Diani Kartini, Dokter Puteri Tokoh “Mega Bintang” Mudrick Sangidu
Setelah 79 tahun merdeka, ternyata masih saja ada lembaga yang Islamofobia. Setelah BPIP yang melarang Paskibraka puteri memakai hijab saat HUT RI ke-79 di IKN pada 17 Agustus 2024, kali ini larangan berhijab terjadi di RS Medistra.
TAMPAKNYA tidak banyak yang tahu kalau Dokter Diani Kartini, 49 tahun, yang mengundurkan diri dari RS Medistra itu adalah puteri bungsu Tokoh Mega-Bintang, Mudrick Setiawan Malkan Sangidu. “Dia lahir di Solo tahun 1975,” kata Mudrick Sangidu kepada Freedom News.
Tidak salah kalau kemudian ada yang bilang, “Wuih, berani dan tegas seperti Bapaknya (Mudrick Sangidu),” komentar Sutoyo Abadi, Koordinator Kajian Politik Merah Putih yang sering bertemu Mudrick Sangidu di Solo. Dokter Diani Kartini memang sosok berani seperti ayahnya.
Nama lengkapnya Dr. dr. Diani Kartini, SpB, SubspOnk. Jabatan resminya adalah Kepala Divisi Bedah RSCM dan RS UI. Gara-gara larangan hijab di RS Medistra, Dokter Diani Kartini memilih keluar dari RS Medistra. "Insya' Allah rezeki ada di manapun," katanya.
Dokter Diani Kartini yang lahir di Solo pada 1975 ini menjadi viral setelah menyurati pihak RS Medistra terkait dengan adanya larangan pemakaian hijab yang didengar dari 2 pelamar yang ingin bergabung dengan RS Medistra ketika diwawancarai.
Dirinya lebih memilih mundur dari RS Medistra, Jakarta Selatan lantaran diduga tak terima dengan larangan pengunaan hijab. Hal itu terungkap lewat surat protesnya yang beredar di medsos. Adapun dugaan larangan berhijab di rumah sakit itu berlaku untuk dokter umum dan perawat.
"Selamat Siang Para Direksi yang terhormat. Saya Ingin menanyakan terkait persyaratan berpakaian di RS Medistra. Beberapa waktu lalu, asisten saya dan juga kemarin kerabat saya mendaftar sebagai dokter umum di RS Medistra.
Kebetulan keduanya menggunakan hijab. Ada pertanyaan terakhir di sesi wawancara, menanyakan terkait performance dan RS Medistra merupakan RS internasional, sehingga timbul pertanyaan, apakah bersedia membuka hijab jika diterima.
Saya sangat menyayangkan jika di zaman sekarang masih ada pertanyaan rasis. Dikatakan RS Medistra berstandar internasional tetapi mengapa masih rasis seperti itu?
Salah satu RS di Jakarta selatan, jauh lebih ramai dari RS Medistra, memperbolehkan semua pegawai baik perawat, dokter umum, spesialis, dan subspesialias menggunakan hijab.
Jika RS Medistra memang RS untuk golongan tertentu, sebaiknya jelas dituliskan saja kalau RS Medistra untuk golongan tertentu sehingga jelas siapa yang bekerja dan datang sebagai pasien.
Sangat disayangkan sekali dalam wawancara timbul pertanyaan yang menurut pendapat saya ada rasis. Apakah ada standar ganda cara berpakaian untuk perawat, dokter umum, dokter spesialis, dan sub spesialis di RS Medistra? Terimakasih Atas perhatiannya.”
Sontak saja postingannya menjadi perhatian publik. Seperti apa sosok dokter spesialis bedah itu? Diani Kartini menamatkan pendidikan tingginya di Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo pada tahun 2000.
Kemudian spesialis bedah di Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada (UGM), Jogjakarta pada tahun 2006.
Dia kemudian menyelesaikan pendidikan subspesialis dan doktor pada tahun 2019 pada Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (UI). Pemilik gelar doktor dokter pendidik klinis di program studi ilmu bedah FKUI itu dengan jabatan fungsional saat ini adalah lektor.
Ia merupakan pakar dalam bidang bedah onkologi dan tercatat sebagai staf di Diivisi Bidang Onkologi Departemen Ilmu Bedah UI. Mencengangkannya lagi, dokter Diani Kartini ternyata adalah seorang pengusaha batik. Kecintaannya pada batik telah terjalin sejak ia masih duduk di bangku kuliah.
“Jadi, Dokter Diani Kartini ini memang sudah kaya sejak muda,” ungkap Sutoyo Abadi kepada Freedom News.
Sepanjang kariernya sebagai dokter, Dokter Diani pernah berpraktik di dua rumah sakit besar Ibu Kota. Selain menjadi dokter spesialis di RS Medistra, ia bekerja di Divisi Bedah Onkologi, RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo, Jakarta.
Dokter Diani adalah anggota Ikatan Dokter Indonesia (IDI). Sebagai dokter yang mendalami ilmu onkologi, Diani Kartini juga bergabung dalam organisasi Perhimpunan Ahli Bedah Onkologi Indonesia (POI).
Nama Diani juga tercatat sebagai Dewan Editorial Perhimpunan Dokter Spesialis Onkologi Radiasi Indonesia (PORI).
Selain menjadi dokter bedah, Diani merupakan pengajar di UI dan UGM. Melansir situs Fakultas Kedokteran UI, Diani Kartini saat ini menjabat sebagai Lektor di Program Studi Ilmu Bedah FKUI. Dokter Diani juga menjabat Ketua Departemen Klinik Ilmu Bedah FKUI.
Diani dikenal cukup aktif di media sosial. Diani Kartini sering membagikan kesehariannya melalui Instagram @Diani_kartini. Melalui Instagram, ia mengaku sebagai seorang pecinta kucing.
Seiring dengan viralnya Dokter Diani di media sosial, banyak orang memberikan dukungan kepadanya lewat media sosial. Unggahan terakhirnya diramaikan warganet yang mendukung tindakannya meninggalkan RS Medistra atas adanya dugaan larangan hijab.
Bibit Bebet Bobot
Menyusul viralnya surat Dokter Diani Kartini di medsos yang kemudian menjadi pemberitaan secara nasional itu, setidaknya kini ada dua “Orang Solo” terkenal di Pentas Nasional. Dua orang Solo yang bikin heboh dengan 2 kasus yang bertolak belakang.
Yang satu bikin gaduh nasional karena korup, nepotis, dan kolutif. Tahulah siapa keluarga “M” alias “J” yang brengseknya minta ampun. Keluarga M ini merusak tatanan demokrasi dan negara semau udelnya sendiri. Memalukan bahkan menjijikkan.
Dan, yang satu lagi yang bikin gaduh nasional, tapi karena telah menegakkan keadilan, menentang rasisme, dan melawan kesewenang-wenangan. Tahukan siapa Dokter Diani Kartini yang menolak larangan hijab di RS Medistra. Dia ternyata puteri Tokoh "Mega Bintang" Solo H. Mudrick SM Sangidoe.
Kedua orang itu bukti nyata bahwa silsilah keluarga pecundang dan pejuang Islam memang beda. Maka falsafah Jawa soal bibit, bebet, bobot itu benar adanya dalam kasus ini. Fakta!
Diani Kartini adalah puteri bungsu dari tiga bersaudara anak Mudrick SM Sangidu, tokoh “Mega Bintang” di Solo yang juga seorang pengusaha batik dan furnitur.
Putera sulungnya, Ir. Damar Setiabudi adalah seorang Wiraswasta, dan puteri keduanya, Dewi Krisna Murti, SE, Pengusaha Butiq dan Biro Haji/Umroh. Puteri bungsunya, Dr. dr. Diani Kartini, SpB., Subsp.Onk menjabat Kepala Divisi Bedah RSCM dan RS UI.
Karier politik Mudrick Sangidu sendiri adalah pernah menjadi Ketua DPC PPP Kota Surakarta, Koordinator PPP se-Solo Raya, Deklarator Parmusi, Tokoh Reformasi 1998, Mendirikan "Mega Bintang" dengan Tagline Bolone Wong Cilik.
"Mega Bintang" sendiri setelah Reformasi bergerak dalam bidang Sosial dan Bantuan Hukum bagi masyarakat tidak mampu. Ia turut mendeklarasikan Koalisi Aksi Menyelamatkan Indonesia (KAMI). Mudrick Sangidu tetap aktif di Pergerakan melawan ketidakadilan dan kezaliman rezim penguasa.
Setelah 79 tahun merdeka, ternyata masih saja ada lembaga yang Islamofobia. Setelah BPIP yang melarang Paskibraka puteri memakai hijab saat HUT RI ke-79 di IKN pada 17 Agustus 2024, kali ini larangan berhijab terjadi di RS Medistra.
Sikap tak Pancasilais itu terungkap setelah surat terbuka dokter Diani Kartini kepada manajemen RS Medistra beredar di dunia maya.
Kondisi tersebut menyebabkan media sosial RS Medistra dipenuhi kritikan dan sindiran. Menyusul ramainya kasus ini, Direktur RS Medistra, Agung Budisatria merilis surat permohonan maaf kepada publik.
Melalui surat tersebut, pihak RS Medistra membenarkan adanya isu diskriminasi yang dialami oleh salah seorang calon kandidat tenaga kesehatannya. Agung menyatakan bahwa RS Medistra saat ini sedang menangani laporan tersebut.
Agung juga menegaskan bahwa RS Medistra inklusif dan terbuka bagi setiap kalangan. Ia berjanji untuk memperketat proses kontrol terhadap komunikasi dan rekrutmen di rumah sakitnya.
"Ke depan, kami akan terus melakukan proses kontrol ketat terhadap proses rekrutmen ataupun komunikasi, sehingga pesan yang kami sampaikan dapat dipahami dengan baik oleh semua pihak," tulis Agung, dalam surat permohonan maaf RS Medistra. (*)
Mochamad Toha