Mas Anies Jangan Terseret di Pusaran Konflik!

Keretakan yang kemarin kemarin ada, jangan dipertajam dan dibuat mengangah, tak usah lagi saling mengumbar hal hal yang tak perlu, justru akan menghabiskan energy, yang akan senang adalah mereka yang pro status quo, anti perubahan dan yang pro oligarki.

Oleh: Isa Ansori, Kolumnis dan Akademisi

PASCA pengumuman pasangan Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar sebagai calon presiden dan wakil presiden pada 2 September 2023 lalu telah memunculkan berbagai reaksi dari berbagai pihak. Pasangan ini dianggap sebagai pasangan yang kontroversial dan memiliki pendukung yang kuat di kedua sisi spektrum politik.

Jujur harus diakui bahwa sejak pengumuman tersebut, dinamika politik di Indonesia semakin memanas. Para pendukung yang setuju dengan deklarasi pasangan Anies-Muhaimin, memaklumi fonomena yang terjadi, di sisi lain pihak – pihak yang tak bisa menerima keputusan ini bersikap reaktif dan mengumbar kekecewaan di publik, melalui media-media yang ada, baik media sosial maupun media mainstream yang lain.

Mereka saling serang, saling klarifikasi, bahkan lalu lintas informasi sudah tak bisa lagi dideteksi apakah itu realitas sebenarnya ataukah itu bentukan yang disesuaikan dengan kepentingan. Situasi saling serang dan saling membenarkan inilah yang membuat pusasan politik kita semakin riuh dan tak lagi menggembirakan.

Para aktor yang terlibat tak lagi mengindahkan kegelisahan publik, saling membenarkan apa saja yang mereka lakukan, sehingga semakin menambah keterbelahan masyarakat. Politik cebong kampret yang sudah mulai ditinggalakan dikuatirkan akan muncul stigma baru lagi yang tidak diinginkan, meski itu sudah muncul di publik, pengkhianat dan bukan.

Bahkan mereka saling serang, saling lapor dan bahkan mendramatisir suasana dan perasaan yang dimiliki menjadi perasaan publik. Seperti sinetron-sinetron di televisi.

Sebagai penginngat kita semua realitas yang muncul, Pasca deklarasi, panggung politik Indonesia langsung diwarnai oleh berbagai intrik dan konflik. Para pendukung Anies-Muhaimin dan calon presiden lainnya saling serang di media sosial dan ruang publik.

Ada juga pihak-pihak yang menyebarkan informasi hoaks dan propaganda untuk menjatuhkan Anies-Muhaimin. Kondisi ini semakin diperburuk oleh sikap para elite politik yang tidak menunjukkan sikap yang dewasa.

Mereka saling serang dan menjatuhkan satu sama lain, tanpa memikirkan dampak negatif yang dapat ditimbulkan bagi bangsa dan negara. Akibatnya, masyarakat pun ikut terbawa dalam pusaran intrik dan konflik politik ini. Banyak masyarakat yang menjadi terpecah dan saling membenci satu sama lain.

Peristiwa ini mengingatkan kita pada sinetron-sinetron yang sering kita tonton. Sinetron-sinetron tersebut biasanya sarat dengan intrik dan konflik yang dibuat sedramatis mungkin untuk menarik perhatian penonton.

Sayangnya, yang terjadi di panggung politik Indonesia saat ini bukanlah sinetron. Ini adalah realitas yang harus kita hadapi. Kita perlu menyadari bahwa intrik dan konflik politik yang terjadi saat ini sangatlah merugikan bangsa dan negara.

Sebagai orang yang sejak awal berharap adanya perubahan, tentu pencapresan Mas Anies yang dilakukan oleh Partai Nasdem dan kemudian didukung oleh PKS dan Demokrat sejak Oktober 2022, adalah sebuah asa yang diharapkan akan bisa diwujudkan, sebuah asa hadirnya keadilan, persatuan dan kesejahteraan.

Sampai-sampai bagi kami tersemat jargon siapapun wakilnya, yang penting Anies presidennya. Kami tak perduli apakah mau AHY atau Muhaimin sebagai wakilnya, bagi kami yang terpenting asa perubahan bisa dibawah sebagai visi politik memimpin Indonesia kedepan.

Kini asa itupun agaknya perlu ditahan terlebih dahulu, karena paska deklarasi, terjadi prahara antar elit politik di Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP), konflik antar elit di ineternal koalisi semakin membuncah.

Bagi kami tentu sangat mengganggu kerja-kerja sosialisasi dan menaikkan elektabilitas Mas Anies. Saya yakin semua itu diluar kuasa Mas Anies, tapi itulah sesungguhnya yang kami selalu kuatirkan tentang gagasan perubahan, bisakah berjalan mulus?

Di tingkat lapangan, saya yakin banyak para relawan yang ikhlas mendukung Mas Anies, mereka bekerja melakukan apapun untuk bisa menyuarakan gagasan perubahan, mereka berjibaku dengan kekuatannya sendiri, tak punya pamrih, dan kini mereka juga masih bekerja, tak terpengaruh dengan hiruk-pikuk di tingkat elit.

Tapi sayangnya ditingkat elit juga tak semakin redah, bahkan semakin menjadi jadi memeruncing suasana. Merekapun tak satu kata, membenarkan apa yang dilakukan, meski itu melukai kawan koalisi.

Setidaknya saya melihat aktor utama dalam pusaran ini, yaitu Anies, Surya Paloh, SBY dan Tim 8 dari Partai Demokrat. Pusaran konflik terbaru juga kemudian melibatjan Muhaimin Iskandar dan PKB. PKS yang awalnya landai dan tenang menyikapi, kini juga mulai terlihat terpancing untuk agresif. Banyak media dan dialog dialog yang sejatinya untuk klarifikasi, justru menjadi sebaliknya, memperuncing suasana. Media menabuh gendang, para aktor berdendang dan bergoyang, rakyat kehilangan asa tak berbilang.

Dampak Negatif

Intrik politik yang dramatis dan permainan gendang media dan pihak pihak lain yang memanasi suasana, akan semakin membuat pasangan Anies Muhaimin akan semakin terperangkap dalam pusaran konflik, ini tentu saja memiliki dampak negatif bagi masyarakat. Situasi seperti ini dapat menimbulkan konflik dan polarisasi di masyarakat.

Selain itu, intrik politik ini juga dapat menghambat kerja-kerja pemenangan dan akan merugikan harapan masyarakat tentang perubahan Indonesia yang lebih baik lagi.

Oleh karena itu, perlu ada upaya untuk mengatasi intrik politik yang dramatis ini. Upaya ini dapat dilakukan oleh berbagai pihak, termasuk masyarakat, media massa, dan para elite politik sendiri. Masyarakat perlu lebih kritis terhadap politik dan tidak mudah terbuai oleh intrik-intrik politik.

Media massa perlu lebih objektif dan tidak menjadi alat politik. Dan para elite politik perlu lebih mengutamakan kepentingan rakyat daripada kepentingan pribadi atau kelompok.

Jika intrik politik yang dramatis ini dapat diatasi, maka politik Indonesia akan menjadi lebih sehat dan bermanfaat bagi masyarakat.

Apa yang Harus Dilakukan?

Tentu saja agar harapan perubahan tetap bisa disematkan pada pasangan ini yang bisa dilakukan adalah, Mas Anies dan Cak Imin tak lagi terjebak pada putaran konflik yang membuat mereka sibuk klarifikasi sana sini dan menaggapi isu-isu yang sengaja dihembuskan untuk menggagalkan pemenangan dan bahkan pencapresan.

Konflik yang ada hendaknya tidak lagi dipertajam melalui statemen, sehingga diharapkan para elit politik untuk bisa menahan diri dan menjaga etika, karena meski itu dibenarkan, tapi etika politk dan kesantunan akan bisa merusak kekompakkan koalisi.

Bagi Mas Anies dan Cak Imin ada baiknya untuk membangun kekuatan koalisi dan menambahnya dengan menjalankan silaturahmi ke partai-partai politik pendukung dan melakukan aktifitas pemenangan sambil menyapa dan mengautkan para relawan dan rakyat yang mendukung.

Keretakan yang kemarin kemarin ada, jangan dipertajam dan dibuat mengangah, tak usah lagi saling mengumbar hal hal yang tak perlu, justru akan menghabiskan energi, yang akan senang adalah mereka yang pro status quo, anti perubahan dan yang pro oligarki.

Masih ada waktu untuk menyatukan kembali KPP yang sempat retak kemarin. Silaturahmi, duduk dan diskusi bersama dengan mendepankan kepentingan bangsa, tentu akan bisa mempertemukan semua.

Tidak ada yang tidak mungkin, semua pasti akan bisa dilakukan. Bukankah kita semua meyakini bahwa di dalam setiap persoalan dan kesulitan selalu ada jalan keluar dan kemudahan, Allah SWT bersama kita. Mari kita jemput kemenangan untuk Indonesia yang lebih baik lagi.

Sebagai Rakyat yang berharap perubahan Indonesia yang lebih baik lagi, kami berharap kepada Mas Anies, Cak Imin, Mas AHY, Pak Surya Paloh, Pak SBY, Pak Ahmad Syaikhu, Partai Nasdem, Partai Demokrat, PKS, dan PKB, besarkan jiwa dan hati untuk saling bisa menerima, memaafkan dan duduk bersama untuk rakyat Indonesia. Jangan terseret di pusaran konflik! (*)