Kepemimpinan Moral
Kita tidak ingin mendapatkan pemimpin masa lalu yang punya catatan sebagai pelanggar HAM, otoriter dan berpotensi otoriter dalam memimpin, anti kritik, menindas rakyat, tidak bersih dalam menjalankan kepemimpinan, suka berbohong dan mengingkari janji.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
MENARIK sekali gagasan-gagasan yang dimunculkan dalam dialog Muhammadiyah – Nahdlatul Ulama (NU) menjelang pemilihan pilpres dan pemilu 2024. Pertemuan yang dilakukan bertepatan dengan hari pertama pelaksanaan kampanye, seolah memberi isyarat bahwa Muhammadiyah – NU tidak akan tinggal diam mendampingi ummat kalau tak boleh dibilang bahwa rakyat jangan dijadikan alat meraih kekuasaan, rakyat harus menjadi faktor penentu kepemimpinan masa depan.
Tujuannya jelas bahwa rakyat mendapatkan dampak baik dari kepemimpinan masa depan berupa keadilan sosial dan kesejahteraan.
Kepemimpinan moral adalah tentang menggunakan pengaruh untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik. Pemimpin moral memiliki nilai-nilai yang kuat dan berkomitmen untuk melakukan hal yang benar, bahkan ketika itu sulit. Mereka menciptakan budaya kepercayaan dan integritas di mana orang lain merasa dihargai dan dihargai.
Peter Drucker menjelaskan, “Pemimpin moral itu adalah orang-orang yang menggunakan pengaruh mereka untuk membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik." Hal ini tentu terkait dengan integritas dan kepercayaan seorang pemimpin.
Kemudian, apa kepemimpinan masa depan itu? Masa depan adalah masa yang penuh dengan ketidakpastian. Perubahan terjadi dengan cepat dan tidak terduga, dan para pemimpin dituntut untuk mampu beradaptasi dan memimpin dalam situasi yang tidak menentu.
Oleh karena itu, para pemimpin masa depan harus memiliki kompetensi yang berbeda dari para pemimpin masa lalu. Mereka harus memiliki kemampuan untuk:
Berpikir Kritis dan Kreatif
Pemimpin masa depan harus mampu berpikir kritis dan kreatif untuk memecahkan masalah yang kompleks dan tidak terduga. Mereka harus mampu melihat masalah dari berbagai sudut pandang dan menghasilkan solusi yang inovatif.
Berkomunikasi dan Berkolaborasi
Pemimpin masa depan harus mampu berkomunikasi dan berkolaborasi dengan orang lain dari berbagai latar belakang dan budaya. Mereka harus mampu membangun kepercayaan dan bekerja sama dengan orang lain untuk mencapai tujuan bersama.
Menjadi Adaptif dan Fleksibel
Pemimpin masa depan harus mampu beradaptasi dan fleksibel untuk menghadapi perubahan. Mereka harus mampu belajar dan menyesuaikan diri dengan cepat dengan keadaan yang baru.
Memiliki Keterampilan Teknologi
Teknologi memainkan peran yang semakin penting dalam kehidupan kita sehari-hari. Pemimpin masa depan harus memiliki keterampilan teknologi untuk memanfaatkan teknologi untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas organisasi.
Selain kompetensi-kompetensi tersebut, para pemimpin masa depan juga harus memiliki karakter yang kuat. Mereka harus memiliki integritas, kejujuran, dan rasa tanggung jawab. Mereka juga harus memiliki rasa empati dan mampu memahami kebutuhan orang lain.
Memahami tentang pemimpin masa depan tentu kita harus bicara tentang rekam jejak pemimpin Indonesia masa depan, apa saja yang penting untuk kita jadikan catatan pemimpin Indonesia masa depan?
Tantangan Indonesia ke depan salah satunya bagaimana menempatkan Indonesia menjadi bangsa besar yang sejajar dengan bangsa lain dan mampu menciptakan perdamaian, keadilan sosial dan tentu menyejahterakan.
Kita tidak ingin mendapatkan pemimpin masa lalu yang punya catatan sebagai pelanggar HAM, otoriter dan berpotensi otoriter dalam memimpin, anti kritik, menindas rakyat, tidak bersih dalam menjalankan kepemimpinan, suka berbohong dan mengingkari janji.
Kita membutuhkan pemimpin yang kuat, adaptif, tidak anti kritik, berpihak pada masyarakat dan mendamaikan.
Pilpres 2024 menjadi ajang kekuatan rakyat untuk memilih pemimpin yang punya integritas dan bisa dipercaya, sebagaimana yang diharapkan oleh pertemuan Muhammadiyah dan NU, ingin mengawal rakyat menentukan pilihannya untuk mendapatkan pemimpin yang berintegritas dan bermoral. (*)