunis sangat jelas di wajahnya, yang sudah tidak ada lagi tempat untuk bersembunyi.

Diperkirakan dan diramalkan bahwa Jokowi akan dikenang sebagai Presiden yang mengantarkan kemunduran demokrasi di Indonesia. Dengan kata lain, Jokowi akan dicap sebagai Bapak Perusak Demokrasi.

Pada eranya sama sekali tidak ada kreativitasnya untuk mengangkat pemberdayaan kesejahteraan rakyat, justru negara terus-menerus menekan rakyat yang makin sekarat, dibawa ke alam fantasi dan halusinasi dengan hidup hanya mengikuti skenario jahat Oligarki.

Kebutuhan makan rakyat hanya mengandalkan impor, keuangan negara sangat tergantung dengan hutang, sumberdaya alam dengan dalih investasi dilelang pada kekuatan asing.

Bukan hanya proses demokrasi yang dirusak, kelola negara berjalan limbung menjadi jarahan korupsi semua pejabat negara.

Nafsu Jokowi bertambah parah tengah berusaha membangun Ibu Kota Negara Negara (IKN) hanya lahir dari sensasinya tanpa sadar diri ketika kekuatan finansial negara sangat tidak memungkinkan. IKN ini dipastikan hanya akan menjadi warisan kelam dan gelap Jokowi.

Kekhawatiran, ketakutan bencana politik dan hukum akan menimpanya, terlalu sederhana dan spekulasi rekayasanya menempatkan putra mahkotanya, Gibran Rakabuming Raka, sebagai Cawapres akan menolongnya.

Berhasil atau gagal sebagai Cawapres hampir semua pengamat dan analis politik, menengarai kemampuan yang sangat tidak layak dan pemaksaan Gibran sebagai Cawapres menabrak konstitusi, akan menjadi bencana lebih besar bagi Jokowi.

Jokowi sedang menorehkan sejarahnya sendiri bukan hanya sebagai presiden terlemah dan terburuk di tanah air, juga sebagai presiden perusak demokrasi dan hanya menjadi beban dan bencana negara. (*)