Kegelapan Era Jokowi

Bagi Jokowi, sadar atau tidak bisa berakibat buruk atas perbuatannya. Fajar terang akan muncul setelah negara mengalami kegelapan yang berkepanjangan akibat negara sudah menyimpang dari pikiran bijak dan arif pada pendiri bangsa dengan warisan Penghasil dan UUD 1945 telah diabaikan.

Oleh: Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih

SEBUAH kutipan bahwa keadaan waktu paling gelap adalah menjelang fajar. Biasanya diucapkan untuk menyemangati keadaan yang gelap sedang kurang beruntung dengan harapan akan masa-masa yang lebih baik.

Fajar adalah periode menjelang matahari terbit, yaitu ketika cahaya aram mulai muncul hingga sesaat sebelum matahari mulai naik dari cakrawala. Fenomena alam yang terlihat di waktu pagi menjelang pergantian malam dan siang sebelum terbit matahari biasa disebut fenomena terbit fajar.

Kita semua memahami makna metaforis dari peribahasa ini. Metafora tersebut peribahasa biasanya mencerminkan satu realitas yang terjadi diterima secara umum. Pada masanya itu Ibu Kartini dalam kegelapan situasi yang serba menekan karena tekanan penjajah Belanda menerbitkan buku "Habis Gelap Terbitlah Terang", untuk meyakinkan kaumnya jangan terus tenggelam dalam keputusasaan.

Teolog dan sejarawan Inggris Thomas Fuller tampaknya menjadi orang pertama yang menyatakan gagasan bahwa "saat paling gelap adalah sebelum fajar". Buku perjalanan religiusnya, A Pisgah – Sight of Palestine And The Confines Its, 1650.

Pepatah yang memuat metafora agar dalam kegelapan jangan patah arang harus tetap gelorakan semangat berjuang untuk menyongsong datangnya perubahan perbaikan lebih baik bahwa segelap apapun akan ada batas akhirnya, ketika fajar menyingsing.

Negara sedang gelap dan keadaan makin gelap gulita oleh perilaku kekuasaan Joko Widodo yang makin bermata gelap, itu pertanda akan segera digulung dan dimusnahkan dengan munculnya kekuatan perlawanan keluar dari kegelapan.

Sekeras, selicik apapun akrobat Jokowi yang telah membuat kekacauan, kegelapan, negara dalam kehidupan yang tidak menentu bahkan terkesan penguasa telah menjual kedaulatan negara dan masyarakat dalam goncangan kehidupan yang makin sulit akan ada batas akhirnya.

Negara ini bukan hanya dihuni manusia hidup tetapi alam dan makhluk lainnya juga membutuhkan keserasian, keseimbangan dan kesetaraan, semua merasakan ada gangguan, akibat kekuasaan yang terus-menerus membuat kerusakan. Semua akan bergerak melawan memusnahkan angkara murka.

Konon karma akibat kelola negara yang ugal-ugalan, akan menimpa Jokowi yang hanya mengikuti hawa nafsu kekuasaan belaka. Itu sudah muncul dan sudah terdengar oleh salah satu sesepuh keraton yang diberi karunia menangkap sinyal tersebut.

Bagi Jokowi, sadar atau tidak bisa berakibat buruk atas perbuatannya. Fajar terang akan muncul setelah negara mengalami kegelapan yang berkepanjangan akibat negara sudah menyimpang dari pikiran bijak dan arif pada pendiri bangsa dengan warisan Penghasil dan UUD 1945 telah diabaikan.

Metafora "saat paling gelap adalah sebelum fajar", sesuai hukum alam (sunnatullah) pasti akan muncul sinar fajar yang terang dan insya Allah negara akan kembali normal, damai dan tenang. (*)