Pendidikan Tinggi itu Primer Bukan Tersier Maka Ijazah Tidak Dijual di Toko Fotokopi
Jakarta, FreedomNews – Pernyataan pendidikan tinggi tersier adalah pola pikir obstruksi dan pembunuhan dunia ilmu pengetahuan, karena pendidikan secara umum dan tingkatan, adalah primer bagi peradaban seluruh manusia di dunia
Demikian dinyatakan Damai Hari Lubis, Pengamat Hukum dan Politik Mujahid 212. Menurutnya, jika Presiden Joko Widodo konsisten menghormati serta memahami maha pentingnya dunia pendidikan, dengan tanda kelulusan ijazah, sebagai kebutuhan setiap manusia di dunia ini, serta menghormati sistim hukum yang terdapat pada UUD 1945 tentang wajib belajar.
Seharusnya Jokowi sesegera mungkin mengganti sang Menteri Pendidikan Nadiem Makarim serta seluruh pejabat tinggi di Kemendikbud dan Iptek yang pola pikirnya sependapat bahwa pendidikan itu tersier, seperti pernyataan Pelaksana Tugas Sekretaris Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud Ristek, Tjitjik Tjahjandarie "bahwa pendidikan tinggi sifatnya tersier dan tidak wajib."
Pernyataan ini otomatis mengajak bangsa ini kepada kebodohan, tidak butuh berpacu dalam dunia pengetahuan, dan bangsa ini bisa ketinggalan oleh bangsa lain selain mendatangkan kolonialisasi ekonomi atau mengundang bangsa asing kembali menjajah.
Pendapat kontra ilmiah ini menghalangi kemajuan pihak sekolah-sekolah dan perguruan tinggi bahkan lembaga formal pendidikan banyak tutup dan bangkrut banyak masyarakat bangsa ini tidak menghargai ijazah dan sertifikasi dari lembaga pendidikan, ijazah jadi barang murahan serta banyak melahirkan ijazah-ijazah palsu.
“Dan ijazah tidak lagi menjadi dokumen penting, karena mudah dibeli di toko-toko fotokopi,” sindir Damai Hari Lubis. (BS)