Kabinet Gembrot Menggusur Rakyat
Kabinet Gembrot merupakan penguat dari pemborosan finansial, pembodohan politik dan pelecehan moral. Hanya efektif saja sebagai sarana penggerusan kedaulatan rakyat. Kabinet gemuk paradoks dengan rakyat yang semakin kurus.
Oleh: M Rizal Fadillah, Pemerhati Politik dan Kebangsaan
RENCANA untuk menambah kementerian hingga lebih dari 40 pada Kabinet Prabowo Subianto itu kelak setelah pelantikan sungguh memprihatinkan. Nuansanya adalah "bagi-bagi kue" meskipun kue itu harus dibungkus dengan narasi kebutuhan. Kebutuhan akan perluasan bidang tugas.
Gibran Rakabuming Raka menyebut contoh bidang tugas itu adalah makan siang gratis.
Tampaknya ada dua hal mendasari perlunya penggembrotan kementrian "Kabinet Prabowo Gibran" yaitu:
Pertama, untuk mewadahi pusing dan jlimetnya program kerja "Makan Siang Gratis". Prabowo telah terjebak oleh janji kampanye "asbun" (asal bunyi) dan "asrik" (asal menarik) yang akhirnya menjadi "aspu" (asal tipu-tipu). Makan siang diubah menjadi "sarapan" dengan penghalusan menjadi "makan bergizi gratis".
Kedua, untuk mewadahi koalisi pendukung dan koalisi rangkulan. Diperlukan wadah yang lebih besar. Akibatnya Prabowo harus melakukan penggemukan sapi eh politik dagang sapi. Kabinet adalah tempat makan-makan bersama para pendukung dan kelompok rangkulan. Bergembira "cengengesan" menikmati kekuasaan. Tugas dan amanat hanya sekunder, bahkan tersier.
Sebutan Kabinet Kebersamaan, Kabinet Gotong Royong, Kabinet Kekeluargaan, Kabinet Gemuk, Kabinet Gembul ataupun Kabinet Gemoy merupakan Kabinet yang menghimpun sebanyak-banyak kelompok politik untuk berkumpul dalam Istana. Ditambah dengan kue Komisaris, kue Duta Besar, kue Setap Kusus. Pokoknya obral jabatan agar semua menikmati kue kekuasaan. Buka pintu untuk korupsi berjama'ah.
Bagaimana dengan oposisi? Gampang, tinggal teriak dan minta fatwa dari Dukun Tata Negara bahwa dalam sistem Presidensial tak mengenal oposisi. Selesai.
Ketika semua Pimpinan Partai berada dalam Kabinet, maka Parlemen pasti akan menghamba dalam barisan Daulat Tuanku. Yang penting adalah "cash and carry".
Prabowo – Gibran menjadi pengendali dari sistem Demokrasi Terpimpin. Rakyat tetap akan menjadi obyek kepentingan Oligarki. Oposan terancam hukuman mati. Inilah bahaya ke depan jika penguasa dinasti dan kroni tidak cepat diganti.
Joko Widodo itu sumber kerusakan dan Prabowo – Gibran bibit bagi pembusukan negeri. Prabowo bukan solusi, Gibran 'toxic' demokrasi.
Kabinet Gembrot merupakan penguat dari pemborosan finansial, pembodohan politik dan pelecehan moral. Hanya efektif saja sebagai sarana penggerusan kedaulatan rakyat. Kabinet gemuk paradoks dengan rakyat yang semakin kurus.
Artinya membenarkan bahwa memang Prabowo – Gibran adalah tokoh paradoksal. Paradoks dan membawa sial.
Kabinet Gemoy sungguh menggemaskan, mencemaskan dan mengenaskan. Maklum diproduk dari proses yang tidak jujur, tidak adil dan tidak benar.
Jika dulu slogan heroik adalah "Sekali merdeka, tetap merdeka" maka kini slogan itu telah berubah menjadi "Sekali curang, tetap curang" – Sekali Jokowi, Tetap Prabowo. (*)