Sistem Pendidikan Varian Baru
Jakarta, Freedom News_Sebuah varian baru sistem pendidikan di Indonesia, khususnya dalam dunia pesantren telah lahir.Adalah Gus Glory, pendiri dan pengasuh Pondok Pesantren Sumber Pendidikan Mental Agama Allah (SPMAA) berpusat di Turi,Lamogan Jawa Timur dan tersebar di berbagai daerah dalam disertasinya meraih gelar doktor (S3) di Universitas Negeri Malang, pekan lalu, menyematkan varian baru tersebut, melalui "take in and take out learning" dari judul Konstruksi Sosial Pondok Pesantren dengan predikat summa cumlaude..
Penggiat media sosial yang juga saudaranya, Gus Hafid mengatakan kepada Freedom News, "Take in" ketika sistem pendidikan ini menjangkau para penyandang masalah sosial di luar lembaganya, untuk mendapatkan layanan kasih sayang dan pendidikan di dalam lembaganya---dan outputnya menghasilkan sumber daya manusia sebagai potensi sumber kesejahteraan ummat yang melakukan "take out" atau pengentasan untuk kesejahteraan ummat dan pemberdayaan masyarakat di luar lembaga.
Sebuah sistem pendidikan varian baru di Indonesia telah diterapkan oleh Pondok Pesantren SPMAA sejak tahun 1961 yang didirikan oleh Bapak Guru Moh.Abdullah Muchtar. Pondok pesantren sederhana, menyatu dengan masyarakat, menyatu dengan alam dan melibatkan sebanyak mungkin warga termasuk mereka penyandang masalah sosial, seperti lansia terlantar, anak-anak dan bayi.
Menurut Gus Hafid, tidak berlebihan jika disertasi Gus Glory tersebut, selain mengantarkan predikat sebagai Doktor, juga Dr. Glory Islamic, M.Si meraih sebagai lulusan terbaik S3 tahun 2023 di Universitas Negeri Malang dengan IP 4.0 dan program studinya diselesaikan dalam lima semester.
Istimewa lagi, lanjut Gus Hafid, pada saat wisuda, Gus Glory telah menjadikan disertasinya menjadi buku karya ilmiah popular, yang bisa dibaca oleh masyarakat umum dengan judul “Konstruksi Sosial Pondok Pesantren (Sebuah Grounded Research Adaptasi Perilaku Santri dan Internalisasi Nilai”.
Jika dalam dunia perguruan tinggi dalam pengkategorian nilai lulusan sarjana terbaiknya ada tiga pengkategorian predikat : 1). “Cumlaude” atau pujian berhasil mendapatkan IPK pada rentang 3,51-3,79, 2). “Magna Cumlaude” pada rentang IPK 3,80-3,99, dan yang tertingi 3). “Summa Cumlaude”, atau lulus dengan pujian terbanyak. Syaratnya, tidak boleh mengulang mata kuliah dan harus lulus tepat waktu. Nah Gus Glory tidak sekedar tepat waktu, namun bisa menyelesaikan tugas kuliahnya sebelum waktu habis. Yakni bisa diselesaikan dalam waktu 5 semester.
Menarik pada suasana Idul Fitri dan Hari Pendidikan Nasional 2 Mei 2023 ini, para santri, Ustadz, kyai muda serta semua para pihak yang berkepentingan melihat fenomena pendidikan pondok pesantren, patut membaca karya ilmiah yang sudah ditulis dalam bentuk buku yang enak dibaca dengan judul "Konstruksi Sosial Pondok Pesantren".
Buku ini juga telah mendapatkan sambutan tertulis dari Ustadz Dr. A. Hidayatullah Zarkasyi, MA Pesantren Modern Gontor. “Beliau (Bapak Guru Muchtar) memulai dengan menanamkan nilai filsafat hidup muslim dengan tema TPB (tiga proyek besar): 1). Mengenal Allah secara mendekat dan mendasar, 2). Melatih diri mengetahui musuh ghoib setan, 3). Menanam keyakinan dunia akhirat. Selanjutnya Ustadz Dr. A. Hidayatullah Zarkasyi, MA menyampaikan ,"Hendaknya di Indonesia ini ada 1000 SPMAA, Aamiin !,"ujarnya.
Disamping Ustadz Dr. A. Hidayatullah Zarkasyi, MA menyampaikan bahwa SPMAA adalah varian baru dalam khazanah kepesantrenan, lebih lanjut Prof. Dr. Supriyono, M.Pd Ketua BAN PAUD dan PNF Kemendikbud-Ristek 2022 yang sekaligus Kaprodi Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Univeristas Negeri Malang menyatakan : “ Di tengah kesemarakan tumbuh kembang pondok pesantren yang makin melebar jangkauan, layanan, dan kepentingannya, muncul lagi varian pondok pesantren dengan nama SPMAA
Dan bersyukur dari basis pondok pesantren khas Jawa Timur sekaligus dari Pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Jombang Jawa Timur, KH. Abdul Hakim Machfudz menampaikan, “Bapak Guru MA Muchtar ingin mengubah keadaan masyarakat dengan meng ubah pondok menjadi layanan pendidikan yang partisipatif, terjangkau, dan aplikatif, namun tetap dengan fondasi keimanan dan ketaqwaan sebagai dasar utama”.
Dari Prof.Dr.H. Muhammad Turhan Yani, MA Direktur LPPM Universitas Negeri Surabaya yang sekaligus Ketua Komisi Pendidikan MUI Jawa Timur menyampaikan, “Karya ini telah menyibak tabir bahwa pondok pesantren sekalipun yang diteliti dalam disertasi ini kategori pesantren kecil SPMAA telah menunjukkan perannya dalam menghadapi tantangan zaman melalui pengembangan skill santri dan kurikulum yang mampu beradaptasi dengan zaman”.
"Semoga varian baru sistem Pendidikan yang disuguhkan SPMAA ini, meski kecil dan sederhana, bisa sebagai sumbangsih dalam mengisi peradaban bangsa manusia yang lebih baik dalam kekinian maupun masa mendatang,"kata Gus Hafid..(Ip)