Kampus Bukan Jongos Penguasa
Apabila suara ilmuwan dari kampus sampai menyerah para kekuasaan tiran, saat bersamaan eksistensinya akan hilang.
Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih
PERANG untuk membela keadilan dan kebenaran adalah permainan yang bisa disimulasi dengan membela diri disertai senyuman di wajah, tetapi tidak akan bisa bertahan dan tawa di hati karena salah, kalah, dan harus menyerah.
Peserta diskusi rutin Kajian Politik Merah Putih (semuanya mahasiswa yang sedang belajar di berbagai perguruan tinggi) murka besar mendengar peristiwa pemberhentian Dekan FK UNAIR, Prof. Budi Santosa, SpOG, hanya karena opini beliau yang berbeda dengan dengan rencana dari Menkes Budi Gunadi Sadikin untuk mendatangkan dokter asing, langsung disergap dan padamkan dengan pemecatan.
Ini peristiwa kedunguan yang sama sudah berulang ulang terjadi arogansi kekuasan menyerang kampus dengan konyol, bodoh dan tolol karena memiliki tabiat selalu berlindung di atas norma buatan dan rekayasa untuk melegalisasi seolah olah benar atas pelanggaran norma, etika, aturan bahkan UU diterabas merasa benar, angkuh, pongah, sombong dengan kekuasaannya.
Perilaku kekuasaan semakin liar dan banal. Dampak dari ambisi agenda besar penjajah gaya baru yang sedang memaksakan kehendaknya untuk di jalankan penguasa boneka. Siapapun melawan akan dilibas kalau perlu dibunuh.
Kampus adalah kawah candradimuka di mana orang bertarung ide, gagasan, wawasan, pendapat, argumentasi sesusai disiplin ilmunya masing-masing bermuara pada pilihan-pilihan menemukan kebenaran, akan dipadamkan.
Sangat memalukan apabila seorang rektor teledor tega memecat jabatan teman sejawatnya dan meruntuhkan marwah kampus sebagai institusi keilmuan yang kredibel dengan cara harakiri.
Peristiwa memalukan ini harusnya menjadi instrospeksi, serapuh ini kampus (universitas) melawan kekuasaan tiran, dalam posisinya sebagai benteng pengawal kebenaran, keadilan, dan demokrasi.
Perbedaan pendapat dan kebebasan berpendapat adalah nyawa tidak terpisahkan dari kehidupan kampus dan hak hidupnya dilindungi oleh undang-undang.
Apabila suara ilmuwan dari kampus sampai menyerah para kekuasaan tiran, saat bersamaan eksistensinya akan hilang.
Kampus bukan budak dan jongos kekuasaan yang harus tunduk pada kemauan, kehendak, ambisi kekuasaan. Justru saat kekuasan sedang berjalan di jalan sungsang atas kendali oligarki (penjajah gaya baru) yang sedang menghancurkan NKRI. (*)