Rahasia Ilahi: Kemenangan Yang Masih Tersembunyi, di Balik Kekalahan Versi Konstitusi

Pratanda mulai menjadi nyata ketika masa pencalonan Bacapres. Ia tidak punya dana, tidak punya partai, tidak punya backup kekuasaan tapi faktanya, ia ditolong Allah dan dibantu Alam sehingga diberikan keselamatan dan kelancaran menjadi Capres hingga proses Pilpres selesai.

Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda

MENGIKUTI dinamika politik terkini, membuat pendukung Anies Baswedan kecewa pangkat tiga. Kecewa kecurangan yang melenggang menjemput kemenangan, kecewa dengan putusan MK, dan kini kecewa dengan partai pengusung koalisi Perubahan yang "tergopoh-gopoh" mendatangi capres pemenang Pilpres, untuk menadahkan tangan mengharap pembagian kue kekuasaan, sehingga sampai hati meninggalkan Anies Baswedan dibiarkan sendirian.

Ungkapan rasa kecewa campur putus asa kini melanda rakyat yang sangat mengharapkan lahirnya era Perubahan di bawah kepemimpinan Presiden Anies Baswedan.

Kekecewaan itu dialamatkan pula kepada Allah Sang Maha Pemberi Kekuasaan. Ikhtiar lahir hingga ikhtiar spiritual berupa pengamalan dzikir dan doa yang dilakukan dengan tulus oleh berpuluh-puluh juta rakyat untuk kemenangan Anies Baswedan, tapi berakhir bertolak belakang dengan doa yang dipanjatkan.

Banyak yang penasaran dan mempertanyakan janji Allah pada QS Ali Imran, ayat 54.

Allah berfirman: وَمَكَرُوْا وَمَكَرَ اللّٰهُ ۗوَاللّٰهُ خَيْرُ الْمٰكِرِيْنَ. Artinya, Mereka (orang-orang kafir) membuat tipu daya dan Allah pun membalas tipu daya (mereka). Allah sebaik-baik pembalas tipu daya. (Āli ‘Imrān [3]:54)

Khususnya kubu Paslon 02 Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka yang dibackup oleh kekuasaan Presiden Joko Widodo begitu gamblang terang-benderang melakukan tipu daya politik yang melampaui batas, tapi mengapa tidak digagalkan Allah?

Bahkan, dibiarkan untuk menikmati kemenangan dari hasil melakukan kecurangan? Begitulah ungkapan perasaan kekecewaan dari sebagian orang beriman.

Allah Maha Menepati Janji dan cara menepati janji-Nya merupakan rahasia Allah, yang terlepas dari perkiraan logika akal manusia. Janji Allah akan diturunkan pada saat yang tepat.

Ketika keinginan rakyat belum dikabulkan, sesungguhnya Allah tidak meninggalkan keberadaan dari para hamba-Nya yang menggantungkan harapan kepada-Nya. Hal itu ditegaskan Allah pada ayat berikut ini.

Allah berfirman: مَا وَدَّعَكَ رَبُّكَ وَمَا قَلٰىۗ. Artinya, Tuhanmu (Nabi Muhammad) tidak meninggalkan dan tidak (pula) membencimu. (Aḍ-Ḍuḥā [93]:3)

Ayat ini menegaskan bahwa perjuangan yang dilandasi keimanan dan ketakwaan, jika belum bisa membuahkan hasil, dilarang berputus asa, karena Allah tetap mendampingi.

Pada ayat lainnya, Allah berjanji berikut ini.

Allah berfirman: وَلَلْاٰخِرَةُ خَيْرٌ لَّكَ مِنَ الْاُوْلٰىۗ. Artinya, Sungguh, akhirat itu lebih baik bagimu daripada yang permulaan (dunia). (Aḍ-Ḍuḥā [93]:4)

Menurut Ustadz Adi Hidayat (UAH), ayat ini bisa mengandung makna yang akhir lebih baik bagimu daripada yang permulaan.

Jika mengacu pada referensi di atas yang dikaitkan dengan konteks yang sedang dialami Anies Baswedan, akan muncul pemahaman bahwa proses Pilpres berlangsung 2 Etape.

Etape 1 adalah etape kejahatan demokrasi yang dilakukan oleh penguasa dengan start kecurangan di Gedung MK dan finishnya di Gedung MK yang memenangkan simbol kecurangan.

Etape 2 adalah selama beberapa bulan ke depan, adalah etape Ilahiah. Artinya, pada etape ini yang akan terjadi mutlak skenario Allah. Inilah yang dijanjikan Allah akhir perjalanan politik Anies akan membuahkan hasil berupa Hadiah kemenangan yang akan diberikan Allah.

Mengapa Anies Baswedan yakin ditolong dan dimenangkan Allah?

Karena, Pilpres kali ini tidak hanya bersifat politis biasa tapi pada hakikatnya adalah pertarungan yang Haq melawan yang Bathil. Pertarungan keimanan melawan kekafiran.

Anies Baswedan menjadi simbol perjuangan dari pihak yang Haq, yang berarti sama nilainya dengan menolong agama Allah. Dan Allah pun pasti memberikan pertolongan dan kemenangan, seperti janji Allah berikut ini.

Allah berfirman: يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْٓا اِنْ تَنْصُرُوا اللّٰهَ يَنْصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ اَقْدَامَكُمْ. Artinya, Wahai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu. (Muḥammad [47]:7)

Inilah berita gembira yang harus diyakini oleh orang beriman, khususnya yang menghendaki lahirnya era Perubahan. Haqul yakin Anies Baswedan pasti ditolong Allah plus diteguhkan kedudukannya setelah mengemban jabatan yang Allah berikan.

Keyakinan yang saya sampaikan, bukan hanya sekedar harapan, tapi dilandasi pengalaman empiris selama 20 tahun melakukan pengamatan terhadap penyebab utama kemenangan dan kekalahan kontestan politik.

Kesimpulan pengalaman empiris melakukan pengamatan adalah jika seorang kontestan politik (Capres) pada alam bawah sadarnya sudah tertanam 5 Pilar Fondasi Kemenangan maka dialah yang akan jadi pemenang. Salah satu dari 5 pilar, yaitu pilar ke-3, sudah memiliki "Tekad Unggulan sebagai Tiket Untuk Menang".

Tentang Capres Anies Baswedan, sudah muncul pratandanya, jauh waktu sebelum Pilpres 2024 lalu. Tepatnya pada bulan Agustus 2022 ketika dialog di sebuah stasiun televisi swasta, saya menangkap dan membaca, bahwa yang disampaikan oleh Anies Baswedan sudah mengandung bobot pratanda bahwa alam bawah sadarnya sudah memiliki Tekad Unggulan terhadap jabatan presiden.

Ciri-cirinya, ketika berbicara sangat menghayati seolah-olah sudah memikul tanggung jawab jabatan seorang presiden.

Pratanda mulai menjadi nyata ketika masa pencalonan Bacapres. Ia tidak punya dana, tidak punya partai, tidak punya backup kekuasaan tapi faktanya, ia ditolong Allah dan dibantu Alam sehingga diberikan keselamatan dan kelancaran menjadi Capres hingga proses Pilpres selesai.

Meskipun secara eksplisit yang terjadi saat ini, ia dinyatakan kalah oleh manipulasi konstitusi, tetapi secara implisit skenario ilahiah tetap berproses.

Energi vibrasi kemenangan yang ia miliki akan mengundang pertolongan Allah dan bantuan alam akan menjadi wasilah bagi Anies Baswedan untuk menerima mandat memimpin Indonesia.

Wallahu a'lam bishshowab. (*)