Fakta Fufufafa Terbuka dan Membuatnya Cetar Membahana

Lucunya malah ada "Pakar Keamanan Siber AT" yang kemarin malah bicara soal politik di luar kapasitasnya, jadi mirip para "Cebokers" yang dikenal tidak memiliki otak dan etika yang mulai bergerak karena ada dukungan bohirnya lagi.

Oleh: KRMT Roy Suryo, Pemerhati Telematika, Multimedia, AI dan OCB Independen

CETAR Membahana? Ya, diksi ini bisa disebut "Syahrini bingits" alias sangat khas diucapkan oleh Artis atau Selebriti papan atas Indonesia yang nama aslinya adalah Rini Fatimah Jaelani, kelahiran Sukabumi (1/8/1980) yang kini sudah jadi istri pengusaha Reino Barrack semenjak 2019 tersebut. Kata yang artinya lebih mengarah pada sesuatu yang "lebih wow, heboh, atau luar biasa".

Kata "cetar" itu bisa diartikan sebagai sesuatu yang sangat menarik perhatian atau menggelegar, sementara "membahana" berarti bergema atau terdengar ke seluruh penjuru, termasuk jadi trending topic di mana-mana.

Diksi atau bahasa ini sempat ngetren tahun 2012-2013 ketika Syahrini sering menggunakannya di media sosial dan dalam berbagai acara televisi. Gabungan Frasa ini kemudian menjadi bagian dari tren bahasa gaul di Indonesia dan sering digunakan oleh banyak orang, terutama di kalangan anak muda.

Selain "cetar membahana", Syahrini juga dikenal karena menciptakan berbagai ungkapan lain yang menjadi tren, seperti "sesuatu banget" dan "manja lemes".

Wajar karena keunikan dan kreativitasanya tersebut, Syahrini kemudian banyak digandrungi oleh berbagai kalangan termasuk membuat orang terobsesi norak berlebihan seperti Fufufafa (yang 99,9% adalah Gibran Rakabuming Raka – GRR).

Contoh postingan (norak dan tidak pantas) terhadap Syahrini ini bisa dibaca dalam Tangkapan Layar Fufufafa di KasKus hari Senin, 15/9/2014, pukul 10.14 yang menulis: "Pengin ssnya Syahrini".

Sedangkan ketertarikan GRR terhadap Syahrini ini secara jelas alias cetha wela wela, sebagaimana istilah dalam Putusan MK Nomor 60 dan Nomor 70 – disampaikannya ketika dia diwawancara oleh Kumparan.com bersama adiknya, Kaesang Pangarep (KP) di kantornya di Solo sekitar 7 tahun lalu yang bisa disaksikan lewat YouTube di alamat: youtu.be/v1WapoJYEEs?si=-3dgVqb2P7eJB5JH mulai Rabu 30/08/2017.

Dalam video yang berjudul "Sehari Bersama Anak Presiden" berdurasi total 8-menit 48-detik itu yang sangat menarik untuk disimak khusus pada Menit Pertama detik ke-14 (1'14") ketika GRR secara alam bawah sadarnya mengatakan "Preloved Syahrini (?)" padahal mereka tidak sedang membicarakan Artis atau Lagu, namun soal pembelian sepatu discount oleh KP di GI (Grand Indonesia). Keadaan ini sebenarnya cukup aneh, sebab dari topik sepatu, mak bedunduk (sekonyong-konyong, logika Srimulat) GRR langsung mengucap kata "Syahrini" tersebut.

Namun bukan hanya itu saja, jejak digital yang sudah bisa disebut mengarah pada metode SI (Scientific Identification) ini, karena de facto terdapat juga pada hasil crawling Apps pendeteksi Nomor telepon seperti TrueCaller, CallerId dan GetContact, di mana ketika kita memasukkan Nomor HP yang sudah pasti ditengarai itu asli milik GRR yakni +6289750xxx33 yang (lucunya) selain muncul nama-nama seperti GRR, Chilli-Pari bos Gibran, Pak Gibran markobar, Gibran anak Jokowi, Gibran Walikota Ska dan sebagainya, juga muncul nama "Cust Syahrini Kutai, Cs Syahrini, Syahrini Cg" (?).

Artinya dari ketiga variabel di atas (Akun Fufufafa di Kaskus tahun 2014, Video asli GRR bersama KP tahun 2017 dan hasil ilmiah Apps terhadap Nomor HP +6289750xxx33 di tahun 2024 barusan) semuanya memiliki satu kesamaan, yakni ketertarikan terhadap Syahrini. Perkara apakah "Syahrini Kutai" dan "Syahrini Cg" yang terdapat dalam hasil Apps TrueCaller/CallerId/GetContact itu adalah Syahrini KW yang sempat mencatat nomor HP asli GRR tersebut – entah sebagai apa, meskipun ditulisnya sebagai Customer (?) – namun bisa jadi itu adalah tetap obsesi dia "asal (mirip) Syahrini".

Temuan ilmiah lain yang senada dengan Mostly temuan Netizen +62 adalah cuitan Anonymous @YourAnonId juga ada Pakar Siber M Salahuddin Manggalanny (Didien) di tayangan YouTube Kanal SA berjudul "Fufufafa Serangan Lawan Politik atau Publik yang Muak" alias "Menkoninfo Offside" yang bisa dilihat youtube/aHemrmbiRag?si=ssYvbykJyZbiXCEC terutama di menit ke-15 detik ke-40, Didien secara tegas mengatakan bahwa Pembuat Akun Fufufafa=Chilli_Pari=GRR karena menggunakan e-mail dan No HP yang sama.

Apalagi dalam menit ke-17 detik ke-40 ada fakta bahwa saat itu Akun Twitter resmi GRR sempat memuat Capture dari Fufufafa, kemudian rame menjadi diskusi di Facebook sebelum akhirnya dihapus, Ambyar.

Hal menarik lain yang terungkap pasca tulisan "Sluman Slumun (Ora) Slamet" kemarin di mana memang ada tangan kotor yang berusaha menghilangkan barang bukti No HP yang aslinya dimiliki oleh GRR dengan diganti nama "Slamet", maka Netizen +62 lagi-lagi bisa menemukan fakta bahwa No HP +6289750xxx33 tersebut dulunya di tahun 2019 adalah yang resmi dicatatkan oleh GRR saat dia mencalonkan diri sebagai Calon Walikota Solo saat itu.

Ini benar-benar bukti yang telak dan seharusnya sudah tidak bisa terbantahkan lagi, kecuali oleh orang yang memang tidak punya malu atau mungkin tidak punya otak? Terwelu.

Di sisi lain, semua upaya yang dilakukan oleh Netizen +62 selaku "Private Detective", termasuk Anonymous @YourAnonId selama ini membongkar kebobrokan mental dan pelanggaran etika sekaligus hukum termasuk pornografi Fufufafa alias Slamet bin GRR – juga kasus lainnya termasuk Gratifikasi Pesawat yang dilakukan oleh KP – patut diapresiasi sekaligus terus menfapat dukungan ditengah bisu (takut ?)-nya Pakar-pakar IT lain yang biasaya banyak muncul seperti OP, RA, AA, itu padahal kasus Fufufafa ini sangat "cetar membahana dan jelas cetha wela wela" bisa dipastikan siapa dia secara teknis dan ilmiah tanpa terbantahkan lagi.

Lucunya malah ada "Pakar Keamanan Siber AT" yang kemarin malah bicara soal politik di luar kapasitasnya, jadi mirip para "Cebokers" yang dikenal tidak memiliki otak dan etika yang mulai bergerak karena ada dukungan bohirnya lagi.

Kesimpulannya, sekali lagi meski kita tidak perlu terlalu berharap kepada Aparat yang seharusnya dengan sangat mudah bisa mengetahui dan menindak kasus ini, apalagi mereka memiliki peralatan cyber identifikasi teknis digital sangat canggih dan berharga mahal yang dibeli dengan uang rakyat, termasuk Kominfo yang malah jadi "Jubir Keluarga Penguasa".

Tidak apa bagaikan "Menunggu Godot" sebagaimana sudah saya tulis pekan lalu, kita percaya meski tindakan Hukum pada Rezim ini masih hanya tajam ke bawah dan tumpul ke atas, namun Hukuman Sosial di Masyarakat (yang sebenarnya sudah tahu faktanya) akan lebih terasa. At last but not least, saya selalu mengatakan bahwa Gusti Allah SWT tidak Sare dan Semua ada waktu dan Karma-nya .... (*)