Jumhur Hidayat, Rocky Gerung, dan Perjuangan Buruh Tanpa Akhir
Rocky telah memberikan ide terhadap perjuangan buruh untuk menjadikan mereka pemilik negeri ini. Jumhur adalah manusia yang melaksanakan ide menjadi kenyataan. Scott Belsky mengatakan bahwa ide-ide cemerlang akan bisa menjadi nyata jika diorganisasikan manusia seperti Jumhur.
Oleh: DR. Syahganda Nainggolan, Sabang Merauke Circle
ROCKY Gerung adalah bapak kata-kata alias "Man of Ideas". Sedangkan Jumhur Hidayat adalah orang yang melaksanakan kata-kata alias "Making Ideas Happen".
Scott Blesky mengatakan "An idea can only become a reality once it is broken down into organized, actionable elements". Dalam kasus yang heboh terkait ucapan Rocky tentang "Bajingan Tolol", dia mencetuskan ide tentang memacetkan jalanan, buruh harus memacetkan jalan-jalan tol supaya didengar suara mereka di ruang publik.
Agar tuntutan buruh terkait pencabutan Omnibus Law Ciptaker, UU penindasan buruh, dikabulkan. "Macet jalan tol bagus, yang penting jangan macet jalan pikiran," kata Rocky. Ide ini akan menjadi kenyataan, karena Jumhur sudah memacetkan jalan sejak 3 Agustus 2023 lalu, sejak Longmarch Buruh Bandung-Jakarta berlangsung. Tanggal 10 Agustus 2023 besok, ratusan ribu buruh akan berdemonstrasi di Jakarta. Jalan-jalan akan macet tentunya.
Perjuangan para buruh menolak UU Omnibus Law Ciptaker sudah berlangsung 3 tahun. Dalam keterangan pers kemarin Jumhur mengatakan perjuangan ini akan berhasil kalau kaum buruh, khususon pemimpin buruh, tidak "dua kaki".
Satu kakinya sebagai penyembah Istana, sedangkan satu kaki lainnya (selalu) mengatasnamakan penderitaan buruh. Menurutnya, perjuangan total harus dilakukan dengan vis a vis atau berhadapan. Demo buruh besok harus total, tidak ada yang berunding ke Istana sebelum Presiden Joko Widodo mencabut UU Omnibus Law melalui Perppu.
UU Omnibus Law Ciptaker, baik secara keseluruhan maupun sektor ketenagakerjaan, menurut kaum buruh sama saja atau lebih buruk dari UU era Kolonial. Buruh benar-benar tidak dihargai sebagai bagian pencipta pembangunan dan pertumbuhan ekonomi. Bukan "stake holder".
Sebelum UU itu ada, kaum buruh bisa berunding dalam merumuskan kesejahteraan mereka bersama pemerintah dan pengusaha. Mereka bisa juga merencanakan karir mereka karena kepastian kerja dalam jangka panjang ada.
Bisa juga kaum buruh bangga sebagai bagian keluarga besar korporasi mereka, karena banyak perusahaan biasanya mengajak keluarga buruh dalam mempertahankan keberhasilan usaha. Misalnya dengan mengijinkan suami atau istri mereka mengurangi waktu untuk keluarga, demi kemajuan perusahaan.
Sekarang ini, semuanya sirna. Buruh hanya merupakan skrup-skrup mesin atau korporasi, tanpa kepastian kesejahteraan yang sustainable.
Dalam hitungan Jumhur Hidayat, kerugian buruh per hari atas berlangsungnya UU Ciptaker itu sekitar triliunan rupiah. Belum lagi kerugian lainnya, seperti hilangnya hak berunding.
Dalam posisi negara tidak memihak buruh atau istilah Marxian negara hanya merupakan proxy kepentingan orang-orang kaya, kaum kapitalis/oligarki, maka nasib buruh hanya ditentukan oleh kaum buruh itu sendiri.
Penentuan nasib sendiri, sebagaimana Al-Qur’an mengatakan dalam surah Ar-Rad, ternyata dipidatokan Rocky Gerung di hadapan pimpinan buruh yang akan berdemo itu.
"Kalian harus cari gara-gara,” kata Rocky. Jokowi, menurut Rocky, tak akan menolong buruh. Kaum buruh harus bergerak menolong dirinya, merebut sejarah, agar Indonesia ke depan dikuasai buruh. Indonesia harus dikelola kaum buruh dan kaum miskin lainnya.
Tentu saja ini benar. Saat ini perbandingan redistribusi hasil perekonomian nasional tidak dinikmati orang-orang miskin.
Menteri Keuangan Sri Mulyani baru 3 hari lalu mengatakan 20 juta keluarga hidupnya tergantung subsidi negara. Jika keluarga itu rerata punya dua orang tua dan 2 anak, maka artinya 80 juta orang hidupnya miskin atau rentan miskin. Negara gagal menciptakan masyarakat produktif.
Sementara, 0,02 % orang kaya menguasai seluruh uang yang ada di Bank. (CNBCIndonesia.com, 2/8/23, dalam "Separuh Lebih Uang di Bank Dikuasai oleh Hanya 002 Penduduk").
Tidak ada kesejahteraan bagi orang-orang miskin selama 78 tahun merdeka. Satu-satunya cara adalah melakukan perebutan kekuasaan. Jadi, orang-orang miskin dan kaum buruh yang harus mengatur negara, bukan kaum oligarki.
Mengubah struktur elit negara, dari kaum kapitalis menjadi kaum buruh dan miskin merupakan ide terberat yang dilontarkan Rocky Gerung di hadapan Jumhur dan kawan-kawan pimpinan buruh. Namun, secara idealistik, Rocky Gerung mengatakan bahwa cita-cita bangsa kita merdeka adalah memakmurkan semua rakyat bukan segelintir orang.
Maka, terjadi kesenjangan ideal dengan fakta. Lalu, mampukah Jumhur dan pimpinan buruh merealisasikan cita-cita ideal proklamator dan founding fathers/mothers itu?
Penutup
Rocky telah memberikan ide terhadap perjuangan buruh untuk menjadikan mereka pemilik negeri ini. Jumhur adalah manusia yang melaksanakan ide menjadi kenyataan. Scott Belsky mengatakan bahwa ide-ide cemerlang akan bisa menjadi nyata jika diorganisasikan manusia seperti Jumhur.
Gerakan Sejuta Buruh yang besok dilakukan Jumhur Hidayat adalah pelaksanaan kata-kata. Ketum KSPSI ini menggelorakan semangat kaum buruh untuk mengusir kedudukan kaum kapitalis sebagai penentu nasib bangsa. Hal itu hanya pernah berhasil di Bolshevik dan Iran melalui revolusi.
Setengah revolusi buruh mengubah arah bangsa Skandinavia di masa lalu. Sekarang tinggal kita lihat sekuat apa Jumhur dan kawan-kawan buruh berjuang. Pastinya, perjuangan ini adalah perjuangan tanpa akhir. (*)