Prabowo Dalam Ancaman Pembunuhan
Resiko politik yang harus ditanggung dan dihadapi Prabowo ada pada dua posisi: taat dan patuh dengan Xi Jinping dipastikan akan dapat perlindungan, dan sebaliknya apabila melawan dia akan dihabisi sesuai watak komunis "melawan dibunuh".
Oleh: Sutoyo Abadi, Koorinator Kajian Politik Merah Putih
DALAM sejarah modern, pembunuhan politik mengambil dua motif utama: "pertama", persaingan politik antar elit dan "kedua", penyingkiran pemimpin politik yang tak dikehendaki imperium besar.
China memiliki pengalaman terjadinya tragedi pembunuhan berdarah, bahkan sebagai mentor DN Aidit pada tragedi G-30-S/PKI. Dialog dramatis Aidit dan Mao Tse Tung tanggal 5 Agustus 1965 di Zhongnanhai, Peking, menjelang Kudeta G-30-S/PKI:
Mao: Kamu harus bertindak cepat.
Aidit: Saya khawatir AD akan menjadi penghalang.
Mao: Baiklah, lakukan apa yang saya nasehatkan kepadamu. Habisi semua Jenderal dan para perwira reaksioner itu dalam sekali pukul. Angkatan Darat lalu akan menjadi seekor naga yang tidak berkepala dan akan mengikutimu.
Aidit: Itu berarti membunuh beberapa ratus perwira.
Mao: Di Shensei Utara, saya membunuh 20.000 orang kader dalam sekali pukul saja.
Di China sendiri Pembantaian Tiananmen pada 4 Juni 1989 adalah salah satu tragedi berdarah terbesar di China. Beberapa sumber menyebut bahwa korban tewas akibat pembantaian Tianemen mencapai 1.000 orang.
Pada tanggal 1 April 2024 Xi Jinping memanggil Prabowo Subianto (PS) (Ketika sidang sengketa Pilpres masih berlangsung) memberikan mandat kepada PS untuk meneruskan dan berkomitmen melanjutkan kebijakan Joko Widodo. Dan, ketika itu Prabowo berjanji akan komitmen melanjutkan program-program trouble maker-nya Jokowi.
Xi Jinping sendiri sudah lama menyiapkan pengganti Jokowi harus tetap berhaluan komunis untuk menguasai Indonesia tanpa perang fisik.
Resiko politik yang harus ditanggung dan dihadapi Prabowo ada pada dua posisi: taat dan patuh dengan Xi Jinping dipastikan akan dapat perlindungan, dan sebaliknya apabila melawan dia akan dihabisi sesuai watak komunis "melawan dibunuh".
Sesuai renstra politik China Komunis untuk kuasai Indonesia, Prabowo akan dikontrol dan diremot oleh Xi Jinping. Diprediksi Prabowo menjabat presiden bisa tidak akan sampai 5 tahun. Kalau di tengah perjalanan Prabowo akan "memberontak" kepada Xi Jinping.
Kalau itu terjadi Prabowo akan "diselesaikan” oleh China. Bisa jadi Prabowo dibuat sakit permanen, dan bahkan diracun dengan bantuan para begundalnya yang saat ini sangat dekat dengan Prabowo Subianto.
Cara licik pembunuhan dengan media racun sebagai alternatif yang cukup efektif, dengan teknis yang senyap, rapi hingga menentukan waktu sasarannya akan mati.
Posisisi Prabowo Subianto dalam kancah politik China (Xi Jinping) tidak boleh dipandang sebelah mata, dari segala ancaman pembunuhan. Bisa terjadi dengan sarana racun sebagai medianya yang saat ini marak sedang terjadi, supaya Wapresnya, Gibran Rakabuming Raka, bisa lebih cepat naik tahta sebagai Presiden.
Dalam sejarah dunia pembunuhan politik dengan cara ditembak mati antara lain:
Pada 14 April 1865, Abraham Lincoln saat sedang menyaksikan pertunjukan teater, ditembak oleh seorang pemain teater, John Wilkes Booth.
Pada 30 Januari 1948, Mahatma Gandhi tak lama setelah kemerdekaan India, dibunuh oleh seorang nasionalis Hindu bernama Nathuram Vinayak Godse.
Pada 22 November 1963, JF Kennedy saat sedang melakukan lawatan ke negara bagian Texas, ditembak mati.
Pada 8 Juli 2022, Shinzo Abe, mantan PM Jepang yang salah satu tokoh politik aktif paling berpengaruh di Jepang saat itu, ditembak mati dari belakang oleh Tetsuya Yamagami.
Pada 6 Oktober 1981, Anwar Sadat saat menghadiri parade militer yang digelar di Kota Kairo, sekelompok militer memberondongnya.
Pembunuhan politik di Indonesia tidak boleh terjadi lagi apapun alasannya. Upaya preventif apapun kekurangan dan kelebihannya Prabowo Subianto harus dilindungi dari strategi licik komunis. (*)