PDIP Harus Kembali ke Khittah, Puan Maharani
Apapun opsi yang diambil dari kedua opsi di atas, yang Pasti, kedua opsi yang diambil tersebut akan mengembalikan Kekompakan PDIP seperti semula, seperti saat-saat PDIP memenangkan Pemilu sekaligus Pilpres pada tahun 2014 dan 2019.
Oleh: Indra Adil, Eksponen PKM IPB 77/78
PUAN Maharani adalah Khittah PDIP selama 9 Tahun belakangan ini. Artinya, selama 9 tahun terakhir, Puan Menjadi Pusat Perhatian dan Pusat Harapan PDIP sekaligus Pusat Keselamatan Trah Soekarno. Artinya, selama 9 tahun terakhir ini, seluruh potensi PDIP adalah untuk menjadikan Puan sebagai Penyelamat PDIP sekaligus Penyelamat Trah Soekarno dengan menempanya untuk menjadi Presiden RI pada tahun 2024. Itu menjadi Khittah PDIP dalam 9 tahun terakhir.
Tetapi itulah politik. Ada pihak yang tidak nyaman dengan hal tersebut, maka dibuatlah Skenario Penenggalaman Puan sekaligus Pemunculan Nama Baru dalam komunitas yang sama. Ini persis sama dengan Pengenalan Jokowi saat awal-awal Tahun 2000-belasan atau 13 tahun yang lalu oleh Komunitas Intelijen Indonesia di bawah Komando Hendro Priyono.
Semua itu atas pesanan Amerika Serikat yang menjadi Pusat Operasional Globalis atau Illuminati Dunia. Tentu saja dibantu Centre for Strategic and International Studies, yang biasa disingkat CSIS, adalah sebuah wadah pemikir kebijakan yang bermarkas di Jakarta, didirikan pada 1971, sebagai Tangan Terpercaya mereka di bawah Komando Liem Bian Koen dan Liem Bian Kie.
Jangan lupa, mereka berdua adalah juga Motor Utama Gerakan Mahasiswa '66 pada tahun-tahun berakhirnya Kekuasaan Soekarno sekaligus Motor Pendukung Utama Orde Baru. Mereka pulalah Tangan Perantara antara CIA dengan Gerakan Penggulingan Soekarno yang didisain oleh Dewa sekaligus Bos Besar mereka di Indonesia, Pater Beek (Josephus Gerardus Beek), seorang Pastor Jesuit kelahiran Amsterdam yang mendapat Petunjuk dari The Central Intelligence Agency (CIA) sebagai salah satu Tangan Intelijen Dunia di bawah Illuminati sampai saat ini.
Belakangan mereka justru berperan sebagai Pater Beek menjadi Otak Penggulingan Orde Baru dalam Gerakan Reformasi 1998 bersama James Riyadi dengan dibantu Komunitas Intelijen Indonesia di bawah Komando Wiranto yang saat itu menjadi Panglima ABRI. Panglima Tentara mengkhianati Panglima Tertingginya sendiri. Sejarah Pengkhianatan Soeharto kepada Soekarno berulang kepada dirinya.
Bagaimana mengembalikan Puan pada posisinya semula?
Setidaknya, ada 2 Opsi Penting yang bisa dilakukan. Keduanya sudah tentu dengan membuang Ganjar Pranowo sebagai Bakal Capres PDIP, kecuali Ganjar di hari-hari terakhir ini Elektabilitasnya Meningkat Tajam Tanpa Rekayasa. Tetapi tampaknya kita harus Skeptis terhadap kemungkinan tersebut, mengingat Ganjar sejak awal dimunculkan dengan cara Rekayasa yang terkait dengan Penyingkiran Puan sebagai Bakal Capres PDIP. Lalu setelah membuang Ganjar, apa yang bisa dilakukan?
Opsi 1 adalah kembali kepada Khittah PDIP selama 9 tahun terakhir ini, Mencalonkan sekaligus Mendaftarkan Puan Maharani sebagai Bakal Capres PDIP yang resmi dan Sah. Buang jauh-jauh serangan-serangan terhadap Puan melalui Media apapun yang pasti akan sangat amat gencar dilakukan oleh Para Taypan dan Pemegang Skenario Penghancuran Trah Soekarno pada tahun-tahun ke depan ini.
Memang tidak mudah dan pasti sangat berat, tetapi itu setidaknya merupakan Pembelaan Diri Terbaik saat ini, karena Peruntuhan Trah Soekarno sudah di depan mata. Tidak ada Perlawanan Terbaik kecuali oleh Keturunan Soekarno sendiri. Dan hal itu tentu akan menggerakkan seluruh komponen Soekarnois di seluruh Indonesia untuk turut melawan.
Bagaimanapun Soekarno adalah Pahlawan Nasional sekaligus Pahlawan Internasional yang juga bersama John F Kennedy berjuang melawan Lucifer Dunia Illuminati. Keduanya tenggelam dilanda Kekuatan Global Dunia Illuminati Freemason.
Ingat dan jangan lupakan bahwa Soekarno itu merupakan satu-satunya Kepala Negara di dunia yang pernah Melarang Dan Membubarkan Illuminati/Freemason di negara yang dipimpinnya. Dan jangan nafikan juga, hal itu terjadi saat Dunia sedang Dalam Genggaman Kuat Illuminati/Freemason yaitu pada tahun 1962.
Keputusan ini tertera dalam Surat Keputusan Presiden RI Soekarno Nomor 264 Tahun 1962. Melalui Keppres tersebut, Presiden RI pertama ini juga melarang enam perkumpulan lainnya yakni Liga Demokrasi, Rotary Club, Divine Life Society, Moral Rearmament Movement, Ancient Mystical Organization Of Rosi Crucians (AMORC), dan Baha’i.
Keenam institusi yang dilarang tersebut merupakan tangan-tangan Illuminati yang beroperasi di Indonesia. Pahami, Illuminati Freemasonry tidak akan pernah melupakan hal ini, apalagi Soekarno tidak berhenti sampai di situ, ia melangkah dengan mendeklarasikan Indonesia keluar dari Badan Internasional PBB pada 7 Januari 1965 dan membentuk Poros Baru Dunia, Conference of New Emerzing Force (CONEFO) pada tanggal yang sama yang anggotanya merupakan Negara-negara Dunia Ketiga yang memilih Non Blok dalam pertarungan antara Blok Amerika dan Blok Uni Soviet saat itu.
Deklarasi ini ditindak lanjuti dengan Surat Resmi Presiden RI kepada PBB pada tanggal 20 Januari 1965. CONEFO pada akhirnya dibubarkan oleh Soeharto atas Perintah Amerika pada 11 Agustus 1966. Tenggelamlah Satu Tokoh Dunia Penentang Illuminati Freemasonry Terbesar sekaligus Terbaik yang pernah ada di dunia. Salut Bung Besar, Jasa Anda Pasti Tetap Dikenang Dunia! Kini posisi Soekarno tersebut sedang diperankan oleh Vladimir Putin dari Rusia. "Go to hell" Globalis Dunia!
Sayangnya Opsi Pertama ini sangat bergantung kepada Perkembangan yang ada di dalam Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP). Bila AHY dari Partai Demokrat tidak terpilih sebagai Cawapres KPP, barulah peluang terbuka dengan PDIP mengajukan Bakal Capres Puan Maharani dan Bakal Cawapres AHY dari Partai Demokrat.
Untuk merealisasikan hal ini, bagi PDIP hanya membutuhkan langkah pendek saja, toh saling pengertian sudah terjalin. Langkah ini juga sekaligus akan menutup peluang Anies Baswedan menjadi Bakal Capres karena satu partai pendukungnya mengundurkan diri.
Opsi Kedua adalah Opsi yang mengharuskan PDIP mundur selangkah untuk maju meraih guna kemenangan di semua lini pada langkah berikutnya. PDIP mau tidak mau harus mengorbankan ambisi mencalonkan Bakal Capres, tetapi cukup Bakal Cawapres saja. Yaitu Bakal Cawapres dari Capres Partai Gerindra dengan menyodorkan Kontrak Kesepakatan pada tahun 2029 nanti Gerindra Wajib Sepakat Mendukung Capres dari PDIP dengan Cawapres dari Gerindra.
Maka jadilah Puan Maharani Bakal Cawapres dari Prabowo untuk tahun 2024 dan Insyaa’ Allah Bakal Capres RI untuk tahun 2029 dengan Bakal Cawapres dari Gerindra. Ini adalah Opsi Paling Mudah untuk dilaksanakan dan Paling Besar Peluang untuk Kemenangannya. Juga bisa menjadi Sekolah Gratis untuk Magang Presiden Periode berikutnya bagi Puan. Dan perlu dipahami, berjuang melawan apapun bagi Puan Maharani saat ini, bekerjasama dengan Prabowo adalah Opsi Terbaik yang bisa diambil.
Apapun opsi yang diambil dari kedua opsi di atas, yang Pasti, kedua opsi yang diambil tersebut akan mengembalikan Kekompakan PDIP seperti semula, seperti saat-saat PDIP memenangkan Pemilu sekaligus Pilpres pada tahun 2014 dan 2019.
Karena seluruh slagorde PDIP siap bertempur pada jalur yang telah ditetapkan bertahun-tahun sebelumnya, ketimbang menggali kuburannya sendiri seperti saat ini.
Artinya, kembali kepada Khittah Perjuangan PDIP yaitu mengembalikan Puan Maharani kepada Hak Politiknya yang telah ditanamkan selama bertahun-tahun sekaligus Menyelamatkan Trah Soekarno dari Keterpurukannya yang tidak lama lagi akan terjadi bila tak ada Trah Soekarno yang manggung di Kancah Perpolitikan Nasional sebagai salah satu Tokoh Kunci Pemimpin Bangsa.
Megawati Soekarnoputri tinggal menunggu waktu pamit dari Dunia Kangouw Perpolitikan Nasional dan itu takkan lama lagi. Wallahu a'lam... (*)