Pratanda Pencairan TEN Penguasa: "Detik Lengah" Kunci Pembongkar Aksi Kejahatan
Sejarah pasti berulang. Sandi "Detik Lengah" terhadap kejahatan demokrasi, pasti sudah disisipkan Allah dengan sangat rahasia. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menduga, terhadap janji Allah.
Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda
SEJARAH telah membuktikan dan akan selalu terulang. Semua aksi kejahatan besar yang sudah direncanakan dan dilakukan dengan rapi, pada akhirnya selalu terbongkar.
Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Itulah skenario rahasia Allah yang tidak terpikirkan oleh pelaku kejahatan. Di mana, Allah turut menyertakan kunci pembongkar aksi kejahatan secara rahasia yang tidak diketahui dan tidak disadari oleh pelaku kejahatan yang disebut "Detik Lengah".
Itulah yang insha Allah, akan terjadi terhadap aksi kejahatan yang dilakukan oleh "Penguasa" negeri ini, yang memimpin dengan cara diktator otoriter, sehingga selama kepemimpinannya menorehkan tinta hitam keburukan yang menambah semakin besar Tabungan Energi Negatif (TEN), yang tinggal menunggu limit waktu masa pencairan.
Sejarah hitam, tragedi nasional Pemberontakan G30S PKI pada 1965 yang berakhir gagal total, bisa dijadikan pelajaran berharga tentang rahasia Allah tentang kebenaran teori "Detik Lengah".
Pada malam terjadinya tragedi berdarah itu, Allah telah buka tabir gelap, rencana jahat PKI dengan memasang alarm "Detik Lengah" menggerakkan Polisi Sukitman sebagai pembongkar rahasia saat tragedi penculikan para jenderal revolusi.
Kesaksian Sukitman
Sejarah kelam pemberontakan PKI Tahun 1965 diawali dengan melakukan penculikan terhadap 7 jenderal TNI AD. Tempat eksekusi sudah disusun sangat rapi dan super rahasia yang dalam perhitungan mereka, tidak akan diketahui dalam jangka lama atau selama-lamanya.
Tapi fakta sejarah telah berbicara. Hanya dalam kurun waktu 2 hari, tempat eksekusi yang mereka yakini super rahasia itu, terbukti berhasil diketahui dan terbongkar skenarionya.
Kebiadaban G30S PKI cepat terbongkar karena Allah memasang "alarm" pembuka rahasia dengan sandi "Detik Lengah" dengan perantara Polisi Sukitman.
Malam terjadinya penculikan, Polisi Sukitman berdinas jaga di rumah dinas duta besar Korea yang satu kompleks dengan rumah kediaman Jenderal DI Panjaitan.
Saat terjadi bunyi tembakan dari arah rumah DI Panjaitan, Polisi Sukitman bergegas mendatanginya. Dan, ternyata rumah tersebut sudah dikepung tentara bersenjata lengkap.
Polisi Sukitman yang masih bingung, ia ditangkap tentara dan dinaikkan ke mobil dengan mata tertutup, kemudian ikut dibawa ke suatu tempat yang belum ia kenal. Di sanalah Polisi Sukitman menyaksikan penyiksaan terhadap 7 orang yang kemudian dilempar ke dalam sebuah sumur.
Skenario Allah berlangsung dengan maha rapi. 1. Polisi Sukitman ikut ditangkap tapi tidak dibunuh; 2. Dia menyaksikan kebiadaban para eksekutor; 3. Waktu siang hari markas pemberontak PKI disergap RPKAD, para pemberontak bubar kocar-kacir.
Polisi Sukitman tidak ikut lari. Karenanya, ia ditangkap RPKAD dan dibawa ke markas; 4. Polisi Sukitman berperan sebagai saksi kunci terbongkarnya aksi penculikan yang dirahasiakan dan diyakini tidak akan terbongkar. Tapi berkat sandi Allah "Detik Lengah", kebiadaban mereka telah terbongkar hanya dalam hitungan jam pasca tragedi.
Sejarah Berulang
Gonjang-ganjing Pilpres 2024 yang merupakan bukti terang benderang aksi kejahatan demokrasi akibat Cawe-cawe Penguasa, bisa dikatakan, berlangsung mulus. Dan, melalui skenario kejahatan demokrasi, Sang Penguasa menepuk dada merasa lega, karena berhasil mengantarkan Paslon 02 mendapatkan Syarat agar bisa dilantik menjadi Presiden – Wapres dengan perolehan suara 58%.
Keberhasilan skenario Cawe-cawe Penguasa tidak hanya dianggap sukses mencarikan tiket Paslon 02 menuju tampuk pimpinan negeri, tapi secara implisit juga telah berhasil melumpuhkan keyakinan pendukung Paslon 01, dari semula sangat yakin Anies Baswedan akan menjadi Presiden, berubah 180⁰ meyakini keputusan konstitusi telah bersifat final. Yakni Paslon 02 yang diyakini akan dilantik memimpin negeri ini.
Keyakinan demikian dianggap benar, padahal itu salah. Memang secara konstitusi yang sudah dimanipulasi, Paslon yang ditetapkan KPU yang memenuhi syarat dilantik menjadi presiden dan wapres. Tapi itu berdasarkan aturan yang dibuat manusia.
Sedangkan ketentuan Allah belum tentu sama, bahkan bisa jadi bertentangan dengan nafsu Sang Penguasa. Berpedoman pada QS Ali Imran ayat 26 menegaskan bahwa yang akan memberikan kekuasaan dan mencabut kekuasaan adalah Allah.
Akankah skenario Cawe-cawe Penguasa tersebut akan menikmati hasil kejahatan demokrasi yang dilakukan?
Tidak mungkin! Karena TEN (Tabungan Energi Negatif) yang dikumpulkan Penguasa yang sudah besar, justru semakin membesar yang sudah mendekati "titik ledak".
Sejarah pasti berulang. Sandi "Detik Lengah" terhadap kejahatan demokrasi, pasti sudah disisipkan Allah dengan sangat rahasia. Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menduga, terhadap janji Allah.
Allah berfirman: وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ yang artinya, “Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya”. (Āli ‘Imrān [3]:54)
Wallahu a'lam bishshowab. (*)