Obrolan Rakyat: Jokowi Segera Angkat Cucunya Jadi Lurah
Mahalnya harga berbagai kebutuhan masyarakat sudah lama dikeluhkan ibu rumah tangga atau emak-emak, karena penghasilan tidak naik. Alhasil, pedagang dan konsumen sama-sama berkeluh-kesah dan menimpahkannya ke pemerintahan Jokowi yang dianggap tak becus mengelola negara.
Oleh: Mangarahon Dongoran, Pemimpin Redaksi Freedom News
TADI pagi, SABTU, 11 November 2023 saya ikut berbelanja ke pasar tradisional Sipon, Cipondoh, Kota Tangerang, Provinsi Banten. Sembari menunggu istri yang sedang belanja, saya sarapan bubur yang berada di samping gerbang pasar.
Saya pun ngobrol-ngobrol dengan wanita penjual bubur dan lelaki penjual ketoprak. Walau berbeda dagangan dan gerobak, tetapi pembeli makan di meja yang sama. Ya, meja makan dan sekaligus menjadi tempat obrolan rakyat.
Sang penjual bubur dan ketoprak sama-sama mengeluhkan semakin mahalnya bahan baku. Mereka tidak habis pikir, harga terus naik, naik, dan naik.
"Harga beras mahal. Saya harus beli Rp 15.000 per kilogram. Padahal sebelumnya masih kisaran Rp 12.000 sampai Rp 13.000 per kg," kata pedagang bubur itu.
Nah, belakangan harga cabai juga melonjak Rp 100.000 per kg. "Semua serba naik. Pemerintah tidak berdaya, terutama menurunkan harga beras," ucap sang Ibu itu.
Obrolan pun akhirnya menyerempet ke Presiden Joko Widodo alias Jokowi yang dinilai tidak mampu mengendalikan harga. Ia lebih sibuk mengurus keluarganya, terutama anaknya Gibran Rakabuming Raka yang menjadi bakal calon presiden (bacapres) mendampingi Prabowo Subianto yang sudah tiga kali kalah, satu kali kalah sebagai wapres dan dua kali kalah sebagai presiden.
Penjual bubur dan ketoprak itu pun menjelaskan tiap hari kepemimpinan Jokowi sudah jadi bahasan di meja rakyat itu. Apalagi menyangkut Gibran.
"Sebentar lagi Jokowi akan menjadikan cucunya, Jan Etes jadi lurah," kata Mas pedagang ketoprak dengan mimik meledek.
Awalnya anak dan menantu menjadi walikota (Gibran di Solo dan menantu Boby Nasution di Kota Medan). Sekarang, malah loncat jadi bakal cawapres. "Ia sebentar lagi cucunya jadi lurah," katanya seakan meledek Jokowi yang sering dipanggil "Pak Lurah" itu.
Padahal, Jan Athes baru berusia 7 tahun tujuh bulan lebih. Cucu pertama Jokowi adalah Jan Ethes Srinarendra, anak dari putra sulung Presiden Joko Widodo, Gibran Rakabuming Raka dan istrinya Selvi Ananda. Jan Ethes lahir pada 10 Maret 2016.
Jan artinya 'sangat', kemudian Ethes berarti 'cekatan'. Sementara Sri Narendra berarti 'pemimpin yang cerdas’. Dari namanya, paslah Ethes jadi lurah, baru nanti melompat jadi raja.
Saat saya naik kereta dari Stasiun Tanah Abang menuju Stasiun Manggarai, saya ngobrol dengan seorang ibu rumah tangga yang sudah selesai menjual donat buatan sendiri. Wanita yang tinggal di daerah Pabuaran, Jakarta Timur itu juga mengeluhkan harga bahan yang naik tidak karu-karuan.
Harga terigu kemasan yang biasa dibeli Rp 12.000 sampai Rp 13.000 per kg naik lagi menjadi Rp 16.000 per kg. Sedangkan terigu eceran (tidak dalam kemasan) menjadi Rp 12.000 kg sampai Rp 13.000 per kg dari sebelumnya paling mahal Rp 11.000 per kg.
Minyak goreng, kata wanita yang mengaku bernama Erni itu, dia beli Rp 35.000 sampai Rp 40.000. Gula putih naik dari Rp 12.000 menjadi Rp 15.000 sampai Rp 16.000 per kg. Mentega Rp 20.000 per kg.
"Mau bagaimana lagi. Harga bahan mahal, tetapi harus tetap jualan. Ya, donatnya dikecilkan dikit," kata Erni.
Erni tetap optimis dengan usahanya di tengah harga bahan yang mahal dan makin banyaknya pembuat kue donat, termasuk yang diproduksi industri menengah dan besar.
"Yang penting tetap berusaha dan bedo'a. Setelah itu pasrahkan kepada Allah. Ibadah, terutama shalat wajib jangan sampai kita tinggal. Usaha kecil, sedekah jangan dilupakan," kata wanita yang mengaku belum lama ini dua sepeda motor anaknya diambil maling.
Mahalnya harga berbagai kebutuhan masyarakat sudah lama dikeluhkan ibu rumah tangga atau emak-emak, karena penghasilan tidak naik. Alhasil, pedagang dan konsumen sama-sama berkeluh-kesah dan menimpahkannya ke pemerintahan Jokowi yang dianggap tak becus mengelola negara.
Tidak hanya emak-emak yang mengeluh. Pengemudi taksi, baik online maupun argo mengeluhkan masih sepinya penumpang. Demikian juga tukang ojek, baik ojek pangkalan dan ojek online. (*)