Saya Tidak Bangga sebagai Bajingan
Ada orang yang mengucapkan kata, "bajingan kamu", dengan rasa jengkel. Ada pula dengan nada datar. Soal diksi dan pengucapan itu tergantung konteks. Berkomunikasi secara rasional bentuk perlawanan dalam sistem feodalisme.
Oleh: Isti Nugroho, Aktivis Prodem-Indemo
Kenapa saya tidak bangga sebagai bajingan. Karena kata bajingan itu sebuah ungkapan. Bisa diartikan negatif, bisa diartikan itu ungkapan keakraban yang bernada kejengkelan. Bajingan itu sendiri adalah supir gerobak. Pengendara gerobak yang ditarik dengan dua ekor sapi.
Di Jogja saya punya teman masa remaja sebagai sopir gerobak. Anaknya santun, halus - lembut dan berakhlak mulia. Ayahnya juga seorang sopir gerobak. Kakeknya pun sopir gerobak, tinggal di desa Njaranan, Kabupaten Bantul. Bajingan sebutan sopir gerobak. Bukan sebutan orang yang mencuri uang negara, atau pelaku KKN. Bajingan lebih mulia dari koruptor atau pelaku KKN.
Kata, diksi musti diletakkan dalam konteks pengucapan dan kalimatnya. Ada orang yang mengucapkan kata, "bajingan kamu", dengan rasa jengkel. Ada pula dengan nada datar. Soal diksi dan pengucapan itu tergantung konteks. Berkomunikasi secara rasional bentuk perlawanan dalam sistem feodalisme. Orang yang berbicara rasional, kadang terlihat kasar dan jorok. Padahal kalimat yang rasional lebih baik dari kalimat yang berbahu penjilatan.
Lebih-lebih penjilatan dalam konteks politik. Menjilat atasan dengan pujian yang hebat, agar terlihat mendukung dan membela, merupakan diksi buruk dalam kalimat rasional. Rasional artinya bisa dicek dan diricek kembali.
Bajingan sering dipakai sebagai ungkapan kasar yang tidak sopan. Bajingan kamu, kamu bajingan, dasar bajingan, dasar kamu bajingan. Grup band Wali juga ada menyebut kata dasar kamu bajingan, dalam lirik lagunya. Kata bajingannya, sering tidak diperdengarkan atau diganti menjadi kata lain sesuai dengan konteks. Artinya kata bajingan menjadi ungkapan kasar, tidak sopan dan menimbulkan kemarahan bagi yang dituju.
Saya tidak bangga sebagai bajingan, karena kata bajingan yang diarahkan pada saya terkesan saya negatif, jelek, bersalah dan pengkhianat. Padahal saya memang bajingan. Bangun siang, selebor dalam pekerjaan, tidak sekolah dengan baik, ugal-ugalan dan predikat buruk lainnya. Dari semua laku buruk saya, saya menyadari kalau saya bajingan. Walaupun saya bajingan tapi saya tidak bangga kalau dikatakan bajingan. Saya lebih senang kalau dibilang seniman, intelektual atau teaterawan.