Petani Sumenep Mulai Nikmati Cuan Pisang Cavendish
Sumenep, FreedomNews – Alam Nova bisa disebut sebagai petani mengawali pembudidayaan Pisang Cavendish di Sumenep. Awal ketertarikan Nova menggeluti budidaya pisang Cavendish di Sumenep ini karena merasa sayang terhadap lahan tidur yang selama ini banyak di Sumenep.
Sehingga dengan beberapa kali studi banding kepada para petani pisang Cavendish di daerah Jawa, “Seperti di Kabupaten Blitar, Jombang, Lamongan, dan Bojonegoro akhirnya saya mulai melakukan pengecekan lahan untuk pengukuran PH Tanah di mana ternyata bagus juga untuk ditanami pisang cavendish walau tidak sebagus Jawa karena faktor cuaca di Madura yang panas,” ujar penyair ini.
Tapi dengan adanya perawatan khusus seperti penyiraman yang baik, juga pemupukan yang sesuai dengan SOP, juga perawatan lainnya, maka setelah Nova jalani pada tahun pertama tiga tahun lalu, ternyata berhasil panen dan sesuai dengan apa yang jadi acuan pabrikan selama ini.
Adapun modal awalnya kisaran Rp 230 juta per hektar, ini untuk pengadaan/pembelian bibit, pupuk, sewa lahan, pemasangan listrik, pengeboran air, pipanisasi, dan pembayaran tenaga kerja selama awal tanam sampai panen.
Pada awal tanam sampai panen memerlukan waktu 8-9 bulan, maka hasil panen standar saja jika per hektar ada 2000 pohon minimal dengan hasil panen per pohon 18 kg kalikan Rp 4.000 per kg. “Maka ditemukan hasil Rp 140.000.000 untuk panen pertama/perdana.
“Setelahnya kita panen per 4 bulan sekali. Untuk BEP-nya bisa dicapai saat panen keduanya,” lanjut penyair yang sebelumnya sering melanglang buana ke Malaysia ini kepada Freedom News, Kamis (1/8/2024).
Kini, Nova bersama beberapa petani muda di Sumenep, sudah menanam pisang Cavendish di dua (2) lokasi, yakni Desa Kerta Barat, Kecamatan Dasuk, dan Jengarah Paberasan, Kecamatan Kota. “Untuk yang di Paberasan luasnya sekitar 5 hektar, sedangkan di Kerta Barat hanya 1 hektar,” ungkapnya.
Pisang Cavendish sudah menjadi salah satu tanaman yang menawarkan keuntungan besar bagi para petani. Di Kecamatan Dasuk, misalnya, sejumlah pemuda memilih menekuni budidaya pisang ini. Nova menjadi motonya para petani muda di Sumenep ini.
Selain berpeluang mendapatkan cuan hingga puluhan juta rupiah tiap pekannya, para petani juga bisa memperoleh banyak pengetahuan tentang cara merawat tanaman agar menghasilkan buah berkualitas tinggi. “Saya belajar dari teman santri yang sukses di Kecamatan Wlingi, Kabupaten Blitar,” ujarnya.
Pada tahun pertama, tanaman pisang membutuhkan waktu sekitar 8 hingga 9 bulan hingga siap panen. Dengan lahan seluas satu hektar, petani bisa memanen sekitar seratus pohon setiap pekan. Per seratus pohon bisa menghasilkan sekitar 8 ton pisang.
“Jika harga per kilogramnya empat ribu rupiah, petani bisa meraup cuan sekitar Rp 6 hingga 7 juta per pekannya,” ungkap Nova. Ia menambahkan bahwa perawatan pisang Cavendish harus dilakukan dengan teliti, mulai dari penanaman, pemupukan, hingga proses panen.
“Pada saat panen hingga proses pengepakan, pisang harus dibersihkan, dan dipisahkan sesuai grade-nya, yaitu grade A, B, dan C,” kata Nova.
Pisang Cavendish dari Sumenep biasanya dipasarkan ke daerah Surabaya. Karena, kata Nova, untuk kebutuhan pasar pisang Cavendish di sana mencapai sekitar 10 ton per hari.
Nova mengakui, untuk perawatan tanaman pisang Cavendish ini memang harus perlu perhatian khusus. Juga, harus telaten. Apalagi selama 3 bulan mulai tanamnya. “Secara manual penyiraman sampai umur 3 bulan,” tuturnya.
Makanya, pada awal penanaman, yang harus diutamakan adalah ketersediaan air. Pengeboran air tanah harus dilakukan, sehingga ketersediaan airnya tetap ada. Karena setiap harinya harus disiram air. “Awal yang harus kita utamakan adalah pengeboran air,” lanjut Nova.
Kemudian, petani melakukan perawatan tongkol dengan sistem injek supaya kulit pisang bisa glowing. Di sini, setelah buah sudah komplit pemekaran sisirannya kita brongsong dengan plastik untuk menghindari lalat atau hama lain yang bisa membuat kulit pisang tidak glowing, mulus tanpa cacat. (*)
Mochamad Toha