UAI Gandeng University of Edinburgh Wujudkan Kampus Ramah Disabilitas

Jakarta, FreedomNews – Ahli Bidang Tunanetra Profesor John Ravenscroft yang juga President The International Council for Education of People with Visual Impairment (ICEVI) Eropa didampingi Elizabeth McCann, seorang pengajar Pendidikan Inklusif untuk tunanetra dari University of Edinbrugh (UoE) berkunjung ke Universitas Al Azhar Indonesia 11-27 Mei 2024.

Kehadiran tim dari UoE ke Jakarta, khususnya ke UAI antara lain dalam rangka pelaksanaan Hibah UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia tahun 2024.

Misi John dan Elizabeth juga untuk menyempurnakan pelaksanaan proyek kerjasama UAI dan UoE yang disokong oleh dana hibah dari British Council.

Sedangkan kegiatan ini berlangsung selama lima hari (13-17/5/2024). Salah satu kegiatan adalah observasi kampus dan pelatihan seputar materi pembelajaran yang aksesibel terhadap disabilitas, khususnya teman netra hingga diskusi bersama untuk mempersiapkan kesesuaian penerapan kampus ramah disabilitas berdasarkan pengalaman yang ada.

Kepala Prodi Komunikasi UAI Gusmia Arianti menilai bahwa kunjungan Prof John dan Elizabeth mencerahkan dan kian memperkuat upayai UAI menjadi kampus yang ramah bagi kaum disabilitas.

“Alhamdulillah, Profesor John dan Dr Elizabeth antusias seperti kami di sini. Mereka mengobservasi lingkungan kampus, terkait persiapan kita menjadi kampus inklusif,” ungkap Gusmia Arianti kepada Freedom News bersemangat.

Sebelumnya selain Gusmia Arianti juga turut mengunjungi Edinburgh dua dosen Cut Meutia Karolina dan Edoardo Irfan 4-8 Maret 2024 silam. Gusmia menambahkan, kerjasama Prodi Ilkom dan Universitas Edinbrugh adalah implementasi keren.

Kerjasama kali ini bertajuk “UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant” dari British Council Indonesia.

Selama di Jakarta, John dan Elizabeth melakukan beberapa kegiatan antara lain, Penilaian terhadap kesesuaian lingkungan kampus UAI, persiapan para pengajar untuk membuat materi aksesibilitas serta melakukan komparasi berdasarkan pengalaman mahasiswa tunanetra dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek. Serangkaian kegiatan ini diharapkan UAI mampu menyempurnakan kesiapan kampus ramah disabilitas yang berstandar internasional.

“Kami akan menilai dengan begitu objektif sesuai dengan pengalaman dan instrument yang ada. Tentu kami akan memberikan masukan sesuai standar yang ada. Lingkungan aksesibel tidak hanya dari fasilitas, tetapi juga kesiapan sosial, termasuk pengajar,” kata Prof John dan Elizabeth penuh optimisme.

Selain observasi dan asesmen, John dan Elizabeth juga menyampaikan materi dan pelatihan singkat untuk dosen-dosen terkait pembelajaran ramah teman netra. Kegiatan berlangsung dua hari dan dalam suasana diskusi hangat serta mencerahkan. Melalui diskusi interaktif, saling berbagi pengalaman dan pengetahuan tentang cara menangani teman netra dalam pembelajaran.

Kegiatan diakhiri dengan video ucapan terima kasih dari para dosen yang disampaikan melalui layar dan pemberian cindera mata berupa blankon dan selendang batik. John menyatakan, ia begitu terkesan dengan kegiatan dan pertemuan ini. Menurutnya, ia dan Elizabeth mendapatkan perspektif baru terkait aktivitas dan isu yang ia geluti setelah mengunjungi kampus UAI dan berdiskusi dengan para dosen.

“Rasanya tidak ingin kembali lagi dan masih ingin berdiskusi bersama Anda semua. Terimakasih atas sambutan hangatnya, tidak sabar melihat progres kalian di tahun depan. Sampai jumpa tahun depan, kawan,” ungkap John haru.

Sedangkan menurut dosen Cut Meutia, “Selama kita terbuka dan bersedia menyamakan visi dan bekerjasama, insyaa Allah kampus inklusif UAI tidak sulit diwujudkan. Semoga Hibah sejenis UK-ID Disability Inclusion Partnership Grant dari British Council Indonesia ini dapat terus tersedia untuk menyempurnakan berbagai kesiapan kita, khususnya di perguruan tinggi dalam memberi akses yang inklusif,” harap Cut Meutia. (BS)