Trend Kelucuan Debat, Anies Positif, Ganjar Biasa, Prabowo Negatif
Dalam analisisnya, drone emprit menyebutkan Anies dan Ganjar mendapatkan sentimen positif 64 %, sedangkan Prabowo paling negatif. Di debat cawapres Gibran dan Cak Imin mendapatkan trend positif yang cukup baik, 70 % dan 48 %, sementara Mahfud hanya 11 %.
Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi, Tinggal di Surabaya
DEBAT Capres dan Cawapres dua kali ini menyisahkan dampak berkepanjangan, dampak positif dan negatif tentu ada, tapi yang menarik justru dampak candaan yang panjang dan terus-menerus menjadi penghibur. Nah inilah yang sejatinya disebut dengan politik riang gembira, menghibur, setidaknya menjadi penawar di tengah kemuakan masyarakat terhadap situasi politik yang terjadi.
Diakui atau tidak, tampaknya bigmatch kontestasi pilpres ini ada di capres-cawapres nomor urut 1, pasangan Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar, dan pasangan capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo Subianto – Gibran Rakabuming Raka, sedang pasangan nomor urut 3, Ganjar Pranowo – Mahfud MD, sejatinya seperti yang dirasakan pasangan nomor urut 1, menjadi lawan dari pasangan nomor urut 2.
Bedanya terhadap pasangan nomor urut 1, pasangan nomor urut 2 ini memperlihatkan sikap yang sangat "bermusuhan" dan tak bersahabat, berbeda perlakuannya terhadap pasangan nomor urut 3. Pasangan nomor urut 2 terlihat sekali sangat emosional dan terlihat "congkak" dalam perilaku dan gaya bicara.
Ada dendam yang disimpan, sehingga setiap menanggapi apa saja yang berhubungan dengan pasangan capres dan cawapres nomor urut 1, Anies – Muhaimin, terlihat sekali ada semangat untuk "menghabisi dan mempermalukan".
Lihat saja respon Prabowo pada Anies dalam debat pertama, terasa sangat emosional, menahan beban kemarahan sehingga struktur kata dan kalimat yang dipilih menjadi tak beraturan, jauh dari substansi masalah, yang pada akhirnya bisa menjadi bahan candaan dan hiburan bagi masyarakat.
Bayangkan ketika merespon pertanyaan Anies tentang etika berkaitan dengan pelolosan Gibran sebagai cawapres oleh Anwar Usman, Ketua MK yang tidak lain adalah paman Gibran, respon prabowo justru "out off context", bahkan mengungkit-ungkit jasanya saa mengusung Anies berlaga di pilgub DKI Jakarta.
Padahal Anies hanya ingin menanyakan respon Prabowo terhadap anggapan masyarakat bahwa pencalonan Gibran sebagai cawapresnya adalah pelanggaran etika.
Menariknya di akhir penjelasan berkaitan dengan pelanggaran etika tersebut meski tak menjawab pertanyaan, Prabowo menutupnya dengan kalimat emosional dan lucu, "Mas Anies, Mas Anies, Saya ini tidak haus kekuasaan, Saya ini tak butuh kekuasaan. Jadi saya ini tidak ada masalah jadi apapun, Sorry ye.... Sorry ye (sambil menunjukkan gerakan lucu berjoget).
Bahkan tak berhenti di situ, dalam forum tertutup di hadapan kader Gerindra, Prabowo juga melontarkan kata "Ndasmu" yang ditujukan kepada Anies.
Penutup kalimat itulah yang kemudian menjadi bahan candaan dan hiburan di masyarakat, berhari-hari orang lebih terhibur dengan kalimat Prabowo tersebut dibanding debat capresnya. Bagi saya dampak ini justru yang lebih mengkhawatirkan, karena akan ada banyak para pelaku dunia hiburan, baik itu komika, komedian, stand up comedy dan pelawak akan kehilangan pekerjaannya, karena sudah tak lucu lagi, yang lucu-lucu sudah diambil oleh pasangan capres dan cawapres Prabowo – Gibran.
Anies juga tak kalah piawainya melahirkan candaan dan humor yang positif dengan menutup perdebatan dengan kalimat "Wakanda No More, Indonesia Forever".
Debat cawapres juga melahirkan dampak berkepanjangan, utamanya dampak kelucuan. Ini dimulai cawapres nomor urut 1 Muhaimin alias Cak Imin, membuka pernyataan dengan kata Slepet. Beliau menjelaskan makna Slepet sebagai sarung yang digulung menyerupai tali sebagai pengingat di kalangan santri di pesantren.
Slepet ini terbuat dari bahan yang halus, tapi akan terasa keras bila dipukulkan sebagai bahan pengingat. Kalau pasangan Amin ditakdirkan menjadi pemimpin, maka akan kita slepet para koruptor.
Hal sama juga dilakukan oleh cawapres nomor urut 2, Gibran ketika memberi pertanyaan kepada Cak Imin, cawapres nomor urut 1, tentang apa yang akan dilakukan Cak Imin terhadap SGIE. Cak Imin tampak terdiam dan bingung menghadapi pertanyaan tersebut, lalu Cak Imin, mohon maaf saya tidak mengerti apa itu SGIE.
Mendengar jawaban Cak Imin yang seperti itu, Gibran dengan angkuhnya mengatakan mohon maaf kalau pertanyaan saya sulit, lalu sambil menjelaskan kepanjangan SGIE. Dengan yakinnya Gibran dengan logat Jawa-nya yang medok menyebutkan kepanjangan SGIE, State of the Global Islamic Economy.
Tampaknya logat itulah yang memantik publik untuk merespon dengan kelucuan dan candaannya. Mendengar kepanjangan SGIE, Cak Imin dengan lugas menangkap substansi dan menjelaskannya.
Bagi publik kata Slepet dan akronim SGIE lebih menarik dibanding perhelatan debat itu sendiri. Kata Slepet banyak menghiasi perbincangan dan istilah-istilah candaan, bahkan lebih unik lagi adalah kepanjangan SGIE. Di masyarakat pun sudah beredar meme-meme lucu tentang SGIE yang merupakan akronim dari "Sego Goreng Iwak Endog" (Nasi Goreng Ikan Telur).
Bahkan akronim-akronim tentang SGIE sangat ramai di media sosial dan sangat kreatif sebagaimana yang ditulis detik, Tebakan Netizen.
Netizen pun membuat sendiri kepanjangan SGIE. Berikut rangkumannya:
"SGIE, Susu Gratis Itu Enak," ujar @perssepssi_.
"SGIE yo enak... sego gudeg iwak endog," kata @dyah_kunc.
"Suka Garuk Itu Enak...," kaya @Arieicad.
"Ternyata SGIE itu singkatan dr si gemoy itu emosian," tulis @ar_amirullah.
"SGIE = Saiki Gibran Iso Enggres2an." ujar @GantineRamene.
"SGIE : Sekelas Gus Imin Enggatau?" tulis @MileOurLove.
"SGIE Sego Goreng Iwake Entok," kata @tigadhewa.
"Salam SGIE (Semangat Gasss Iaaa Eaaak)" kata @idrflo.
Kelucuan-kelucuan dan kreativitas warganet pun terpancing, sehingga ini akan menjadi "ancaman" panggung hiburan tanah air karena panggung politik kita sudah sangat lucu.
Trend positif kelucuan tampaknya bisa diambil oleh pasangan nomor urut 1 AMIN, sebaliknya pasangan nomor urut 2 mengalami trend negatif dari kelucuan di debatnya, sebaimana yang dianalisis oleh drone emprit.
Dalam analisisnya, drone emprit menyebutkan Anies dan Ganjar mendapatkan sentimen positif 64 %, sedangkan Prabowo paling negatif. Di debat cawapres Gibran dan Cak Imin mendapatkan trend positif yang cukup baik, 70 % dan 48 %, sementara Mahfud hanya 11 %.
Semoga saja kelucuan panggung politik akan membuat demokrasi kita semakin sehat, jauh dari ketakutan dan kecemasan, sebagaimana yang diungkapkan oleh Anies, Wakanda No More, Indonesia Forever. (*)