Quo Vadis Indonesia?

Indonesia masih hidup dalam hutang, dan hasil kerja orang asing. Itu sebab rakyat masih banyak yang miskin. India, Singapura, negara maju di Asia pada hari nasional, bicara mengenai masa depan rakyat dan negara. Presiden Indonesia malah curhat.

Oleh: Nurman Diah, Putera BM Diah, Pejuang Proklamasi 17.8.45

MAU dibawa ke mana negeri ini? Jika India merdeka 15 Agustus 1947. Dua hari dua tahun setelah Indonesia. Sembilan (9) tahun kemudian India menjadi negara nuklir. Tahun 2008 India meluncurkan satelit ke bulan. Pada 2013 India meluncurkan misi ke Mars.

Dalam pertahanannya India praktis bisa mandiri. Lama menggunakan pesawat MIG 21 sebagai andalan pertahanan udara, 4 Januari 2001 Angkatan Udara India melakukan penerbangan perdana pesawat jet tempur Tejas (Sanskerta: cahaya) buatannya sendiri.

HAL Tejas adalah LCA (Light Combat Aircraft) atau pesawat tempur ringan supersonik sayap delta generasi keempat buatan HAL (Hindustan Aeronautics Limited). Ini pesawat tempur buatan India pertama.

Di darat India berhasil membuat meriam, sejenis Howitzer. Di laut dua kapal induk, juga buatan sendiri, memperkuat armada Angkatan Laut India.

Negara ini juga diakui dunia atas keberhasilannya dalam “science dan technology”. India membuat vaksin Covid sendiri. Salah satu keberhasilan industri kesehatannya.

India juga menjadi terkenal dalam industri perfilman. Siapa yang tidak mengenal Bollywood tempat dari mana filem-filem India dibuat. Kemajuan India di semua bidang akan menjadikannya ekonomi terbesar ketiga dunia dalam dua dekade mendatang. Hari ini PNB India mencapai 3,17 triliun dolar, 6 terbesar dunia.

India satu negara Asia di mana demokrasi parlementer Barat bisa berjalan dengan baik. Walau dengan populasi beda etnis, bahasa, dan agama dan jumlah satu miliar orang.

Tak perlu lagi dibicarakan kemajuan negara negara seperti China, Vietnam yang juga lahir tak jauh dari berdirinya NKRI. Terutama Vietnam yang, begitu merdeka, dilanda Perang Saudara dan baru berakhir 30 April 1975.

Jika peringatan Proklamasi Kemerdekaan diselenggarakan layaknya sebuah karnaval, semua para penggede rejim terliat berkostum daerah. Tertawa geli antar mereka. Karena, dandanannya yang aneh-aneh.

Tiada suasana hikmat. Tiada acara mengheningkan cipta. Tiada kepala tertunduk hormat pada yang telah tiada, yang tewas mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan negeri. Mereka itu pahlawan kemerdekaan.

Belum lagi korban pemberontakan DI/TII, PRRI/Permesta. Belum lagi, banyak juga mereka yang tewas berjuang untuk Irian (Ikut Republik Indonesia Anti Nederland) masuk dalam kedaulatan NKRI.

Jika pemimpin-pemimpin itu tidak mengerti. Bahwa kemerdekaan pasti membawa korban. Bukanlah tawa dan dansa. Jatuhnya korban yang dikuatirkan Soekarno ketika dia bimbang untuk menyatakan kemerdekaan Indonesia.

Jika hari ini, dengan UUD yang baru (UUD 2002), Indonesia bisa memilih presiden dengan silsilah keluarga yang abu-abu, pendidikan yang ga jelas, kelakuan yang di bawah standar. Presiden yang kemudian menjadi tertawaan rakyat.

Jika pemerintahannya korup dan boros. Pejabatnya kaya-raya di luar nalar. Dan, tak hirau dengan kelakuan bosnya yang inkonstitusional.

Jika Indonesia hari ini tidak bisa dikata telah merdeka 100%. Karena hampir seluruh kebutuhan diimpor. Dari BBM, beras, bahan pokok lainnya sampai ke tenaga kerja. Bangsa ini tidak memproduksi apa-apa, kecuali anak dan kebohongan.

Indonesia bukan produsen industri berat, industri menengah (permesinan dan peralatan), industri ringan sekalipun. Setiap pemerintah lebih suka mengandalkan impor. Eksploitasi sumber daya alam (SDA) dan komoditas agro. Atau menyerahkan pada asing untuk memproduksinya. Tiada unggulan komparatip bagi Indonesia.

Indonesia masih hidup dalam hutang, dan hasil kerja orang asing. Itu sebab rakyat masih banyak yang miskin. India, Singapura, negara maju di Asia pada hari nasional, bicara mengenai masa depan rakyat dan negara. Presiden Indonesia malah curhat.

Jika begini kadar pemimpin Indonesia kapan Indonesia bisa maju. Buat apa merdeka kalau hanya untuk menjadi konsumen dan kuli asing?

Merdeka itu mustinya 100%! (*)