Rahasia Kemunculan Mata Air Zamzam dan Peluang Jabatan Presiden Anies Baswedan
Meski suratan takdir yang akan memimpin Indonesia, masih menjadi rahasia Allah, tapi berdasarkan kemunculan pratanda dari alam bawah sadar para capres, sudah "terbaca", bahwa Anies Baswedan berpratanda dipersiapkan Allah untuk memimpin Indonesia.
Oleh: Hamka Suyana, Pengamat Kemunculan Pratanda
SEJARAH penemuan mata air Zamzam, di dekat Ka'bah, Masjidil Haram, Mekkah, tidak lepas dari perjuangan sangat berat seorang perempuan yang ditinggal oleh suaminya, di sebuah padang tandus nan gersang, hanya ditemani anaknya yang masih bayi. Dialah Hajar, yang lebih familiar dipanggil Siti Hajar, istri Nabi Ibrahim bersama putranya bernama Ismail.
Kisah tentang kesabaran dan ketabahan Siti Hajar menghadapi ujian sangat berat, ceritanya sudah sangat masyhur yang kemudian mendapat karunia istimewa dari Allah berupa kemunculan mata air ajaib di lembah tandus kering kerontang. Namun dari semua kisah yang beredar, belum ada yang menceritakan penyebab secara insaniah, yang menjadi pemancing kemunculan mata air yang abadi sepanjang zaman.
Oleh sebab itulah, dengan mengharap ridha dan petunjuk Allah, Penulis mencoba menguraikan apa penyebab secara saintifik tentang potensi diri seorang hamba terpilih yang menjadi syarat sehingga mendapatkan karunia besar yang fenomenal dan monumental sepanjang zaman.
Sepeninggal suaminya, Siti Hajar menghadapi masalah besar, yaitu kehabisan bekal air. Gambaran beratnya masalah besar yang dihadapi Siti Hajar tentang keringnya persediaan air, menyebabkan bayi Ismail tiada henti menangis memilukan akibat kehausan karena air susu sudah tidak keluar lagi dari susu sang Ibu.
Namun ternyata, dengan perantara permasalahan besar yang dihadapi Siti Hajar, merupakan cara Allah SWT untuk mengasah ketajaman potensi diri berupa 3 sikap mental yang menjadi syarat guna mendapatkan karunia istimewa, berupa mata air yang muncul secara ajaib.
Tiga sikap mental yang dimaksud adalah Sabar, Syukur, Ikhlas yang disingkat menjadi "Sasyuik".
Pertama; Makna Sabar dalam konteks ini adalah mampu bersikap Tenang penuh keyakinan untuk menunggu datangnya pertolongan Allah.
Esensi sikap Sabar inilah yang menjadi energi penggerak bagi Siti Hajar sehingga dirinya tetap bersemangat mencari air ke segala penjuru, termasuk mendaki sebuah bukit kecil bernama Safa. Walau di atas bukit tak setetes air pun ditemukan dan yang tampak hanyalah hamparan bebatuan hitam yang panas karena terpanggang teriknya sinar matahari, tidak menyebabkan Siti Hajar putus asa. Semangatnya tetap bergelora mencari air demi kelangsungan hidup dirinya dan putranya.
Dari puncak bukit itu, pandangannya dilepaskan ke berbagai arah dan terhenti ketika menatap puncak bukit di seberang sana. Di atas bukit bernama Marwah, tampaklah pemandangan yang membuat hatinya girang bukan kepalang. Di kejauhan sana, tampak nyata genangan air jernih yang melimpah.
Kedua; Makna Syukur dalam konteks ini adalah mampu bersikap Senang karena ada harapan yang diinginkan akan menjadi kenyataan.
Gembira tiada terkira menjadikan tenaganya yang sudah lemah, pulih kembali. Seketika itu juga, ia berlari-lari kecil menuju Bukit Marwah. Namun, setibanya di tempat yang dituju, Siti Hajar kecewa campur heran. Genangan air jernih yang tadi dilihat dengan jelas, setelah didatangi ternyata lenyap tanpa bekas. Yang tampak hanya hamparan bebatuan panas dan kering kerontang.
Masih dalam kondisi kecewa campur heran, pandangannya dilepaskan ke bukit Safa. Ia kegirangan. Genangan air jernih yang berlimpah sudah berpindah ke tempat yang ditinggalkan. Tanpa pikir panjang, Siti Hajar berlari-lari kembali ke tempat semula yang kini sudah memunculkan genangan air. Tapi kejadian serupa terulang lagi. Puncak Bukit Safa masih seperti tadi. Tidak tampak tanda-tanda bekas genangan air. Kering kerontang.
Pengalaman batin terulang berkali-kali. Siti Hajar berlari-lari kecil antara Bukit Safa dan Bukit Marwah hingga 7 kali bolak-balik, tetapi hasilnya selalu nihil. Genangan air jernih yang tampak melimpah, setiap didatangi, lenyap tanpa bekas.
Tujuh kali mengalami kegagalan menjadikan Siti Hajar lemas kehabisan tenaga dan nyaris putus asa karena ternyata di atas kedua bukit itu tidak ada air. Ia tidak tahu bahwa yang tampak seperti air bening yang tergenang di kejauhan adalah fatamorgana, yaitu peristiwa di mana tampak adanya pemandangan seperti genangan air yang tampak atau terlihat pada permukaan yang panas.
Ketiga; Makna Ikhlas dalam konteks ini adalah kemampuan bersikap Lapang yang ditandai pikiran sudah Kosong dari nafsu atau pamrih terhadap sesuatu yang semula sangat diinginkan.
Tujuh kali merasa senang karena muncul harapan akan mendapatkan air dan sebanyak itu pula mengalami kegagalan, menjadikan Siti Hajar berkesimpulan mustahil menemukan air di kedua bukit tersebut.
Tiba-tiba ia teringat putranya yang ditinggalkan sendirian dalam kondisi kehausan. Mendadak dicekam rasa khawatir. Bagaimana keadaan Ismail? Masih selamat atau sebaliknya?
Ingat nasib Ismail, menjadikan Siti Hajar berlari tergesa-gesa menuruni Bukit Marwah menuju ke tempat putranya ditinggalkan.
Karena otaknya suntuk memikirkan nasib Ismail, sehingga masalah air tidak terpikirkan lagi. Kini, pikirannya benar-benar kosong dari masalah kesulitan air.
Setelah mendekat dan begitu melihat bayi Ismail masih bergerak-gerak, bergembiralah hatinya. Namun yang lebih mengagetkan lagi dan sangat membahagiakan adalah ketika menyaksikan pemandangan yang membuatnya seolah tidak percaya.
Hamparan pasir di dekat Ismail dibaringkan, tampak basah oleh air. Secara spontan dikeruknya dengan kedua telapak tangan agar lebih dalam, sambil berucap, "Zamzam, Zamzam". Bersamaan dengan itu, air jernih memancar deras. Digali semakin dalam, semakin deras mata air yang keluar.
Itulah sejarah kemunculan mata air Zamzam secara ajaib. Ketika susah payah mencari hingga 7 kali mengalami kegagalan, tapi ajaibnya, setelah air dilupakan dan tidak dicari lagi justru diberikan Allah dengan cara tak disangka-sangka.
Keajaiban Ikhlas
Rahasia unik ditemukannya mata air Zamzam, yaitu ketika Siti Hajar bersusah-payah mengejar keberadaan air, selalu berakhir dengan kegagalan.
Ajaibnya, setelah berhenti mencari, karena sudah 'tidak memikirkannya lagi', justru keberadaan air ditemukan secara tidak terduga.
Peristiwa tersebut merupakan fenomena alam sebagai teori dasar 'Keajaiban Ikhlas', yang berlaku secara universal bagi seluruh umat manusia.
Penjelasannya demikian. Pada saat seorang anak manusia menginginkan sesuatu dan sangat berharap yang diinginkan segera terwujud menjadi kenyataan, sesungguhnya yang dominan adalah nafsu atau pamrih yang merupakan kebalikan dari sikap ikhlas.
Selama Nafsu atau pamrih masih dominan menguasai pikirannya bahwa apa yang diinginkan Belum dikabulkan Allah. Keinginan akan terwujud menjadi kenyataan setelah berada pada puncak ikhlas.
Ciri-cirinya, pikiran sudah tidak memikirkan atau melupakan terhadap sesuatu yang awalnya sangat diinginkan.
Pratanda Sikap "Sasyuik" Anies Baswedan
Pilpres 2024 merupakan fenomena Pilpres luar biasa, karena begitu gamblangnya aroma politik syaitoniah yang dilakukan oleh Penguasa yang berusaha "menghabisi" aroma politik ilahiah yang dilakukan Capres Anies Baswedan.
Namun meskipun betapa luar biasanya kekuatan strategi politik syaitoniah, ternyata hanya berhasil menguasai "fatamorgana" kekuasaan melalui senjatanya yang bernama "aturan konstitusi yang dimanipulasi".
Sedangkan kekuasaan yang berdasarkan Qur'an Surat Ali Imran ayat 26, masih dirahasiakan Allah. Dalam beberapa bulan ke depan, tidak ada seorang manusia pun yang dapat mengetahui dengan pasti, skenario Allah tentang sosok pemimpin yang akan ditakdirkan menjadi presiden.
Meski suratan takdir yang akan memimpin Indonesia, masih menjadi rahasia Allah, tapi berdasarkan kemunculan pratanda dari alam bawah sadar para capres, sudah "terbaca", bahwa Anies Baswedan berpratanda dipersiapkan Allah untuk memimpin Indonesia.
Kemunculan pratanda yang dimaksud, adalah:
Bahwa Anies Baswedan tidak meminta jabatan, tetapi diminta alam untuk maju menjadi capres.
Bahwa Kendaraan politik dipersiapkan Allah melalui partai yang terbukti "berseberangan" dengan kebijakan kepemimpinan Anies Baswedan.
Bahwa Cawapres dipersiapkan Allah secara dadakan, tidak terduga dan tidak direncanakan sebelumnya.
Bahwa Terjadinya keselarasan tujuan antara Tekad Unggulan Anies Baswedan dengan yang dibutuhkan alam Indonesia dengan sandi solusi Gerakan Perubahan..
Bahwa Meskipun tidak menggunakan politik uang seperti yang dilakukan oleh pemegang "fatamorgana" kemenangan, tetapi mendapat perolehan suara sangat signifikan.
Bahwa Perjalanan politik Anies Baswedan cukup berat. Karena ada kekuatan terorganisir yang berusaha menghalangi dan menjegalnya dengan berbagai intrik kotor, bombardir fitnah, hingga menjadi korban kecurangan yang melampaui batas, tetapi dihadapinya dengan bersikap Sabar, Syukur, Ikhlas (SASYUIK).
Berdasarkan pratanda di atas yang dihubungkan dengan pola dasar Keajaiban Ikhlas, langkah politik Anies Baswedan menuju kursi RI 1 sudah berada pada Zona Ikhlas.
Apabila sudah mencapai tataran tertinggi "Puncak Ikhlas", di situlah momentum ilahiah yang akan terjadi. Jabatan presiden akan diberikan Allah kepada Capres yang berkarakter "Sasyuik". Insha Allah.
Wallahu a'lam bishshowab. (*)