Tidak Sudi Dijajah China (11)

Ide penakluk disintegrasi mencakup politik, ekonomi, budaya, psikologi, ancaman militer, konspirasi, propaganda media, hukum, informasi, dan intelijen. Semua konsep ini jelas dibangun di atas ide-ide Sun Tzu tentang penipuan, gangguan, dan menaklukkan musuh tanpa berperang.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

INDONESIA dalam jerat jaring laba-laba China.

Strategi Tiongkok modern, memengaruhi segala hal mulai dari penipuan hingga spionase mengendalikan dan menguasai sasarannya.

Strategi Tiongkok pengaruhi moral yang diabadikan secara umum untuk membawa orang-orang sejalan dengan visi mereka.

Merusak moralnya, dijadikan ternak piaraan, para penguasa hidup seperti dongeng dalam kenyataan hidupnya. Proses strategi ini seperti tidak masuk akal tetapi terjadi di Indonesia.

Semua didasarkan pada tipu daya dan kunci kemenangannya adalah dengan ternak penguasa.

Tidak ingat ancaman Deng Xiaoping, “Sembunyikan kemampuan kita dan tunggu saat yang tepat”, lumpuhkan dan kuasai mereka.

Ingat rahasia strategis Mao Zedong: “Ketika musuh maju, kita akan mundur. Ketika musuh bertahan, kita akan mengganggu mereka. Ketika musuh lelah, kita akan menyerang mereka. Ketika musuh mundur, kita akan mengejar mereka”.

Bahwa strategi dagang Tiongkok juga didasarkan pada seni perang kontemporer tidak selalu terungkap seperti: Deklarasi bahwa Tiongkok tidak akan pernah mencari hegemoni, strategi Tiongkok ini jelas tipuan. Kita lengah melihat niat dan perilaku mereka yang sebenarnya.

Sementara itu, penguasa kita mendengar tipuannya dengan mengamini sebagai kebenaran.

Tiongkok akan menguasai sumber-sumber ekonomi di Indonesia ini dengan sasaran utama untuk menguasai Indonesia.

Prinsip para Taipan Oligarki sangat disiplin memegang teguh prinsip: “Menaklukkan musuh tanpa berperang adalah puncak keterampilan dan kemenangannya”.

Strateginya tetap didasarkan pada tipu-daya, dan itulah doktrinnya. Terlihat sangat jelas sama dengan tampilan Joko Widodo dengan segala tipu daya dan kebohongannya.

Pemimpin Tiongkok biasanya menyebutkan ide-ide kerjasama saling menguntungkan, dan bahkan jebakan maut hutang ditawarkan gila-gilaan. Jokowi menangkap perangkap laba-laba itu sebagai anugerah dan keberuntungan.

Ide penakluk disintegrasi mencakup politik, ekonomi, budaya, psikologi, ancaman militer, konspirasi, propaganda media, hukum, informasi, dan intelijen. Semua konsep ini jelas dibangun di atas ide-ide Sun Tzu tentang penipuan, gangguan, dan menaklukkan musuh tanpa berperang.

Tiongkok telah memberikan bantuan hutang yang sangat besar kepada Indonesia. Perang non-senjata meliputi perang dagang, perang finansial. Ketika tidak mampu mengembalikan hutangnya ini ancaman sangat besar negara bisa dilelang.

Strategi Tiongkok menekankan segala hal mulai dari penipuan. Indonesia sampai masuk jeratan laba-laba Tiongkok adalah petaka besar.

Sekaligus kesalahannya dan dosa yang tidak terampuni bagi Jokowi. Tidak ada gunanya menangis dan meminta maaf setelah berkuasa menyeret negara menjadi porak-poranda. (*)